Klik
FAKTABANDUNGRAYA.COM, CIPARAY - Sungai sepanjang 16 Kilometer yang menjadi tanggung jawab Satgas Citarum Sektor 21 Subsektor 9 Ciparay, melewati 8 desa di Kecamatan Ciparay. Adalah sungai Cirasea, memiliki permasalahan dominan terkait sampah domestik, banyaknya pemukiman warga yang berada di bibir sungai, dan mayoritas rumah yang berdekatan dengan sungai belum memiliki septictank, sehingga sungai menjadi tempat pembuangan kotoran manusia.
Hal ini diungkapkan Dansubsektor 21-9 Ciparay, Kapten Sokhibi saat ditemui di markas Koramil Ciparay, Senin (21/1/19). "Selama ini, satgas masih fokus di tiga desa paling padat dilewati oleh aliran sungai, yakni Ciparay, Manggungharja, dan Bakutandang," ujar Kapten Sokhibi.
Menurutnya, permasalahan yang sangat berat dihadapi satgas saat ini adalah pembuangan kotoran manusia yang langsung ke sungai. "Sebenarnya pendataan sudah dilakukan sejak sebelum program citarum berjalan, dari hulu juga sudah ada, paling terbanyak di desa Bakutandang," ungkapnya.
"Selama ini mayoritas warga beralasan tidak ada lahan, waktu itu pernah ada wacana pembuatan septictank gantung, dan komunal, namun itu masih diperlukan kajian lagi," jelas Kapten Sokhibi.
Kondisi ini sudah terjadi belasan bahkan mungkin sejak puluhan tahun yang lalu, "awalnya mungkin tidak ada aturan, malah ada anggapan dari warga, justru dengan memiliki rumah dipinggir sungai menjadi suatu keuntungan karena tidak mesti bikin septictank," tuturnya.
Terkait persoalan sampah domestik rumah gangga, Kapten Sokhibi menerangkan bahwa sosialisasi yang dilakukan satgas sampai hari ini terus berjalan, baik itu secara door to door dan kolaborasi dengan kegiatan desa.
"Sosialisasi sudah dilaksanakan, baik itu pemilahan dan menyampaikan pola hidup yang sadar akan kebersihan lingkungan sungai, kita sudah sampaikan ke warga," ucapnya, "cuma dalam pelaksanaannya memang masih ada warga yang belum konsisten melakukan, dibutuhkan sistem yang berkelanjutan, agar dapat benar benar diterapkan oleh warga," imbuhnya.
Selama ini, sebagai sinergitas, dari dinas LH Kabupaten Bandung dengan program zero waste, menerapkan pola penanganan sampah rumah tangga di 7 desa, "setiap rumah tangga memiliki lubang organik 3 titik didepan rumahnya, jadi sampah yang dibuang hanya non organik saja, dan bisa juga dimanfaatkan yang memiliki nilai ekonomis," terangnya.
Desa yang dilewati aliran sungai Cirasea diantaranya, deaa Babakan, Sagaracipta, Cikoneng, Bakutandang, Manggungharja, Ciparay, Mekarsari, Gunungleutik (area sawah).
Selain itu, korve atau karya bhakti di aliran sungai sudah menjadi kegiatan rutin harian yang dilakukan satgas Subsektor 21-9 Ciparay dengan kekuatan personil sebanyak 16 anggota. Hari ini, kata Dansubsektor, seluruh anggota satgas dibantu dengan pelopor kebersihan melakukan karya bakti di sungai, di desa Manggungharja, jembatan andir, kampunga Sukadana, Kampung Paminggir, Kecamatan Ciparay.
"Korve dilaksanakan di aliran sungai sepanjang 500 meter, di desa Manggungharja," ujarnya.
Lebih lanjut Kapten Sokhibi menjelaskan, selama ini pembersihan di aliran sungai lebih banyak mengangkat sedimentasi dan gundukan sampah yang sudah bertahun tahun. "Sosialisasi, dan karya bhakti terus dilakukan, sosialisasi kepada warga hampir 90 persen telah menyentuh masyarakat, hanya saja tinggal bagaimana dalam melakukan pengawasan dan tindakan yang dapat memberikan efek jera jika masih ada oknum warga yang kedapatan buang sampah ke sungai," pungkasnya. (Cuy).