Klik
Adegan Ciuman, bagian dari pentas teater " Bunga Penutup Abad" di Taman Budaya Jabar, (foto: ist) |
Pementasan teater Bunga Penutup Abad adalah sebuah karya klasik Indonesia yang dikemas secara enerjik sekaligus menyentuh para penontonnya. Teater ini diangkat dari novel karya Pramoedya Ananta Toer yang disutradari dan penulis naskah Wawan Sofwan yang diproduksi oleh Titimangsa Foundation bekerjasama dengan Pemerintah Kota Bandung yang juga didukung/ disponsori oleh Bakti Budaya Djarum Foundation.
Sinopsis “ Bunga Penutup Abad”, mengisahkan kehidupan Minke dan Nyai Ontosoroh zaman Hindia Belanda yang sedih setelah ditinggal pergi Annelies ke Belanda. Mereka berdua khawatir atas kehidupan Annelies di Belanta. Sehingga Nyai Ontosoroh yang tak lain adalah ibu kandung dari Annelies dan juga ibu mertua Minke, akhirnya mengutus seorang pegawainya untuk menemani kemanapun putrinya pergi, bernama Robert Jan Dapperste atau Panji Darman.
Kisah perpisahan Nyai Ontosoroh dengan Annelies bermula dari digugatnya Nyai Ontosoroh oleh anak tirinya di pengadilan Putih Hindia Belanda, Nyai Ontosoroh kalah, akhirnya Annelies harus dibawa pergi ke Belanda.
Selama dalam perjalan menuju Belanda, Nyai Ontosoroh dan Minke selalu dikabari dalam bentuk surat oleh Panji Darman selaku pendamping Annelies. Minke selalu membacakan surat-surat itu kepada Nyai Ontosoroh. Bahkan surat-surat tersebut membuka pintu nostalgia antara mereka bertiga.
Minke selelu teringat ketika awal dirinya bertemu Annelies yang saat itu masih berusia muda dan masih lugu. Dalam pertemuan tersebut, Minke sempat mencium tangan dan pipi Annelies, seketika itu juga Annelies pergi kekamar dan bersolek. Tak lama kemudian, Nyai Ontosoroh keluar dan mempertanyakan kepada Minke, apa yang telah diperbuat terhadap anaknya (Annelies-red).
Namun, Minke tidak mau menceritakan, akhirnya Nyai Ontosoroh memanggil Annelies dan meminta menceritakan apa yang telah mereka lakukan. Sedikit memaksa, Nyai Ontosoroh meminta Minke dan Annelies untuk mengulangi perbuatan mereka berdua. Akhirnya mereka berdua melakukan adegan ciuman lagi.
Selanjutnya dalam cerita tersebut, Minke yang sedang galau mikirkan nasib Annelies, tiba-tiba kedatangan teman lamanya Jean Marais seorang pelukis berkaki cacat karena Jean Marais adalah pensiunan Tentara Belanda yang memiliki seorang putri yang bernama May dari seorang wanita asal Aceh yang telah meninggal.
Minke yang bekerja di salah satu penerbitan surat kabar Eropa berbahasa Belanda tersebut, selalu mengagung-agungkan negara-negara Eropa. Namun, setelah diberi masukan oleh Jean Marais, akhirnya Minke tahu bahwa Eropa tidak selamanya benar.
Cerita berakhir ketika Minke mendapatkan kabar bahwa Annelies meninggal di Belanda. Untuk menghilangkan rasa kesedihan, Minke minta ijin kepada Nyai Ontosoroh meninggalkan Surabaya karena akan melanjutkan sekolah dokter ke Batavia.
Lukisan potret Annelies karya Jean Marais yang diberi nama “ Bunga Penutup Abad”, turut menemani kepindahan Minke ke Batavia, selesai.
Usai pementasan Happy Salma, berterima kasih dang mengapresiasi kepada warga Bandung yang telah menyaksikan pertunjukan teater Bunga Penutup Abad. Happy Salma, juga mohon maaf bagi yang tidak mendapatkan tiket, karena semua tiket terjual habis hanya dalam 3 hari, tandasnya. (husein/edy).