Klik
Menurut Dede Sopandi orang tua dari Ipah Solohatin (ibu yang akan melahirkan) , bahwa anaknya (Ipah Solahatin), pada hari Senin sekitar pukul 11 siang, datang ke RSKIA kota Bandung karena sudah terasa akan melahirkan. Sesampai di RSKIA setelah mendaftar langsung masuk di ruang IGD dilakukan perawatan hingga pukul 14 WIB.
Namun, setelah dicek kembali, perawat, belum ada tanda-tanda melahirkan karena baru pembukaan satu . Untuk itu, Ny Ipah S dipersilakan untuk pulang dulu, dengan diberikan surat Resume Pasien Keluar dan diberikan ID Card, agar apabila sudah ada tanda-tanda akan melahirkan silakan datang lagi dengan membawa surat dan Id Card dari RSKIA.
Dede mengungkapkan, sekitar pukul 23 an, Ipah dan keluarga datang kembali ke RSKIA, karena sudah dirasakan akan melahirkan, namun, sangat disayangkan ketika masuk di halaman IGD ditahan oleh dua orang Satpam sembari mengatakan,” ibu mau kemana, kamar sudah penuh”, ujar Satpam.
Karena ditolak, akhirnya orang tua Ipah, Dede Sopandi memperlihatkan surat dan Id Card, bahwa tadi siang sudah mendaftar. Akhirnya dipersilakan masuk ruang IGD. Diruang IGD, tanpa disentuh dan diperiksa, Dokter dan perawat jaga mengatakan ke dokter bahwa kamar sudah penuh. “ Dok kamar sudah penuh ya”, ujar perawat.
Tak lama kemudian perawat tersebut, meminta kami untuk pergi ke Puskesmas terdekat di jalan Pagarsih Bandung. Dengan rasa penuh kekecewaan atas penolakan tersebut, padahal sudah memeiliki surat dan Id Card, yang artinya, sudah ada jaminan bahwa keluarganya dapat melahirkan di RKSIA. Akhirnya pergi dengan cara berjalan kaki, karena hari sudah tengah malam dan tidak kendaraan, ujar Dede Sopandi dengan kesalnya.
Sesampainya di Puskesmas Pagarsih yang jaraknya lebih kurang 1 KM, Ipah diperiksa oleh perawat jaga dan mengatakan bahwa Ibu baru pembukaan 3, untuk itu, sebaiknya ibu pualang lagi aja ke RSKIA karena di Puskesmas Pagarsih tidak ada alatnya. Namun, berhubung kami sudah kecewa, akhirnya kami bawa Ipah ke bidan bersalin dekat rumah, jalas Dede.
Setelah ditangani oleh Bidan, akhirnya si bayi dapat dilahirkan, namun sudah dalam keadaan meninggal setengah jam yang lalu. Akibat kecapean.
Beberapa hari kemudian pada Jum’at (11/08), pak Dede dan keluarga membuat laporan pengaduan kebagian pengaduan komsumen yang ada di RSKIA. Pihak bagian pengaduan, mengatakan, laporan akan ditindak lanjuti dan disampaikan ke manajemen dan Direktur RSKIA, jelas Dede kepada Fakta Jabar saat ditemui di halaman RSKIA Bandung dengan penuh kekecewaan dan sakit hati karena bayi yang merupakan cucu pertamanya meninggal sembari memperlihatkan foto alm bayinya.
Sementara itu, ketika kasus kematian banyi ini dikonfirkasikan ke Direktur RSKIA dr Taat Tagore didampingi beberapa staf manajemen RSKIA, mengatakan, bahwa Saya belum dapat laporan dan akan saya tanya dulu dengan karyawan, dokter dan perawat yang jaga pada saat itu. Jadi mohon waktu dulu, ujar dr Taat.
Namun, perlu diketahui bahwa RSKIA Bandung, tidak pernah menolak kedatangan pasien, baik itu pasein umum maupun pasein yang menggunakan kartu Indonesia Sehat (SKTM).
Beberapa hari kemudian, pihak RSKIA Bandung, mengundang kembali Fakta Jabar, untuk memberikan klarifikasi dan memaparkan kronologi kejadian menurut versi RSKIA.
dr Taat mengatakan, RSKIA tidak pernah menolak pasien, karena RSKIA Bandung ini khusus untuk menolong kelas III dan II yang notabene dari keluarga kurang mampu (miskin) semua. Bahkan dari 64 tempat tidur itu hanya khusus untuk kelas III dan II, tidak ada kelas I. Jadi rasanya kalai ada penolakan ,itu rasanya tidak masuk akal.
“Bisa saja menolak, dengan alasan yang cukup kuat karena memang ruangan sudah penuh”, ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, dr Taat juga membenarkan bahwa sekitar pukul 13 siang, Senin (7/8) Ny Ipah diantar keluarga datang RSKIA karena sudah terasa untuk melahirkan, setelah diperiksa ternyata belum ada tanda-tanda mendekati kelahiran, akhirnya disarankan pulang dulu, dengan diberikan surat pengantar/ kontrol dan Id Card. Silakan datang kembali apabila rasa mules semakin meningkat.
Sekitar pukul 23 an, Ipah bersama keluarga datang lagi, di bawa ketuang IGD, selanjutnya dilakukan tindakan scening awal oleh Dokter jaga. Setelah diinformasikan ke pasien dan keluarganya bahwa memang ruangan kita sudah penuh. Walaupun masih ada satu ruangan yang sengaja kita kosongkan, karena ada kerusakan/ kebocoran yang sehingga tercium bau yang tidak sedap, jadi harus direnovasi dulu.
Namun, ketika kita akan periksa dalamnya, pasien menolak dilakukan pemeriksaan dalam dengan alasan ruangan sudah tidak ada. Lantas oleh perawat jaga diminta untuk pergi ke Puskesmas terdekat . (puskesmas Pagarsih), ujar dr Taat.
Berdasarkan dua krologis yang berbeda antara keluarga pasien dan pihak RSKIA, tersebut, sampai kini belum jelas, siapa yang berkata tidak jujur/ kekohongan Publik ?... (ari/sein) .