Klik
FAKTABANDUNGRAYA.COM, BANDUNG - PVMBG Badan Geologi merilis Status Gunung Anak Krakatau pada level II (Waspada). Sejak tanggal 18 Juni 2018, aktivitas vulkanik mengalami peningkatan, "yang ditunjukkan selain gempa-gempa vulkanik dan tektonik, juga mulai terekam gempa tremor menerus dengan amplitude 1-21 mm (dominan 6mm)," ujar Devy Kamil Syahbana didampingi Kasubag Humas Badan Geologi, Andhy, di Gedung PVMBG Badan Geologi, Jl. Diponogoro, Bandung, Sabtu, 23 Juni 2018.
Pada tanggal 19 juni, lanjut Devy, gempa hembusan mengalami peningkatan jumlah dari rata-rata 1 kejadian perhari menjadi 69 kejadian perhari. Selain itu, mulai terekam juga gempa Low frekuensi sebanyak 12 kejadian perhari. Gempa tremor menerus dengan amplitude 1-14 mm (dominan 4mm).
Sementara, tanggal 20 Juni 2018, terekam 88 kali gempa hembusan 11 kali gempa low frekuensi, dan 36 kali gempa vulkanik dangkal. Tanggal 21 Juni, terekam 49 kali gempa hembusan, 8 kali gempa low frekuensi, 50 kali gempa vulkanik dangkal dan 4 kali gempa vulkanik dalam. Tanggal 22 Juni, terekam 50 kali gempa hembusan, 30 kali gempa low frek, 63 kali gempa vulkanik dangkal dan 1 kali gempa vulkanik dalam.
"Sehingga secara kegempaan masih didominasi oleh jenis gempa vulkanik yang menunjukkan adanya suplai magma, serta jenis gempa hembusan yang menunjukkan aktivitas permukaan berupa keluarnya asap/gas vulkanik," jelas Devy Kamil Syahbana.
Lebih lanjut, Devy mengatakan bahwa pengamatan visual Gunung Anak Krakatau dari tanggal 18-22 Juni 2018, pada umumnya gunung tertutup kabut, pada tanggal 21 Juni 2018 gunung tampak jelas hingga kabut, teramati asap kawah utama dengan ketinggian 100-200 meter dari puncak, bertekanan sedang berwarna kelabu dengan intensitas tipis-sedang. Keluarnya hembusan asap berwarna kelabu tipis-sedang pada tanggal 21 Juni umumnya disertai dengan material abu vulkanik.
Potensi Bencana Erupsi Gn. Anak Krakatau : Gunung yang memiliki ketinggian 305 meter diatas permukaan laut secara administratif masuk ke wilayah Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Letusan terjadi pada tanggal 19 Februari 2017, berupa letusan strombolian.
Erupsi eksplosif G anak Krakatau yang sering terjadi pada periode Oktober 2007 hingga 2011 adalah erupsi magmatic bertipe strombolian, yaitu erupsi eksplosif yang menghasilkan material vulkanik yang berukuran bongkah, Bomb, lapilli dan Abu, yang umumnya tersebar di sekitar pulau Anak Krakatau pada radius sekitar 500m-1500m. sedangkan sebaran abu vulkanik tergantung dari kekuatan dan arah angin.
Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menunjukkan hampir tubuh G anak Krakatau yang berdiameter 2Km merupakan rawan bencana. Mengingat masih terekamnya gempa-gempa vulkanik yang berpotensi terjadinya erupsi eksplosif dan masih tetap tingginya minat turis asing dan domestic mengunjungi, mendarat dan mendaki hingga ke bibir kawah G anak Krakatau, hal tersebut berpotensi meningkatkan resiko terjadinya bencana yang tinggi pula.
Dalam rangka kesiap siagaan sejak tanggal 18 Juni 2018, sudah berkoordinasi dan diinformasikan kepada pihak BPBD Prov Banten, BPBD Lampung agar meningkatkan kewaspadaan dan tidak mendekat ke pulau anak Krakatau.
PVMBG tetap memantau perkembangan aktivitas G anak Krakatau dengan secara terus menerus untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. (Cuy).
Pada tanggal 19 juni, lanjut Devy, gempa hembusan mengalami peningkatan jumlah dari rata-rata 1 kejadian perhari menjadi 69 kejadian perhari. Selain itu, mulai terekam juga gempa Low frekuensi sebanyak 12 kejadian perhari. Gempa tremor menerus dengan amplitude 1-14 mm (dominan 4mm).
Sementara, tanggal 20 Juni 2018, terekam 88 kali gempa hembusan 11 kali gempa low frekuensi, dan 36 kali gempa vulkanik dangkal. Tanggal 21 Juni, terekam 49 kali gempa hembusan, 8 kali gempa low frekuensi, 50 kali gempa vulkanik dangkal dan 4 kali gempa vulkanik dalam. Tanggal 22 Juni, terekam 50 kali gempa hembusan, 30 kali gempa low frek, 63 kali gempa vulkanik dangkal dan 1 kali gempa vulkanik dalam.
"Sehingga secara kegempaan masih didominasi oleh jenis gempa vulkanik yang menunjukkan adanya suplai magma, serta jenis gempa hembusan yang menunjukkan aktivitas permukaan berupa keluarnya asap/gas vulkanik," jelas Devy Kamil Syahbana.
Lebih lanjut, Devy mengatakan bahwa pengamatan visual Gunung Anak Krakatau dari tanggal 18-22 Juni 2018, pada umumnya gunung tertutup kabut, pada tanggal 21 Juni 2018 gunung tampak jelas hingga kabut, teramati asap kawah utama dengan ketinggian 100-200 meter dari puncak, bertekanan sedang berwarna kelabu dengan intensitas tipis-sedang. Keluarnya hembusan asap berwarna kelabu tipis-sedang pada tanggal 21 Juni umumnya disertai dengan material abu vulkanik.
Potensi Bencana Erupsi Gn. Anak Krakatau : Gunung yang memiliki ketinggian 305 meter diatas permukaan laut secara administratif masuk ke wilayah Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Letusan terjadi pada tanggal 19 Februari 2017, berupa letusan strombolian.
Erupsi eksplosif G anak Krakatau yang sering terjadi pada periode Oktober 2007 hingga 2011 adalah erupsi magmatic bertipe strombolian, yaitu erupsi eksplosif yang menghasilkan material vulkanik yang berukuran bongkah, Bomb, lapilli dan Abu, yang umumnya tersebar di sekitar pulau Anak Krakatau pada radius sekitar 500m-1500m. sedangkan sebaran abu vulkanik tergantung dari kekuatan dan arah angin.
Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menunjukkan hampir tubuh G anak Krakatau yang berdiameter 2Km merupakan rawan bencana. Mengingat masih terekamnya gempa-gempa vulkanik yang berpotensi terjadinya erupsi eksplosif dan masih tetap tingginya minat turis asing dan domestic mengunjungi, mendarat dan mendaki hingga ke bibir kawah G anak Krakatau, hal tersebut berpotensi meningkatkan resiko terjadinya bencana yang tinggi pula.
Dalam rangka kesiap siagaan sejak tanggal 18 Juni 2018, sudah berkoordinasi dan diinformasikan kepada pihak BPBD Prov Banten, BPBD Lampung agar meningkatkan kewaspadaan dan tidak mendekat ke pulau anak Krakatau.
PVMBG tetap memantau perkembangan aktivitas G anak Krakatau dengan secara terus menerus untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. (Cuy).