Klik
MAJALENGKA, (FBR.Com),--- Kementrian Perhubungan RI telah melakukan uji coba pendaratan/ landing pertama di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertjati- Majalengka dengan menggunakan pesawat jenis Beechcratf King Air B350 yang dipiloti oleh Pilot Kapten Sri Mulyanto berjalan mulus dan lancar.
Landing pertama pesawat jenis Beechcratf King Air B350 dengan pilot Pilot Kapten Sri Mulyanto. Di dalamnya membawa First officer Khairuna Fauzi, Flight Inspector I (PO) Dian Yusuf Aminudin, Fligt Officer II (TO) Wahyu Wicaksono, Flight Mechanic Dennis Sagia, Ass Fit Mechanic Ary Firmansyah dan Direktur Utama PT BIJB Virda Dimas Ekaputra.
Bahkan pesawat jenis Beechcratf King Air B350 beberapa kali melakukan lepas landas dan pendaratan di dua titik temu runway berkode 14 dan 32, untuk benar-benar memverifikasi alat bantu pendaratan pesawat ( instrumen alat navigasi).
Ketua Persiapan Pengoperasian Bandarudara PT Angkasa Pura II, Ibut Astono, mengatakan, secara kesiapan sisi udara Bandara Kertajati ini sudah cukup baik. Dengan panjang runway 2.500 dan lebar 60 meter, instrumen perlengkapan standar pendaratan pesawat yakni Precision Approach Path Indicator (PAPI) sudah layak.
“Instrumen sisi udara udara ini sudah 100 persen. Kesiapan lampu di runway juga sudah siap karena memang lampu dibutuhkan sebagai alat bantu pendaratan pada malam hari atau cuaca gelap, mendung dan hujan,” jelasnya.
Dirut PT BIJB, Virda Dimas Ekaputra, mengatakan, dia merasa sangat bersyukur karena uji navigasi melalui penerbangan tersebut berjalan lancar. Dengan adanya pendaratan tersebut artinya Bandara Kertajati semakin menunjukan kesiapannya untuk benar-benar bisa beroperasi pada pertengahan 2018 nanti.
“Alhamdulilah, saya bahagia banget. Akhirnya pesawat bisa melakukan pendaratan dengan lancar tanpa hambatan,” ujarnya.
Virda juga mengatakan, kita juga sudah merencanakan pada Senin (2/4/18) kemlai dilakuakn uji coba dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bersama Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan jajarannya.
Kedatangan Pak Menhub RI bersama Pak Gubernur Jabar yang akan mendarat langsung di Bandara BIJB untuk mengetahui sejauh mana kelayakan dan kesiapan operasional BIJB, untuk dapat dipergunakan melayani penerbangan komersil pada Juni dan penerbanga Haji 2018.
Status Bandara Internasional “Terseok-seok”
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IV DPRD Jabar Daddy Rohanady, membenarkan progress pembangunan Bandara BIJB Kertajati sudah mendekati tuntas, Di antaranya infrastruktur penunjang bandara, serta RAM simpang susun ; pengerjaan terminal penerbangan utama penumpang ; pengerjaan bangunan penunjang operasional bandara. Kalau dirata-ratakan pekerjaan fisik sudah diatas 90 persen. Bahkan Jalan akses warga dan juga Interchange tol kini mulai dilakukan.
Namun, kata Daddy, keberadaan Bandara BIJB Kertajati yang akan menjadi bandara kebanggaan warga Jabar ini, untuk mengejar kwalifikasi sebagai Bandara International masih cukup berat. Hal ini karena salah persyaratan Runway minimal 3000 meter masih belum terpenuhi.
“Runway BIJB saat ini baru sepanjang 2.500 meter, sedangkan persyaratan bandara international harus 3.000 meter, apalagi akan dipergunakan untuk pemberangkatan Haji 2018 yang menggunakan pesawat besar yang membutuhkan Runway minimal 3.000 meter”, ujarn Daddy saat dihubungi via telp selulernya, Minggu (1/4/2018). .
Daddy mengungkapkan kendala belum dapat terpenuhi runway sepanjang 3.000 meter saat ini, dikarenakan Anggaran APBN sebesar Rp. 350 M, yang beberapa waktu lalu sempat ramai diperbincangkan, akhirnya tak cair juga !, Hal ini karena terhalang MoU antara BIJB dengan PT Angkasa Pura II sebagai BUMN operator BIJB, karena ada PP no 40 tahun 2012 yang menghalangi.
Diungkapkannya, beberapa waktu lalu Komisi IV DPRD Jabar berkonsultasi ke kantor Kemenhub RI di Jabar. Pihak Kemenhub menyatakan bahwa, penuntasan runway menjadi 3000 m dari 2500 M eksisting untuk standar international menjadi kewajiban PT AP II sebagai operator. Masalahnya apa mungkin PT AP II membangun landasan dilahan yang masih milik pemprov kalau lahan tersebut belum menjadi bagian dari penyertaan modal pemprov jabar, ujarnya.
Adapun terkait rencana BIJB sebagai tempat pemberangkatan Haji Jawa Barat tahun 2018, “Seandainya BIJB dijadikan tempat pemberangktan haji pada tahun 2018 ini maka harus ada asrama (embarkasi). Bagaimana mungkin mau diberangkatkan dari Kertajati kalau asramanya ada di Kota Bekasi yang berjarak 160 Km dari Majalengka, belum macet Tol Bekasi-Cikopo, ujar Daddy penuh tanya.
Namun, kita tentunya berharap dan berdo’a kan semoga semua yang sudah direncanakan berjalan lancer dan ada solusinya, pungkasnya. (asep/sein)
Landing pertama pesawat jenis Beechcratf King Air B350 dengan pilot Pilot Kapten Sri Mulyanto. Di dalamnya membawa First officer Khairuna Fauzi, Flight Inspector I (PO) Dian Yusuf Aminudin, Fligt Officer II (TO) Wahyu Wicaksono, Flight Mechanic Dennis Sagia, Ass Fit Mechanic Ary Firmansyah dan Direktur Utama PT BIJB Virda Dimas Ekaputra.
Bahkan pesawat jenis Beechcratf King Air B350 beberapa kali melakukan lepas landas dan pendaratan di dua titik temu runway berkode 14 dan 32, untuk benar-benar memverifikasi alat bantu pendaratan pesawat ( instrumen alat navigasi).
Ketua Persiapan Pengoperasian Bandarudara PT Angkasa Pura II, Ibut Astono, mengatakan, secara kesiapan sisi udara Bandara Kertajati ini sudah cukup baik. Dengan panjang runway 2.500 dan lebar 60 meter, instrumen perlengkapan standar pendaratan pesawat yakni Precision Approach Path Indicator (PAPI) sudah layak.
“Instrumen sisi udara udara ini sudah 100 persen. Kesiapan lampu di runway juga sudah siap karena memang lampu dibutuhkan sebagai alat bantu pendaratan pada malam hari atau cuaca gelap, mendung dan hujan,” jelasnya.
Dirut PT BIJB, Virda Dimas Ekaputra, mengatakan, dia merasa sangat bersyukur karena uji navigasi melalui penerbangan tersebut berjalan lancar. Dengan adanya pendaratan tersebut artinya Bandara Kertajati semakin menunjukan kesiapannya untuk benar-benar bisa beroperasi pada pertengahan 2018 nanti.
“Alhamdulilah, saya bahagia banget. Akhirnya pesawat bisa melakukan pendaratan dengan lancar tanpa hambatan,” ujarnya.
Virda juga mengatakan, kita juga sudah merencanakan pada Senin (2/4/18) kemlai dilakuakn uji coba dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bersama Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan jajarannya.
Kedatangan Pak Menhub RI bersama Pak Gubernur Jabar yang akan mendarat langsung di Bandara BIJB untuk mengetahui sejauh mana kelayakan dan kesiapan operasional BIJB, untuk dapat dipergunakan melayani penerbangan komersil pada Juni dan penerbanga Haji 2018.
Status Bandara Internasional “Terseok-seok”
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IV DPRD Jabar Daddy Rohanady, membenarkan progress pembangunan Bandara BIJB Kertajati sudah mendekati tuntas, Di antaranya infrastruktur penunjang bandara, serta RAM simpang susun ; pengerjaan terminal penerbangan utama penumpang ; pengerjaan bangunan penunjang operasional bandara. Kalau dirata-ratakan pekerjaan fisik sudah diatas 90 persen. Bahkan Jalan akses warga dan juga Interchange tol kini mulai dilakukan.
Namun, kata Daddy, keberadaan Bandara BIJB Kertajati yang akan menjadi bandara kebanggaan warga Jabar ini, untuk mengejar kwalifikasi sebagai Bandara International masih cukup berat. Hal ini karena salah persyaratan Runway minimal 3000 meter masih belum terpenuhi.
“Runway BIJB saat ini baru sepanjang 2.500 meter, sedangkan persyaratan bandara international harus 3.000 meter, apalagi akan dipergunakan untuk pemberangkatan Haji 2018 yang menggunakan pesawat besar yang membutuhkan Runway minimal 3.000 meter”, ujarn Daddy saat dihubungi via telp selulernya, Minggu (1/4/2018). .
Daddy mengungkapkan kendala belum dapat terpenuhi runway sepanjang 3.000 meter saat ini, dikarenakan Anggaran APBN sebesar Rp. 350 M, yang beberapa waktu lalu sempat ramai diperbincangkan, akhirnya tak cair juga !, Hal ini karena terhalang MoU antara BIJB dengan PT Angkasa Pura II sebagai BUMN operator BIJB, karena ada PP no 40 tahun 2012 yang menghalangi.
Diungkapkannya, beberapa waktu lalu Komisi IV DPRD Jabar berkonsultasi ke kantor Kemenhub RI di Jabar. Pihak Kemenhub menyatakan bahwa, penuntasan runway menjadi 3000 m dari 2500 M eksisting untuk standar international menjadi kewajiban PT AP II sebagai operator. Masalahnya apa mungkin PT AP II membangun landasan dilahan yang masih milik pemprov kalau lahan tersebut belum menjadi bagian dari penyertaan modal pemprov jabar, ujarnya.
Adapun terkait rencana BIJB sebagai tempat pemberangkatan Haji Jawa Barat tahun 2018, “Seandainya BIJB dijadikan tempat pemberangktan haji pada tahun 2018 ini maka harus ada asrama (embarkasi). Bagaimana mungkin mau diberangkatkan dari Kertajati kalau asramanya ada di Kota Bekasi yang berjarak 160 Km dari Majalengka, belum macet Tol Bekasi-Cikopo, ujar Daddy penuh tanya.
Namun, kita tentunya berharap dan berdo’a kan semoga semua yang sudah direncanakan berjalan lancer dan ada solusinya, pungkasnya. (asep/sein)