Klik
BANDUNG, FAKTABANDUNGRAYA.COM,-- – Peringatan Hari Pahlawan 2017, Gubernur Jabar Ahmad HEryawan (Aher) mengatakan di masa lalu para pahlawan berjuang untuk merebut kemerdekaan, saat ini masyarakat khususnya generasi muda diharapkan memiliki semangat dan berkorban untuk meraih prestasi. Prestasi ini wujud atau aktualisasi jiwa kepahlawanan baik untuk diri sendiri, keluarga, bangsa, dan negara.
“Jika para pahlawan berkorban jiwa, tenaga, fikiran untuk kemerdekaan dan untuk mempertahankan bangsa ini, maka mari kita berkorban untuk prestasi yang sama dalam bentuk yang lain,” ujar Aher usai menjadi Inspektur Upacara Hari Pahlawan Tingkat Provinsi Jawa Barat di Halaman Depan Gedung Sate, Jl. Diponegoro No. 22, Kota Bandung, Jumat pagi (10/11).
“Prestasi untuk menghadirkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi bangsa ini, serta persatuan dan kebhinekaan yang terus kita pelihara untuk kebersamaan,” tambahnya.
Hari Pahlawan juga menjadi momentum yang tepat bagi kita sebagai anak negeri, untuk memberikan apresiasi kepada para pahlawan. Untuk itu, usai upacara Aher bersama Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar, serta unsur Forum Koordinasi Pemerintah Daerah (FKPD) Jawa Barat melakuan ziarah dan tabur bunga di Taman Makam Pahlawan (TMP) Cikutra Kota Bandung.
Pada kesempatan tersebut, Aher dan Demiz menabur bunga di makam perintis kemerdekaan, yaitu Abdoel Moeis. Selain itu, mereka juga menabur bunga di makan tokoh nasional Dr. Setiabudi, mantan Duta Besar Saudi Arabia H. Aang Kunaefi, serta pahlawan Letjen TNI Dr. (HC) H. Mashudi, Purn. Asops Hankam Letjen TNI Mohamad Hanif, Purn. Kasum ABRI Mabes TNI Letjen TNI R. H. Himawan Sutanto, S.Sos., M.M., M.Hum, juga mantan Gubernur Jawa Barat periode 1985-1990/1990-1993 dan mantan Menteri Dalam Negeri RI (1993-1998).
Selain itu, Pemprov Jawa Barat juga setiap tahun selalu mengajukan tokoh-tokoh dari Jawa Barat agar ditetapkan Pemerintah Pusat menjadi Pahlawan Nasional. Aher mengatakan pihaknya sudah mengajukan nama seperti KH. Ahmad Sanusi, Ali Sadikin, Lasminingrat, Inggid Garnasih, dan lainnya agar menjadi Pahlawan Nasional.
“Insyaallah kita ke depan terus berusaha mengajukan kembali mereak dan mengjukan nama-nama baru tentu saja sebagai Pahlawan Nasional mewakili masyarakat Jawa Barat,” kata Aher.
Hari Pahlawan tahun ini, Pemerintah melalui Kementerian Sosial RI mengambil Tema: "Perkokoh Persatuan Membangun Negeri". Sebagai bangsa yang telah meraih kemerdekaan, tema tersebut memiliki pesan fundamental bahwa setelah kemerdekaan diraih maka tahapan selanjutnya kita harus bersatu terlebih dahulu untuk bisa memasuki tahapan bernegara selanjutnya, yakni berdaulat, adil dan makmur. Hal tersebut merupakan ikhtiar dalam meneruskan perjuangan para pahlawan bangsa yang telah gugur.
Menurut Menteri Sosial RI Khofifah Indarparawansa, dalam sambutannya di Hari Pahlawan ini, dia mengatakan bahwa berbagai sejarah kepahlawanan mengisahkan tentang menyalanyalanya api “Harapan” yang menjadi pemantik dari berbagai tindakan-tindakan heroik yang mengagumkan.
“Apakah yang menjadi pemantik sehingga pendahulu kita berani memproklamirkan kemerdekaan saat itu? Keberanian itu dapat digerakkan oleh sebuah modal tak ternilai dan tidak kasat mata, modal itu adalah adanya sebuah harapan,” tutur Khofifah dalam pidatonya yang dibacakan Aher dalam Upacara Hari Pahlawan Tingkat Provinsi Jawa Barat di Halaman Depan Gedung Sate.
Khofifah menjelaskan bahwa harapan tersebut adalah harapan yang menimbulkan optimisme dalam hidup, potensi, vitalitas, dan daya hidup kemanusiaan untuk masa depan bangsa dan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Di era saat ini, harapan hadir dalam Pemerintahan Presiden Bapak Joko Widodo dan Wakil Presiden Bapak H.M. Jusuf Kalla melalui sebuah visi transformatif yang mengarahkan dan menghimpun gerak seluruh elemen Republik Indonesia, yakni: “Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong - royong.”
Dalam kerangka mewujudkan visi tersebut telah dirumuskan sembilan agenda prioritas pemerintahan ke depan yang disebut Nawa Cita. Kesembilan agenda prioritas itu bisa dikategorisasikan ke dalam tiga ranah; ranah mental-kultural, ranah material (ekonomi), dan ranah politik.
“Pada ketiga ranah tersebut, Pemerintah saat ini berusaha melakukan berbagai perubahan secara akseleratif, berlandaskan prinsip-prinsip Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ,” ucap Khofifah.
Ketiga ranah pembangunan ini, kata Khofifah, bisa dibedakan tapi tak dapat dipisahkan. Satu sama lain saling memerlukan pertautan secara sinergis. Perubahan mental-kultural memerlukan dukungan politik dan material berupa politik kebudayaan dan ekonomi budaya. Sebaliknya perubahan politik memerlukan dukungan budaya dan material berupa budaya demokrasi dan ekonomi politik. (hms/red)