Klik
BANDUNG, Faktabandungraya.com,---
Direktur RSJ Provinsi Jawa Barat dr. Elly Marliani, SPKJ, MKM mengungkapan bahwa sebanyak 0,14 persen dari total jumlah penduduk Jabar terkena Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dan juga sebanyak 10 persen dari 100 orang
mengalami masalah kejiwaan dan masuk kedalam kelompok Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK).
Ada dua kategori orang mengalami kejiwaan ODMK dan ODGJ. Hal ini dikatakan Direktur RSJ Provinsi Jawa Barat dr. Elly Marliani, SPKJ, MKM dalam acara Jabar Punya Informasi (Japri) Pemprov jabar dengan tema Advokasi kesehatan Jiwa dan peringatan World Mental Health day 2019, Di aula lokananta Gedung Sate Bandung Jl. Diponegoro 22 Bandung, Kamis (10/10/2019).
Narasumber pada acara Japri tersebut, selain Direktur RSJ Provinsi Jawa Barat, Dr. dr. Elly Marliyani, SPKJ., MKM juga ada Drg. Arief Sutedjo, MKM (Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinkes Jabar)
; dr. Siska Gerfianti, MH. kes., Sp. DLP (staf Khusus Gubernur Bidang Kesehatan) dan Drs. Ipik Supena, MM (Kasie RSTS, KPN dan PO Dinsos Jabar)
Dikatakan, dr Elly, ODMK hampir sama dengan orang biasa, mereka pemikirannya realistik. Namun, biasanya ada gangguan mood, ganguan perasaan, baik cemas, sedih, kesakitan, sulit tidur dan sebagainya,
ODMK jumlahnya lebih banyak, dibandingkan ODGJ. Kalau di jabar ini, 9,6 persen jadi kurang lebih 10 persen dari 100 orang di jabar mengalami ODMK.
Sedangkan kelompok ODGJ biasanya mempunyai pemikiran yang tidak realistik, atau bisa disebut dengan autistik. Maksudnya, apa yang dilihat dan dipikirkan orang biasa, dengan apa yang dilihat dan dipikirkan ODGJ berbeda.
“Orang biasa melihat microphone sebagai alat untuk membantu komunikasi, tetapi ODGJ, mungkin melihatnya sebagai alat atau barang yang sangat berharga, yang akan menyebabkan dia pergi ke langit ke-tujuh,” jelasnya.
Terkait dengan ODGJ ini Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat drg. Arief Sutedjo, MKM., lebih jelas menyebutkan bahwa di Jabar, jumlah mereka mencapai 0,14 persen.
“Di kali dengan jumlah penduduk, itu kalau ditotal-total, jumlahnya sekitar 69 ribu,” katanya.
Populasinya tersebar di seluruh Jabar, dari jumlah tersebut, baru 10 persennya mendapatkan pelayanan sosial, lebih ke arah kesehatan, dan sebagainya. Dari data di puskesmas baru ada ada sekitar 15 ribuan, dengan demikian, banyak dari mereka yang belum tercakup, ungkapnya.
Terkait hal ini Staf Khusus Gubernur Bidang Kesehatan, dr Siska Gerfianti MH Kes, Sp. DLP mengatakan urusan kesehatan jiwa atau kesehatan mental itu merupakan program prioritas Gubernur Jabar.
“Terutama sekarang ini, kita tengah berupaya pada sumber daya manusia (SDM) yang unggul, karena SDM unggul itu selain butuh fisik yang sehat juga harus punya mental yang sehat,” ujarnya.
Bila dilihat dari difinisinya, sehat itu butuh kesehatan fisik, mental, spiritual, dan sosial. Selain itu, juga harus produktif secara sosial maupun ekonomi.
“Jadi, Pemprov Jabar menilai kesehatan jiwa penting sekali,” tandasnya. (husein).
Direktur RSJ Provinsi Jawa Barat dr. Elly Marliani, SPKJ, MKM mengungkapan bahwa sebanyak 0,14 persen dari total jumlah penduduk Jabar terkena Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dan juga sebanyak 10 persen dari 100 orang
mengalami masalah kejiwaan dan masuk kedalam kelompok Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK).
Ada dua kategori orang mengalami kejiwaan ODMK dan ODGJ. Hal ini dikatakan Direktur RSJ Provinsi Jawa Barat dr. Elly Marliani, SPKJ, MKM dalam acara Jabar Punya Informasi (Japri) Pemprov jabar dengan tema Advokasi kesehatan Jiwa dan peringatan World Mental Health day 2019, Di aula lokananta Gedung Sate Bandung Jl. Diponegoro 22 Bandung, Kamis (10/10/2019).
Narasumber pada acara Japri tersebut, selain Direktur RSJ Provinsi Jawa Barat, Dr. dr. Elly Marliyani, SPKJ., MKM juga ada Drg. Arief Sutedjo, MKM (Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinkes Jabar)
; dr. Siska Gerfianti, MH. kes., Sp. DLP (staf Khusus Gubernur Bidang Kesehatan) dan Drs. Ipik Supena, MM (Kasie RSTS, KPN dan PO Dinsos Jabar)
Dikatakan, dr Elly, ODMK hampir sama dengan orang biasa, mereka pemikirannya realistik. Namun, biasanya ada gangguan mood, ganguan perasaan, baik cemas, sedih, kesakitan, sulit tidur dan sebagainya,
ODMK jumlahnya lebih banyak, dibandingkan ODGJ. Kalau di jabar ini, 9,6 persen jadi kurang lebih 10 persen dari 100 orang di jabar mengalami ODMK.
Sedangkan kelompok ODGJ biasanya mempunyai pemikiran yang tidak realistik, atau bisa disebut dengan autistik. Maksudnya, apa yang dilihat dan dipikirkan orang biasa, dengan apa yang dilihat dan dipikirkan ODGJ berbeda.
“Orang biasa melihat microphone sebagai alat untuk membantu komunikasi, tetapi ODGJ, mungkin melihatnya sebagai alat atau barang yang sangat berharga, yang akan menyebabkan dia pergi ke langit ke-tujuh,” jelasnya.
Terkait dengan ODGJ ini Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat drg. Arief Sutedjo, MKM., lebih jelas menyebutkan bahwa di Jabar, jumlah mereka mencapai 0,14 persen.
“Di kali dengan jumlah penduduk, itu kalau ditotal-total, jumlahnya sekitar 69 ribu,” katanya.
Populasinya tersebar di seluruh Jabar, dari jumlah tersebut, baru 10 persennya mendapatkan pelayanan sosial, lebih ke arah kesehatan, dan sebagainya. Dari data di puskesmas baru ada ada sekitar 15 ribuan, dengan demikian, banyak dari mereka yang belum tercakup, ungkapnya.
Terkait hal ini Staf Khusus Gubernur Bidang Kesehatan, dr Siska Gerfianti MH Kes, Sp. DLP mengatakan urusan kesehatan jiwa atau kesehatan mental itu merupakan program prioritas Gubernur Jabar.
“Terutama sekarang ini, kita tengah berupaya pada sumber daya manusia (SDM) yang unggul, karena SDM unggul itu selain butuh fisik yang sehat juga harus punya mental yang sehat,” ujarnya.
Bila dilihat dari difinisinya, sehat itu butuh kesehatan fisik, mental, spiritual, dan sosial. Selain itu, juga harus produktif secara sosial maupun ekonomi.
“Jadi, Pemprov Jabar menilai kesehatan jiwa penting sekali,” tandasnya. (husein).