Klik
FAKTABANDUNGRAYA.COM, BANJARAN - Satgas Subsektor 21-7 Sungai Cisangkuy mensinyalir hitamnya aliran sungai Cisangkuy berasal dari pencemaran yang terjadi di aliran anak sungai Citalugtug, Kabupaten Bandung. Hal ini dikatakan Dansubsektor 21-7 Serka Rohdiana kepada awak media, Kamis, (18/10).
"Setelah kami pelajari dan susuri awal tercemarnya sungai cisangkuy, ada 3 anak sungai yang bermuara di cisangkuy, sungai cibabakan, cibintinu dan citalugtug. Sungai cibabakan dialiri limbah pabrik Safilindo, PJA, Prodian, dan GMP. Untuk sungai citalugtug dialiri limbah pabrik Adetex grup dan Papyrus," ujar Dansubsektor 7, Serka Rohdiana.
"Sudah beberapa minggu kami (satgas-red) menyusuri dan mengawasi, untuk cibintinu dan cibabakan tidak ditemukan faktor yang mempengaruhi hitamnya sungai cisangkuy," katanya.
Hanya saja, lanjut Rohdiana, "di sungai Citalugtug limbah hitam itu muncul tapi yang membuat kami belum temukan sumbernya adalah karena perubahan aliran menjadi hitam setelah berjarak 300 meter dari lubang pembuangan limbah pabrik (adetex grup dan papiruz)," jelas Serka Rohdiana.
Lebih lanjut Rohdiana, tim satgas subsektor 7 juga mengidentifikasi terdapat 3 titik sumber awal munculnya aliran hitam di sungai citalugtug, "leuwi di kandang bebek, leuwi cikopo, dan leuwi di sisi kuburan," ungkap Rohdiana.
Selama pencarian sumber pencemaran sungai Cisangkuy, lanjut Rohdiana, Satgas Subsektor 7 juga melibatkan masyarakat, selain untuk membantu satgas, keterangan dan informasi dari masyarakat sangat membantu tim satgas di lapangan.
Seperti keterangan yang diberikan salahsatu warga kp Cipaku, desa Tarajosari, Kecamatan Banjaran, Bambang Arifin (54) dirinya mengaku banyak mengetahui kondisi-kondisi tertentu masalah sungai yang bermuara ke sungai Cisangkuy ini.
"Sungai itu pada saat-saat tertentu airnya berwarna hitam. Bahkan, yang disebut "leuwi" airnya menjadi cukup deras seperti pusaran di tikungan sungai," kata Bambang
Bambang juga mengungkapkan, sebelum banyak pabrik di sekitar desa ini, sungai menjadi tumpuan ekonomi masyarakat dengan cara penambangan pasirnya. "Sekarang ini aktivitas masyarakat berkurang dan malah terhenti samasekali," ungkap lelaki yang juga mantan Ketua RW.
Karena itu, kata Bambang, dengan turunnya TNI dalam menindak limbah pabrik, sebagai masyarakat mengucapkan terima kasih.
Bahkan, lanjut Bambang, warga siap membantu program TNI ini dalam program Citarum Harum, "kami bukan tidak percaya pada instansi lain namun karena laporan dari masyarakat tentang hal ini tidak ada lanjutannya dan tidak digubris," pungkas Bambang. (Cuy).
"Setelah kami pelajari dan susuri awal tercemarnya sungai cisangkuy, ada 3 anak sungai yang bermuara di cisangkuy, sungai cibabakan, cibintinu dan citalugtug. Sungai cibabakan dialiri limbah pabrik Safilindo, PJA, Prodian, dan GMP. Untuk sungai citalugtug dialiri limbah pabrik Adetex grup dan Papyrus," ujar Dansubsektor 7, Serka Rohdiana.
"Sudah beberapa minggu kami (satgas-red) menyusuri dan mengawasi, untuk cibintinu dan cibabakan tidak ditemukan faktor yang mempengaruhi hitamnya sungai cisangkuy," katanya.
Hanya saja, lanjut Rohdiana, "di sungai Citalugtug limbah hitam itu muncul tapi yang membuat kami belum temukan sumbernya adalah karena perubahan aliran menjadi hitam setelah berjarak 300 meter dari lubang pembuangan limbah pabrik (adetex grup dan papiruz)," jelas Serka Rohdiana.
Lebih lanjut Rohdiana, tim satgas subsektor 7 juga mengidentifikasi terdapat 3 titik sumber awal munculnya aliran hitam di sungai citalugtug, "leuwi di kandang bebek, leuwi cikopo, dan leuwi di sisi kuburan," ungkap Rohdiana.
Selama pencarian sumber pencemaran sungai Cisangkuy, lanjut Rohdiana, Satgas Subsektor 7 juga melibatkan masyarakat, selain untuk membantu satgas, keterangan dan informasi dari masyarakat sangat membantu tim satgas di lapangan.
Seperti keterangan yang diberikan salahsatu warga kp Cipaku, desa Tarajosari, Kecamatan Banjaran, Bambang Arifin (54) dirinya mengaku banyak mengetahui kondisi-kondisi tertentu masalah sungai yang bermuara ke sungai Cisangkuy ini.
"Sungai itu pada saat-saat tertentu airnya berwarna hitam. Bahkan, yang disebut "leuwi" airnya menjadi cukup deras seperti pusaran di tikungan sungai," kata Bambang
Bambang juga mengungkapkan, sebelum banyak pabrik di sekitar desa ini, sungai menjadi tumpuan ekonomi masyarakat dengan cara penambangan pasirnya. "Sekarang ini aktivitas masyarakat berkurang dan malah terhenti samasekali," ungkap lelaki yang juga mantan Ketua RW.
Karena itu, kata Bambang, dengan turunnya TNI dalam menindak limbah pabrik, sebagai masyarakat mengucapkan terima kasih.
Bahkan, lanjut Bambang, warga siap membantu program TNI ini dalam program Citarum Harum, "kami bukan tidak percaya pada instansi lain namun karena laporan dari masyarakat tentang hal ini tidak ada lanjutannya dan tidak digubris," pungkas Bambang. (Cuy).