Klik
JAKARTA,, FAKTABANDUNGRAYA.COM,- – Dalam Visi RPJPD 2005-2025 maupun RPJMD 2013-2018, Pemprov Jabar berkomitmen menjadi provinsi yang maju dan berbasis Iptek secara sistemik. Sedangkan salah satu Misi-nya adalah membangun masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing melalui Kebijakan, Rencana dan Program yang berbasis Iptek.
Untuk mencapai Visi dan Misi tersebut, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan (Aher) mengatakan, kolaborasi antara Perguruan Tinggi, Pemerintah, Dunia Usaha/Industri dan masyarakat telah terjalin dengan baik dan menghasilkan IKM baru berbasis iptek. Sebagai bukti dari pengembangan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) di Jabar, terpilih 5 dari 17 komoditi unggulan, yaitu ikan patin, kopi java preanger, indigofera, ikan lele sangkuriang, dan ayam sentul.
Ada 17 hasil inovasi dan lima diantaranya kami tampilkan di Kemenristek Dikti dalam rangka merebut piala Budhipura," kata Gubernur Aher, saat ditemui usai paparan terkait Pengembangan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) dan Lima Komoditas Unggulan Terpilih di Jabar, di hadapan tim penilai Anugerah Iptek Budhipura, di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta Pusat, Rabu (19/07).
Lima inovasi Jawa Barat di bidang iptek berbasis masyarakat dikembangkan melalui 'creative research'/riset. Selain itu Jabar juga mengambangkan inovasi lainnya seperti, pengembangan pembenihan ikan mas Marwana, pengembangan bambu, pisang, White tea, bandeng Indramayu, domba Padjadjaran, ayam pelung, pembibitan udang, mangrove, batik warna alam Ciwaringin Cirebon, Nanas Subang, dan pada bidang transportasi yakni mobil desa.
Untuk inovasi budidaya ikan patin menggunakan sistem teknologi corong, sehingga hasilnya meningkat antara 20-30 kali lipat dengan nilai jual juga tinggi, sehingga ekonomi masyarakat juga dapat meningkat.
Kedua kata Aher, dirinya menjelaskan Kopi Java Preanger. Kopi ini menurutnya adalah kopi yang terkenal sejak lama, tapi semenjak tahun 1922 kopi ini sempat terkena virus sehingga hilang dari dataran- dataran Jawa Barat. Namun, kini Dinas Perkebunan Jabar telah membudidayakannya.
Hasilnya, Alhamdulillah, meningkat dan harganyapun meningkat. Dimana semula hanya Rp. 30 ribu per kilogram Green been, sekarang sudah sampai di minimal Rp. 125 ribu, dan kopi terbaiknya mencapai Rp. 700 ribu per kilogram Green been," papar aher.
Kini produk Kopi Arabika Java Preanger (KAJP) telah menumbus pasaran di SCAA di Atlanta Amerika Serikat pada bulan April 2016 lalu. Karena KAJP memiliki citarasa lembut dan aroma yang unik, sehingga KAJP dapat dijadikan sebagai pilihan yang tepat untuk menemani aktivitas sehari-hari, untuk melahirkan ide-ide briliyan dan juga untuk bersantai.
"Kopi asli, digiling bukan digunting! kopi sehat, tidak ada gula diantara kita!" Seru Aher.
Ketiga Lele Sangkuriang, ialah ikan lele yang disentuh teknologi, dengan kunyit dan serum tertentu yang dicampur di pakan, sehingga produksinya bisa lebih meningkat, yang asalnya bisa dipijahkan dua kali setahun, menjadi empat kali setahun.
Berikutnya yang keempat kata Aher, yakni tanaman indigofera sebagai pakan ternak. Dalam usaha peternakan, faktor pakan menjadi jadi penting karena faktor inilah yang menghabiskan biaya cukup besar. Maka dengan indigofera, ditemukan jenis pakan 'hijau-hijauan' yang baru.
"Biasanya pakan ternak itu 'hijau-hujauan' ditambah konsentrat, sedangkan indigofera, hijauan plus konsentratnya sudah terkandung langsung pada rumput ini. Lalu jenis rumput ini kita budidayakan, dan sertifikasi, supaya keunggulannya terkontrol," jelasnya.
Kelima, yakni Ayam Sentul. Merupakan ayam asli masyarakat Jawa Barat, yang melalui sentuhan teknologi ditemukan GGPS, atau Great Grand Parents Stock, kemudian ditemukan GPS, Grand Parent Stock, lalu Parent Stock, dan final Stock.
"Ini kita lakukan supaya keunggulannya, dan kualitasnya terpilah dengan baik. Keunggulannya adalah kita bisa mendorong percepatan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan ayam kampung biasa," katanya.
Apabila biasanya ayam kampung dalam waktu empat bulan, atau lima bulan baru bisa dipotong seberat 0,8 kilogram, maka dengan sentuhan pengembangan ini maka 0,8 kilogram bisa tercapai cukup dalam waktu dua bulanan saja, tandasnya. (hms/sein).
Untuk mencapai Visi dan Misi tersebut, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan (Aher) mengatakan, kolaborasi antara Perguruan Tinggi, Pemerintah, Dunia Usaha/Industri dan masyarakat telah terjalin dengan baik dan menghasilkan IKM baru berbasis iptek. Sebagai bukti dari pengembangan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) di Jabar, terpilih 5 dari 17 komoditi unggulan, yaitu ikan patin, kopi java preanger, indigofera, ikan lele sangkuriang, dan ayam sentul.
Ada 17 hasil inovasi dan lima diantaranya kami tampilkan di Kemenristek Dikti dalam rangka merebut piala Budhipura," kata Gubernur Aher, saat ditemui usai paparan terkait Pengembangan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) dan Lima Komoditas Unggulan Terpilih di Jabar, di hadapan tim penilai Anugerah Iptek Budhipura, di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta Pusat, Rabu (19/07).
Lima inovasi Jawa Barat di bidang iptek berbasis masyarakat dikembangkan melalui 'creative research'/riset. Selain itu Jabar juga mengambangkan inovasi lainnya seperti, pengembangan pembenihan ikan mas Marwana, pengembangan bambu, pisang, White tea, bandeng Indramayu, domba Padjadjaran, ayam pelung, pembibitan udang, mangrove, batik warna alam Ciwaringin Cirebon, Nanas Subang, dan pada bidang transportasi yakni mobil desa.
Untuk inovasi budidaya ikan patin menggunakan sistem teknologi corong, sehingga hasilnya meningkat antara 20-30 kali lipat dengan nilai jual juga tinggi, sehingga ekonomi masyarakat juga dapat meningkat.
Kedua kata Aher, dirinya menjelaskan Kopi Java Preanger. Kopi ini menurutnya adalah kopi yang terkenal sejak lama, tapi semenjak tahun 1922 kopi ini sempat terkena virus sehingga hilang dari dataran- dataran Jawa Barat. Namun, kini Dinas Perkebunan Jabar telah membudidayakannya.
Hasilnya, Alhamdulillah, meningkat dan harganyapun meningkat. Dimana semula hanya Rp. 30 ribu per kilogram Green been, sekarang sudah sampai di minimal Rp. 125 ribu, dan kopi terbaiknya mencapai Rp. 700 ribu per kilogram Green been," papar aher.
Kini produk Kopi Arabika Java Preanger (KAJP) telah menumbus pasaran di SCAA di Atlanta Amerika Serikat pada bulan April 2016 lalu. Karena KAJP memiliki citarasa lembut dan aroma yang unik, sehingga KAJP dapat dijadikan sebagai pilihan yang tepat untuk menemani aktivitas sehari-hari, untuk melahirkan ide-ide briliyan dan juga untuk bersantai.
"Kopi asli, digiling bukan digunting! kopi sehat, tidak ada gula diantara kita!" Seru Aher.
Ketiga Lele Sangkuriang, ialah ikan lele yang disentuh teknologi, dengan kunyit dan serum tertentu yang dicampur di pakan, sehingga produksinya bisa lebih meningkat, yang asalnya bisa dipijahkan dua kali setahun, menjadi empat kali setahun.
Berikutnya yang keempat kata Aher, yakni tanaman indigofera sebagai pakan ternak. Dalam usaha peternakan, faktor pakan menjadi jadi penting karena faktor inilah yang menghabiskan biaya cukup besar. Maka dengan indigofera, ditemukan jenis pakan 'hijau-hijauan' yang baru.
"Biasanya pakan ternak itu 'hijau-hujauan' ditambah konsentrat, sedangkan indigofera, hijauan plus konsentratnya sudah terkandung langsung pada rumput ini. Lalu jenis rumput ini kita budidayakan, dan sertifikasi, supaya keunggulannya terkontrol," jelasnya.
Kelima, yakni Ayam Sentul. Merupakan ayam asli masyarakat Jawa Barat, yang melalui sentuhan teknologi ditemukan GGPS, atau Great Grand Parents Stock, kemudian ditemukan GPS, Grand Parent Stock, lalu Parent Stock, dan final Stock.
"Ini kita lakukan supaya keunggulannya, dan kualitasnya terpilah dengan baik. Keunggulannya adalah kita bisa mendorong percepatan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan ayam kampung biasa," katanya.
Apabila biasanya ayam kampung dalam waktu empat bulan, atau lima bulan baru bisa dipotong seberat 0,8 kilogram, maka dengan sentuhan pengembangan ini maka 0,8 kilogram bisa tercapai cukup dalam waktu dua bulanan saja, tandasnya. (hms/sein).