Klik
SUMEDANG, FAKTABANDUNGRAYA.COM - Bunda Literasi Jawa Barat Netty Heryawan mengharapkan seluruh sekolah dapat menciptan suasana ramah anak dan berbasis bebas kekerasan serta anak-anak harus bisa melek Literasi. Hal ini, agar seluruh anak-anak Jawa Barat tidak mengalami kejadian kekerasan di sekolah.
Peristiwa kekerasan yang kerapkali menimpa anak didik , harus menjadi perhatian bersama terutama bagi para penegak hukum, dan pelakunya harus ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku, kata Netty pada Rapat Koordinasi dan Pembahasan Program Kerja SMA/SMK Tahun 2017 Hotel Khatulistiwa Kabupaten Sumedang, Selasa (31/01).
Dikatakan, meninggalnya 3 mahasiswa Mapala UII tentunya mencoreng institusi pendidikan. Untuk itu, perlu diantisipasi agar tidak terjadi di Jabar. Caranya yang harus dilakukan dan dikembangkan yaitu melalui tiga aspek yaitu hardware, software dan brainware.
"Hardwarenya dengan memajang plang bertuliskan, misal "Jika Anda Melihat Kekerasan atau Menjadi Korban Kekerasan, Lapor Ke Kepala Sekolah" Dengan mencantumkan nomor Kepala Sekolah, nomor lembaga rujukan layanan seperti P2TP2A setempat dan nomor kepolisian," tutur Netty.
Lanjutnya, untuk softwarenya berupa melakukan pembinaan dengan mengangkat empat tema besar yaitu pengasuhan, komunikasi, literasi media dan kesehatan reproduksi. Terakhir, brainwarenya yang menjadi tokoh utama adalah Kepala sekolah, Guru dan Guru BK.
Selain itu, Netty mengatakan literasi merupakan kemampuan membaca, mengolah dan mengelola sebuah informasi sehingga menjadi solusi untuk permasalahan yang dihadapi. Maka ketika seseorang memiliki kemampuan literasi setidaknya akan survive untuk berinteraksi di luar rumah dalam pergaulan yang lebih luas.
Netty mengatakan itulah mengapa sekolah harus menjadi rumah kedua bagi anak-anak. Sehingga alih kelola dari kabupaten/kota ke Provinsi Jawa Barat, seharusnya dapat menjadi lebih baik tahun-tahun sebelumnya.
Hadir pada acara ini Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Ahmad Hadadi, Koordinator Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Wilayah IV Bandung Raya, Koordinator Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Wilayah IV, Kepala Sekolah dan Pengawas SMA/SMK dan SLB Wilayah IV. (sein/hms).
Peristiwa kekerasan yang kerapkali menimpa anak didik , harus menjadi perhatian bersama terutama bagi para penegak hukum, dan pelakunya harus ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku, kata Netty pada Rapat Koordinasi dan Pembahasan Program Kerja SMA/SMK Tahun 2017 Hotel Khatulistiwa Kabupaten Sumedang, Selasa (31/01).
Dikatakan, meninggalnya 3 mahasiswa Mapala UII tentunya mencoreng institusi pendidikan. Untuk itu, perlu diantisipasi agar tidak terjadi di Jabar. Caranya yang harus dilakukan dan dikembangkan yaitu melalui tiga aspek yaitu hardware, software dan brainware.
"Hardwarenya dengan memajang plang bertuliskan, misal "Jika Anda Melihat Kekerasan atau Menjadi Korban Kekerasan, Lapor Ke Kepala Sekolah" Dengan mencantumkan nomor Kepala Sekolah, nomor lembaga rujukan layanan seperti P2TP2A setempat dan nomor kepolisian," tutur Netty.
Lanjutnya, untuk softwarenya berupa melakukan pembinaan dengan mengangkat empat tema besar yaitu pengasuhan, komunikasi, literasi media dan kesehatan reproduksi. Terakhir, brainwarenya yang menjadi tokoh utama adalah Kepala sekolah, Guru dan Guru BK.
Selain itu, Netty mengatakan literasi merupakan kemampuan membaca, mengolah dan mengelola sebuah informasi sehingga menjadi solusi untuk permasalahan yang dihadapi. Maka ketika seseorang memiliki kemampuan literasi setidaknya akan survive untuk berinteraksi di luar rumah dalam pergaulan yang lebih luas.
Netty mengatakan itulah mengapa sekolah harus menjadi rumah kedua bagi anak-anak. Sehingga alih kelola dari kabupaten/kota ke Provinsi Jawa Barat, seharusnya dapat menjadi lebih baik tahun-tahun sebelumnya.
Hadir pada acara ini Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Ahmad Hadadi, Koordinator Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Wilayah IV Bandung Raya, Koordinator Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Wilayah IV, Kepala Sekolah dan Pengawas SMA/SMK dan SLB Wilayah IV. (sein/hms).