Klik
FAKTABANDUNGRAYA.COM, BANDUNG - 75 Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SMA/SMK se-Kota Bandung mengikuti One Day Training yang diselenggarakan oleh Gerakan Muslimah Aliansi Nasional Anti Syiah (Gema Annas) di Hotel Lingga, Kota Bandung, Rabu (28/11).
Kegiatan kali ini adalah pelatihan untuk para Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Angkatan IV, "kenapa kegiatan ini harus ada, karena guru sebagai kepanjangan tangan kami dan sebagai ikhtiar kami untuk membentengi aqidah dari faham syiah," ujar Nina Herlina, selaku penanggung jawab kegiatan.
Sebagai organisasi anti Syiah, kata Nina Herlina, bagaimana mensosialisasikan pandangan kami terhadap syiah melalui guru-guru yang akan disampaikan kepada murid, karena sasaran syiah salah satunya anak-anak muda, "dimana mereka (syiah) menawarkan kawin mut'ah, dan dkhawatirkan disukai anak anak muda, dan bahwa itu adalah ajaran sesat," ungkapnya.
Karena kebetulan kegiatan kali ini levelnya di guru SMA/SMK, lanjut Nina, kami lebih menyoroti permasalahan Mut'ah. Bahwa dengan kita mengundang guru, Gema Annas menyampaikan hasil yang diperoleh berdasarkan survey, pengamatan dan penelitian yang dilakukan Litbang Gema Annas.
"Guru berkewajiban menyampaikan aqidah yang lurus, kita juga kedepan ingin ada forum guru, supaya nanti ketika ada kasus-kasus kita akan bisa mengadakan pendampingan," ujarnya.
Dirinya juga tidak menutup kemungkinan akan terjun langsung ke sekolah-sekolah jika hal itu diperlukan. "Kita bisa saja masuk langsung ke sekolah-sekolah, namun karena tim kami terbatas, lebih baik kita lakukan sosialisasi ke guru-guru, nanti ketika guru memandang di sekolahnya butuh kami datang, kami akan datang," terangnya.
"Tapi kalo memang aman-aman saja dan mereka bisa di handle sendiri, kami tidak perlu datang," sambungnya.
Sementara, Edwin Senjaya selaku Wakil Ketua DPRD Kota Bandung yang juga sebagai salah satu pemateri memandang bahwa kegiatan ini memiliki nilai positif, "karena para pendidik dan pengajar ini kan sebetulnya sebuah peran yang sangat strategis, anak anak kita kan dititipkan kepada mereka," ujarnya.
"Jadi sangat penting jika pengajar dan pendidik memahami, bagaimana berislam dengan baik dan benar sesuai ajaran, sesuai koridor koridor bernegara, sesuai dengan koridor koridor konstitusi, saya sebagai anggota juga memiliki tanggung jawab untuk mensupport kegiatan ini," jelasnya.
Dirinya juga tak menampik bahwa Bandung sebagai salah satu kota besar memiliki dinamika dalam permasalahan ini, "saya rasa bandung masih cukup kondusif, kalaupun ada dinamika, ya itu dinamika kota besar dan bandung masih menjadi sebuah kota yang aman," ungkapnya.
Berkaitan dengan jelang pemilu 2019, dirinya berharap semua pihak dapat menjaga kondisifitas kota Bandung, "meski kita dihadapkan dengan pilihan yang berbeda, semuanya tetap bersaudara, jangan sampai menimbulkan persoalan ditengah tengah masyarakat. Mari kita berdemokrasi, mari kita melakukan kompetisi secara sehat, elegan dan bermartabat," pungkasnya. (Cuy).
Kegiatan kali ini adalah pelatihan untuk para Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Angkatan IV, "kenapa kegiatan ini harus ada, karena guru sebagai kepanjangan tangan kami dan sebagai ikhtiar kami untuk membentengi aqidah dari faham syiah," ujar Nina Herlina, selaku penanggung jawab kegiatan.
Sebagai organisasi anti Syiah, kata Nina Herlina, bagaimana mensosialisasikan pandangan kami terhadap syiah melalui guru-guru yang akan disampaikan kepada murid, karena sasaran syiah salah satunya anak-anak muda, "dimana mereka (syiah) menawarkan kawin mut'ah, dan dkhawatirkan disukai anak anak muda, dan bahwa itu adalah ajaran sesat," ungkapnya.
Karena kebetulan kegiatan kali ini levelnya di guru SMA/SMK, lanjut Nina, kami lebih menyoroti permasalahan Mut'ah. Bahwa dengan kita mengundang guru, Gema Annas menyampaikan hasil yang diperoleh berdasarkan survey, pengamatan dan penelitian yang dilakukan Litbang Gema Annas.
"Guru berkewajiban menyampaikan aqidah yang lurus, kita juga kedepan ingin ada forum guru, supaya nanti ketika ada kasus-kasus kita akan bisa mengadakan pendampingan," ujarnya.
Dirinya juga tidak menutup kemungkinan akan terjun langsung ke sekolah-sekolah jika hal itu diperlukan. "Kita bisa saja masuk langsung ke sekolah-sekolah, namun karena tim kami terbatas, lebih baik kita lakukan sosialisasi ke guru-guru, nanti ketika guru memandang di sekolahnya butuh kami datang, kami akan datang," terangnya.
"Tapi kalo memang aman-aman saja dan mereka bisa di handle sendiri, kami tidak perlu datang," sambungnya.
Sementara, Edwin Senjaya selaku Wakil Ketua DPRD Kota Bandung yang juga sebagai salah satu pemateri memandang bahwa kegiatan ini memiliki nilai positif, "karena para pendidik dan pengajar ini kan sebetulnya sebuah peran yang sangat strategis, anak anak kita kan dititipkan kepada mereka," ujarnya.
"Jadi sangat penting jika pengajar dan pendidik memahami, bagaimana berislam dengan baik dan benar sesuai ajaran, sesuai koridor koridor bernegara, sesuai dengan koridor koridor konstitusi, saya sebagai anggota juga memiliki tanggung jawab untuk mensupport kegiatan ini," jelasnya.
Dirinya juga tak menampik bahwa Bandung sebagai salah satu kota besar memiliki dinamika dalam permasalahan ini, "saya rasa bandung masih cukup kondusif, kalaupun ada dinamika, ya itu dinamika kota besar dan bandung masih menjadi sebuah kota yang aman," ungkapnya.
Berkaitan dengan jelang pemilu 2019, dirinya berharap semua pihak dapat menjaga kondisifitas kota Bandung, "meski kita dihadapkan dengan pilihan yang berbeda, semuanya tetap bersaudara, jangan sampai menimbulkan persoalan ditengah tengah masyarakat. Mari kita berdemokrasi, mari kita melakukan kompetisi secara sehat, elegan dan bermartabat," pungkasnya. (Cuy).