Klik
Jabar, Faktabandungraya.com,-- Kasus Human Trafficking atau Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dibeberapa wilayah Jawa Barat masih sering terjadi. Hal ini tidak boleh dibiarkan dan harus dilakukan pencegahan. Untuk itu, Gubernur Jabar Ridwan Kamil berpesan agar masyarakat tidak tergiur iming-iming pekerjaan dengan gaji fantastis.
Masih sering terjadinya kasus Human Trafficking, menurut Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, penyebab utamanya masalah ekonomi dan masih kurangnya pengetahuan masyarakat.
Masyarakat yang ekonominya lemah, cepat sekali tergiur dengan iming-iming akan mendapatkan gaji yang besar/ fantastis sehingga bersedia bekerja di kota-kota besar bahkan keluar negeri meski belum tahu pekerjaannya.
"Kepada para perempuan, kalau ada yang mengiming-imingi dengan pekerjaan yang terlihat fantastis gajinya, kudu curiga. Karena di dunia ini tidak mungkin mendapatkan pendapatan yang luar biasa tanpa sebuah skill apa-apa, pasti ada apa-apa," kata Emil, pada acara program Japri (Jabar Punya Informasi) di halaman belakang Gedung Sate, Jl. Diponegoro Kota Bandung, Kamis (10/1/19).
Gubernur Jabar yang akrab dipanggil Emil tersebut mengungkapkan, baru-baru ini, Pemprov Jabar melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) bersama Polda Jabar menjemput tiga orang anak perempuan korban trafficking dari Nabire, Papua, Jumat (4/1/19). Dua korban berusia 15 tahun dan seorang berusia 18 tahun yang semuanya adalah warga Jawa Barat, berasal dari Kota Bandung dan Kabupaten Bandung.
Ketiga Korban tersebut sudah dijemput pada tanggal 31 Desember 2018, dan kini ketiga korban tersebut sedang mendapatkan penanganan (treatment) oleh DP3AKB Jabar, P2TP2A Kota Bandung dan Kabupaten Bandung.
Lebih lanjut Emil mengatakan, kalau kita lihat kasus human trafficking kita lihat pertamanya ada iming-iming ekonomi. Tanpa diketahui bahwa mereka juga diperbudak secara seksual, sesuatu yang mengerikan dan mengkhawatirkan.
Untuk itu, Pemprov Jabar memperbaharui komiten dan merapatkan jajarannya agar angka TPPO dapat ditekan dengan berbagai program Jabar Juara seperti Sekoper Cinta, Mesra, One Village One Company, Jabar Quick Response, Masagi, Bumdesa Juara, dan lain-lain. Selain itu, kolaborasi dengan berbagai pihak seperti aparat penegak hukum, Lembaga Perlindungan Anak, NGO, dan pihak lainnya juga dilakukan sebagai langkah sinergi pencegahan dan penanganan TPPO di Jabar.
"Oleh karena itu, fundamentalnya yang pertama adalah kita pastikan ekonomi Jawa Barat ini menguat, tidak bisa dibiarkan," jelas Emil.
"Diharapkan dengan desa kuat ekonomi kuat, tidak ada lagi ibu-ibu yang terpakasa jadi TKW. Tidak ada lagi anaknya yang terpaksa -- tidak ada informasi, tidak ada kegiatan diiming-imingi, dibohongi, ditipu," sambungnya.
Untuk mendorong keharmonisan dan ketahanan keluarga di Jabar melalui berbagai program, salah satunya program Sekoper Cinta yang diluncurkan beberapa waktu lalu oleh Menteri Pemberdayaan Peremuan dan Perlindungan Anak RI.
Program Sekoper Cinta, di dalamnya ada program penguatan ketahanan keluarga, keharmonisan keluarga, dan juga ekonomi. Jadi, hulunya kita lakukan pencegahan dan ujungnya kita sangat responsif," tambahanya.
Menurut data International Organization for Migration (IOM) tahun 2011, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Timur merupakan sending area terbesar korban TPPO perempuan dan anak, yang jumlahnya diperkirakan mencapai 74.616 hingga 1 juta orang per tahun. Di antara beberapa provinsi tersebut, sebanyak 80% korban TPPO berasal dari Jawa Barat.
P2TP2A Jabar mencatat pada tahun 2018 ada 17 kasus TPPO, dengan total penanganan kasus dari 2010 – 2018 sebanyak 245 kasus, tandasnya. (husein).
Masih sering terjadinya kasus Human Trafficking, menurut Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, penyebab utamanya masalah ekonomi dan masih kurangnya pengetahuan masyarakat.
Masyarakat yang ekonominya lemah, cepat sekali tergiur dengan iming-iming akan mendapatkan gaji yang besar/ fantastis sehingga bersedia bekerja di kota-kota besar bahkan keluar negeri meski belum tahu pekerjaannya.
"Kepada para perempuan, kalau ada yang mengiming-imingi dengan pekerjaan yang terlihat fantastis gajinya, kudu curiga. Karena di dunia ini tidak mungkin mendapatkan pendapatan yang luar biasa tanpa sebuah skill apa-apa, pasti ada apa-apa," kata Emil, pada acara program Japri (Jabar Punya Informasi) di halaman belakang Gedung Sate, Jl. Diponegoro Kota Bandung, Kamis (10/1/19).
Gubernur Jabar yang akrab dipanggil Emil tersebut mengungkapkan, baru-baru ini, Pemprov Jabar melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) bersama Polda Jabar menjemput tiga orang anak perempuan korban trafficking dari Nabire, Papua, Jumat (4/1/19). Dua korban berusia 15 tahun dan seorang berusia 18 tahun yang semuanya adalah warga Jawa Barat, berasal dari Kota Bandung dan Kabupaten Bandung.
Ketiga Korban tersebut sudah dijemput pada tanggal 31 Desember 2018, dan kini ketiga korban tersebut sedang mendapatkan penanganan (treatment) oleh DP3AKB Jabar, P2TP2A Kota Bandung dan Kabupaten Bandung.
Lebih lanjut Emil mengatakan, kalau kita lihat kasus human trafficking kita lihat pertamanya ada iming-iming ekonomi. Tanpa diketahui bahwa mereka juga diperbudak secara seksual, sesuatu yang mengerikan dan mengkhawatirkan.
Untuk itu, Pemprov Jabar memperbaharui komiten dan merapatkan jajarannya agar angka TPPO dapat ditekan dengan berbagai program Jabar Juara seperti Sekoper Cinta, Mesra, One Village One Company, Jabar Quick Response, Masagi, Bumdesa Juara, dan lain-lain. Selain itu, kolaborasi dengan berbagai pihak seperti aparat penegak hukum, Lembaga Perlindungan Anak, NGO, dan pihak lainnya juga dilakukan sebagai langkah sinergi pencegahan dan penanganan TPPO di Jabar.
"Oleh karena itu, fundamentalnya yang pertama adalah kita pastikan ekonomi Jawa Barat ini menguat, tidak bisa dibiarkan," jelas Emil.
"Diharapkan dengan desa kuat ekonomi kuat, tidak ada lagi ibu-ibu yang terpakasa jadi TKW. Tidak ada lagi anaknya yang terpaksa -- tidak ada informasi, tidak ada kegiatan diiming-imingi, dibohongi, ditipu," sambungnya.
Untuk mendorong keharmonisan dan ketahanan keluarga di Jabar melalui berbagai program, salah satunya program Sekoper Cinta yang diluncurkan beberapa waktu lalu oleh Menteri Pemberdayaan Peremuan dan Perlindungan Anak RI.
Program Sekoper Cinta, di dalamnya ada program penguatan ketahanan keluarga, keharmonisan keluarga, dan juga ekonomi. Jadi, hulunya kita lakukan pencegahan dan ujungnya kita sangat responsif," tambahanya.
Menurut data International Organization for Migration (IOM) tahun 2011, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Timur merupakan sending area terbesar korban TPPO perempuan dan anak, yang jumlahnya diperkirakan mencapai 74.616 hingga 1 juta orang per tahun. Di antara beberapa provinsi tersebut, sebanyak 80% korban TPPO berasal dari Jawa Barat.
P2TP2A Jabar mencatat pada tahun 2018 ada 17 kasus TPPO, dengan total penanganan kasus dari 2010 – 2018 sebanyak 245 kasus, tandasnya. (husein).