Klik
FAKTABANDUNGRAYA.COM, PANGALENGAN - Bertugas merevitalisasi dan normalisasi ekosistem anak dan cucu sungai Citarum, Satgas Citarum Sektor 21 terbagi menjadi 18 Subsektor yang tersebar di 3 Kabupaten Kota (Cimahi, Sumedang, dan sebagian wilayah Kabupaten Bandung). Dari luas dan banyak nya wilayah kerja sektor 21, tak heran jika permasalahan yang dihadapi juga beragam.
Seperti di Subsektor 18 Pangalengan, yang baru ditempatkan dua bulan lalu di hulu sungai Cisangkuy, mulai dari puncak Gede desa Kertamanah, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Pertama kali kunjungi Subsektor 18, Dansektor 21 Kol Inf Yusep Sudrajat mempelajari permasalahan yang selama ini menimbulkan pencemaran dari wilayah hulu sungai Cisangkuy.
Dansektor 21 Kol Inf Yusep Sudrajat didampingi Dansubsektor 18 Serka Ajang, Rabu (3/7/19), bertemu dan melakukan komunikasi dengan pihak PTPN VIII Kertamanah dan pengurus KPBS Pangalengan. Hal ini dilakukan sebagai upaya menghimpun informasi dan data sebelum melakukan rencana aksi guna mengatasi sebagian besar persoalan lahan kritis dan limbah kotoran hewan.
Lebih dulu bertemu dengan pihak PTPN VIII Kertamanah, Dansektor 21 Kol Inf Yusep Sudrajat mengaku banyak hal dan informasi yang didapat, "diantaranya ada lahan 500 hektar lebih yang digarap tanpa ijin, artinya secara ilegal," ujarnya.
"Pohon pohon besar sudah tidak ada, diganti dengan tanaman musiman (holtikultura). Ini perlu kita komunikasikan dan perbaiki, sehingga tidak bertambah lagi perambahan (pengalih fungsi) lahan," tegas Dansektor 21.
Selain itu, dari hasil komunikasi dengan Manajer PTPN VIII Dedi .... , satgas sektor 21 dan pihak perkebunan Kertamanah berencana akan melakukan pembibitan dan penanaman tanaman keras di daerah hulu sungai Cisangkuy, puncak Gede.
"Mudah mudahan dengan komunikasi ini, kita bisa memberikan kegiatan yang berguna bagi anak cucu kita, hutan kita yang sudah gundul mudah mudahan bisa kita tanami, minimal dengan tanaman yang sifatnya ekologi," harapnya.
Dansektor 21 juga merasa prihatin dengan kondisi lahan yang saat ini dialih fungsi menjadi lahan holtikultura. Pasalnya, menurut informasi yang didapat dari pihak perkebunan, "ada sekitar 170 petani penggarap, upahnya sangat minim, yang dapat untung adalah pemodal (pemilik lahan), rata rata 5 sampai 10 hektar lahan yang mereka (pemodal) memiliki, nanti akan kita tertibkan," ungkap Kolonel Yusep.
Sementara upaya mendapatkan informasi terkait permasalahan limbah hewan, usai bertemu dan melakukan komunikasi dengan pihak KPBS, Dansektor 21 mengungkapkan bahwa koperasi ini memiliki anggota sebanyak 2.700 peternak sapi perah, dengan jumlah sapi sebanyak 9.000 ekor. Dari jumlah anggota KPBS, 70 persen berlokasi di Kecamatan Pangalengan.
"Jumlah sapi yang banyak, dari penjelasan pengelola tadi bahwa pengolahan limbahnya (kotoran hewan) belum maksimal, rata rata masih dibuang sembarangan, ke sungai, di halaman belakang rumah. Yang (ternak) satu atau dua ekor mungkin tidak terlalu berdampak, tapi yang diatas 50 (ekor) wajib untuk dikelola dengan baik," jelasnya.
Jadi, kata Kolonel Yusep, untuk kesempatan hari ini baru menggali informasi dan keterangan secara administrasi data dari pengurus koperasi. Hal ini selanjutnya akan ditindaklanjuti oleh Dansubsektor 18 untuk mengecek satu persatu, terutama peternakan besar sejauh mana penanganan limbahnya.
"Setelah itu saya akan turun dan langsung melihat, kita akan himbau dan ajak peternak sapi untuk sama sama menguntungkan, peternak untung lingkungan juga untung, jadi harus dikelola dengan baik, intinya kesana," harapnya.
"Mudah mudahan kotoran ini menjadi penghasilan tambahan, karena di lembang sudah bisa, mudah mudahan disini juga bisa dilakukan. Satu sapi kotorannya (rata rata) satu hari 25 kilo, kalo dikalikan dengan jumlah sapi yang ada kira kira hampir 200 ton perhari, ini potensi yang besar bila dijadikan pupuk," sambungnya.
Dansektor 21 optimis dan menilai permasalahan limbah hewan dan lahan kritis yang ada di wilayahnya, khususnya di Subsektor 18 Pangalengan, penyelesaian persoalannya tak seberat dengan limbah industri.
"Optimis, kalo pendekatannya sesuai (tujuan) perpres dan kita komitmen melakukan itu, tidak ada masalah. Saya pikir tantangan disini tidak seberat (limbah industri) pabrik. Disini kita hanya mengajak dan melakukan sosialisasi, saya pikir tidak ada masalah," pungkasnya. (Cuy)
Seperti di Subsektor 18 Pangalengan, yang baru ditempatkan dua bulan lalu di hulu sungai Cisangkuy, mulai dari puncak Gede desa Kertamanah, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Pertama kali kunjungi Subsektor 18, Dansektor 21 Kol Inf Yusep Sudrajat mempelajari permasalahan yang selama ini menimbulkan pencemaran dari wilayah hulu sungai Cisangkuy.
Dansektor 21 Kol Inf Yusep Sudrajat didampingi Dansubsektor 18 Serka Ajang, Rabu (3/7/19), bertemu dan melakukan komunikasi dengan pihak PTPN VIII Kertamanah dan pengurus KPBS Pangalengan. Hal ini dilakukan sebagai upaya menghimpun informasi dan data sebelum melakukan rencana aksi guna mengatasi sebagian besar persoalan lahan kritis dan limbah kotoran hewan.
Lebih dulu bertemu dengan pihak PTPN VIII Kertamanah, Dansektor 21 Kol Inf Yusep Sudrajat mengaku banyak hal dan informasi yang didapat, "diantaranya ada lahan 500 hektar lebih yang digarap tanpa ijin, artinya secara ilegal," ujarnya.
"Pohon pohon besar sudah tidak ada, diganti dengan tanaman musiman (holtikultura). Ini perlu kita komunikasikan dan perbaiki, sehingga tidak bertambah lagi perambahan (pengalih fungsi) lahan," tegas Dansektor 21.
Selain itu, dari hasil komunikasi dengan Manajer PTPN VIII Dedi .... , satgas sektor 21 dan pihak perkebunan Kertamanah berencana akan melakukan pembibitan dan penanaman tanaman keras di daerah hulu sungai Cisangkuy, puncak Gede.
"Mudah mudahan dengan komunikasi ini, kita bisa memberikan kegiatan yang berguna bagi anak cucu kita, hutan kita yang sudah gundul mudah mudahan bisa kita tanami, minimal dengan tanaman yang sifatnya ekologi," harapnya.
Dansektor 21 juga merasa prihatin dengan kondisi lahan yang saat ini dialih fungsi menjadi lahan holtikultura. Pasalnya, menurut informasi yang didapat dari pihak perkebunan, "ada sekitar 170 petani penggarap, upahnya sangat minim, yang dapat untung adalah pemodal (pemilik lahan), rata rata 5 sampai 10 hektar lahan yang mereka (pemodal) memiliki, nanti akan kita tertibkan," ungkap Kolonel Yusep.
Sementara upaya mendapatkan informasi terkait permasalahan limbah hewan, usai bertemu dan melakukan komunikasi dengan pihak KPBS, Dansektor 21 mengungkapkan bahwa koperasi ini memiliki anggota sebanyak 2.700 peternak sapi perah, dengan jumlah sapi sebanyak 9.000 ekor. Dari jumlah anggota KPBS, 70 persen berlokasi di Kecamatan Pangalengan.
"Jumlah sapi yang banyak, dari penjelasan pengelola tadi bahwa pengolahan limbahnya (kotoran hewan) belum maksimal, rata rata masih dibuang sembarangan, ke sungai, di halaman belakang rumah. Yang (ternak) satu atau dua ekor mungkin tidak terlalu berdampak, tapi yang diatas 50 (ekor) wajib untuk dikelola dengan baik," jelasnya.
Jadi, kata Kolonel Yusep, untuk kesempatan hari ini baru menggali informasi dan keterangan secara administrasi data dari pengurus koperasi. Hal ini selanjutnya akan ditindaklanjuti oleh Dansubsektor 18 untuk mengecek satu persatu, terutama peternakan besar sejauh mana penanganan limbahnya.
"Setelah itu saya akan turun dan langsung melihat, kita akan himbau dan ajak peternak sapi untuk sama sama menguntungkan, peternak untung lingkungan juga untung, jadi harus dikelola dengan baik, intinya kesana," harapnya.
"Mudah mudahan kotoran ini menjadi penghasilan tambahan, karena di lembang sudah bisa, mudah mudahan disini juga bisa dilakukan. Satu sapi kotorannya (rata rata) satu hari 25 kilo, kalo dikalikan dengan jumlah sapi yang ada kira kira hampir 200 ton perhari, ini potensi yang besar bila dijadikan pupuk," sambungnya.
Dansektor 21 optimis dan menilai permasalahan limbah hewan dan lahan kritis yang ada di wilayahnya, khususnya di Subsektor 18 Pangalengan, penyelesaian persoalannya tak seberat dengan limbah industri.
"Optimis, kalo pendekatannya sesuai (tujuan) perpres dan kita komitmen melakukan itu, tidak ada masalah. Saya pikir tantangan disini tidak seberat (limbah industri) pabrik. Disini kita hanya mengajak dan melakukan sosialisasi, saya pikir tidak ada masalah," pungkasnya. (Cuy)