Klik
JABAR, Fakabandungraya.com,-- Sungguh Ironis, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa angka pengangguran di Jabar masih dikisaran 8 persen atau sekitar sebanyak 1,85Juta jiwa. Dari 1,85 juta jiwa pengangguran di Jabar ternyata penyumbang terbesar adalah lulusan SMK/SMA.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Barat, Ade Afriandi mengakui bahwa angka pengangguran di Provinsi Jabar ada sekitar 1,85 juta jiwa, dan terbesar disumbang oleh lulusan SMK/SMA. Untuk itu, Disnakertrans Jabar membuat beberapa program trobosan untuk menurunkan angka pengangguran setian tahun sebesar 1 persen.
“Dari total 1,85juta jiwa penduduk Jabar yang belum memiliki pekejaan tersebut, ternyata penyumbang terbesar berasal dari lulusan SMK/SMA. Maka kita (Disnakertrans-red) telah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Jabar untuk bersama-sama berkolaborasi dan berinovasi agar pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi disesuaikan dengan kebutuhan lapangan pekerjaan”,
Hal ini dikatakan Ade Afriandi dalam acara silaturahmi, buka puasa bersama dan Interaksi Media di kantor Disnakertrans Jabar, Jalan Soekarno-Hatta No 532 Bandung, Minggu (12/5-2019).
Ade merasa optimis target pengurangan pengangguran di Jabar sebesar 1% dapat tercapai, untuk itu, pihaknya siap memberikan vokasi pelatihan bagi tenaga kerja milenial terutama lulusan SMK/SMA yang disesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja dan angkatan kerja yang ada. Selain itu, kita juga di tahun 2019 ini telah melakukkan reformasi pengupahan.
Lebih lanjut Ia mengatakan, Disnakertras Jabar juga sangat mendorong peningkatakan komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi antara pengawasan dan hubungnan industrial. Termasuk juga melakukan reviltalisai Balai Latihan Kerja(BLK) dalam memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja, Internasional, Regional maupun lokal.
Ade membenarkan apa yang dikatakan Sekda Jabar Iwa Karniwa, bahwa revitaliasi BLK sudah merupakan keharusan, karena hampir seluruh peralatan pelatihan yang ada di beberapa BLK di Jabar sudah dalam kategori jadul/ tua yang sudah tidak relavan dengan kondisi perkembangan teknologi saat ini.
Misalkan, peralatan pelatihan Otomotif, mobil atau motor yang dijadikan bahan bahan pelatihan bongkar pasang adalah mobil atau motor jadul. Sementara, sekarang kendaraan sudah menggunakan sistem otomatis. Sehingga, lulusan BLK otomotif saat melamar kerja dan uji kompetensi, bengong dan akhirnya tidak diterima, ujarnya.
Untuk itu, revitaliasi BLK harus dilakukan, namun tentunya kita akan berkoordinasi dengan unit-unit kerja di transmigrasi, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota termasuk juga para pelaku industri agar ditemukan titik kesepahaman. Terutama di bidang pelatihan, hubungan industrial, produktifitas, penempatan tenaga kerja dan pengawasan.
Lebih lanjut Ade mengatakan, bahwa angka pengangguran terbesar berada di perkotaan yang sebagian besar migran dari desa-desa. Padahal pemerintah telah cukup besar menggelontorkan dana desa yang tujuannya agar para generasi muda/ milenial tidak bermigran ke kota. Untuk itu, kita akan optimalisasikan mobile training unit di desa-desa dan menurunkan tenaga-tanaga trainner ke desa-desa agar calon tenaga di desa tidak lari kekota, ujarnya.
Selain itu, saat ini Disnakertrans Jabar juga tengah membuat sistem informasi navigasi migran service center. Serta membuat konsep democration of labour yang dicobakan pada May Day 2019, sehingga hari buruh tersebut menjadi ajang kreativitas buruh.
Berbagai program inovasi dan kalobari kita upayakan untuk menakan dan mengurangi angka pengangguran di Jabar dan menjadikan Jabar sebagai provinsi terproduktif, tandasnya. (sein).
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Barat, Ade Afriandi mengakui bahwa angka pengangguran di Provinsi Jabar ada sekitar 1,85 juta jiwa, dan terbesar disumbang oleh lulusan SMK/SMA. Untuk itu, Disnakertrans Jabar membuat beberapa program trobosan untuk menurunkan angka pengangguran setian tahun sebesar 1 persen.
“Dari total 1,85juta jiwa penduduk Jabar yang belum memiliki pekejaan tersebut, ternyata penyumbang terbesar berasal dari lulusan SMK/SMA. Maka kita (Disnakertrans-red) telah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Jabar untuk bersama-sama berkolaborasi dan berinovasi agar pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi disesuaikan dengan kebutuhan lapangan pekerjaan”,
Hal ini dikatakan Ade Afriandi dalam acara silaturahmi, buka puasa bersama dan Interaksi Media di kantor Disnakertrans Jabar, Jalan Soekarno-Hatta No 532 Bandung, Minggu (12/5-2019).
Ade merasa optimis target pengurangan pengangguran di Jabar sebesar 1% dapat tercapai, untuk itu, pihaknya siap memberikan vokasi pelatihan bagi tenaga kerja milenial terutama lulusan SMK/SMA yang disesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja dan angkatan kerja yang ada. Selain itu, kita juga di tahun 2019 ini telah melakukkan reformasi pengupahan.
Lebih lanjut Ia mengatakan, Disnakertras Jabar juga sangat mendorong peningkatakan komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi antara pengawasan dan hubungnan industrial. Termasuk juga melakukan reviltalisai Balai Latihan Kerja(BLK) dalam memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja, Internasional, Regional maupun lokal.
Ade membenarkan apa yang dikatakan Sekda Jabar Iwa Karniwa, bahwa revitaliasi BLK sudah merupakan keharusan, karena hampir seluruh peralatan pelatihan yang ada di beberapa BLK di Jabar sudah dalam kategori jadul/ tua yang sudah tidak relavan dengan kondisi perkembangan teknologi saat ini.
Misalkan, peralatan pelatihan Otomotif, mobil atau motor yang dijadikan bahan bahan pelatihan bongkar pasang adalah mobil atau motor jadul. Sementara, sekarang kendaraan sudah menggunakan sistem otomatis. Sehingga, lulusan BLK otomotif saat melamar kerja dan uji kompetensi, bengong dan akhirnya tidak diterima, ujarnya.
Untuk itu, revitaliasi BLK harus dilakukan, namun tentunya kita akan berkoordinasi dengan unit-unit kerja di transmigrasi, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota termasuk juga para pelaku industri agar ditemukan titik kesepahaman. Terutama di bidang pelatihan, hubungan industrial, produktifitas, penempatan tenaga kerja dan pengawasan.
Lebih lanjut Ade mengatakan, bahwa angka pengangguran terbesar berada di perkotaan yang sebagian besar migran dari desa-desa. Padahal pemerintah telah cukup besar menggelontorkan dana desa yang tujuannya agar para generasi muda/ milenial tidak bermigran ke kota. Untuk itu, kita akan optimalisasikan mobile training unit di desa-desa dan menurunkan tenaga-tanaga trainner ke desa-desa agar calon tenaga di desa tidak lari kekota, ujarnya.
Selain itu, saat ini Disnakertrans Jabar juga tengah membuat sistem informasi navigasi migran service center. Serta membuat konsep democration of labour yang dicobakan pada May Day 2019, sehingga hari buruh tersebut menjadi ajang kreativitas buruh.
Berbagai program inovasi dan kalobari kita upayakan untuk menakan dan mengurangi angka pengangguran di Jabar dan menjadikan Jabar sebagai provinsi terproduktif, tandasnya. (sein).