Klik
TASIKMALAYA,Faktabandungraya.com,--- Kepala Dinas Tenagakerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat, M.Ade Afriandi mengatakan, kemarin kita mengunjungi warga transmigrasi lokal asal Aceh di Legok Pal Desa Cempaka Sari Kecamatan Bojong Gambir Kabupaten Tasikmalaya. Melihat kondisi dan permasalahan warga translok disana, memang perlu dibantu dan dicarikan solusinya.
Dalam dialog dengan Warga Translok Legok Pal, mereka mengutarakan beberapa permasalahan, diantaranya: Mereka mengatakan, bahwa mereka adalah transmigrasi lokal asal Aceh yang ditempatkan oleh Pemerintah di Legok Pal Desa Cempaka Sari Kecamatan Bojong Gambir Kabupaten Tasikmalaya, sejak tahun 2000. Jadi kami sudah sekitar 19 tahun disini. Namun, sampai saat ini lahan seluas 200 Ha yang kami tempati ini belum bersertifikasi.
Selain masalah sertifikasi lahan, Mereka juga menyampaikan masalah akses jalan atau infrastruktur yang kurang memadai dan kondisi masyarakat UPT yang berada dalam kondisi taraf TDK meningkatkan. Katakan lah masih berada di garis kemiskinan,” kata Kadisnakertrans Jabar Ade Afriandi kepada wartawan disela-sela mengunjungi warga translok Legok Pal desa Cempaka Sari, Tasikmalaya, Selasa (9/7-2019).
Dalam mensikapi permalasahan yang disampaikan warga translok Legok Pal tersebut, Disnakertrans Jabar akan berupaya untuk membantu dan mengatasi persoalan tersebut.
Adapun terkait masalah sertifikasi lahan, Disnakertrans Jabar terlebih dahulu akan mengumpulkan data-data dan mendorong untuk melakukan pensertifikatan. Berbagai data yang diperlukan akan dikumpulkan untuk keperluan sertifikasi itu.
“Setelah adanya data-data, denah, atau pun pendukung lain, akan mudah melakukan pensertifikatan,” kata Ade Afriandi.
Sedangkan terkait untuk mendukung meningkatkan taraf hidup masyarakat transmigrasi lokal Legok Pal, Disnakertrans memberikan program pelatihan pelatihan keterampilan kepada kaum ibu. Keterampilan diarahkan pada peningkatan produk yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
“Diperlukan inovasi produk dalam memasarkan produk. Sampeu tong dibuat kiripik deui, kiripik deui. Harus ada inovasi lain,” katanya.
Lebih lanjut Ade menjelaskan, berbagai pelatihan telah dilakukan instansi. Namun, katanya, ada yang perlu diubah dalam manajemen pelatihannya. “Jangan sampai 4 L (empat el) pesertanya. Istilahnya “Lau lagi, lu lagi.” Sehingga tak berkembang, ada peningkatan taraf hidup,” kata Ade.
Sementara itu, terkait infrastruktur jalan, Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial, Joharudin SIP., mengatakan, selama 24 tahun jalan menuju transmigrasi lokal tak pernah berubah. “Jalannya tetap seperti ini. Tak ada perubahan. Saya orang Bandung, sudah 24 tahun di Bojong Gambir. Jalannya tetap seperti ini,” katanya lagi.
Joharudin berharap ada perbaikan jalan tersebut. Jalan menuju lokasi transmigrasi lokal Legok Pal dalam keadaan memprihatinkan. Kondisi fisik jalanan tinggal batu dan tanah. Permukaan jalannya ancur dan bergelombang.
Sebagai informasi, bahwa lahan transmigrasi lokal Legok Pal mulai dihuni tramsmifgran pada tahun 2000. Daerah transmigrasi ini dihuni warga asal Aceh yang saat itu terjebak konflik. Semula jumlahnya 200 KK. Namun kini tinggal 128 kepala keluarga. Area transmigran lokal sendiri berada di lahan seluas 200 ha. Satu kepala keluarga kini mengelola kurang 0,25 hektar 2.500 meter. (rls/red).