Klik
DAYEUHKOLOT, faktabandungraya.com,--- Warga 3 RW wilayah dua desa (desa Cangkuang Wetan dan Kelurahan Pasawahan) yang berada bantaran sungai Citepus merasa bersyukur karena hujan yang turun beberapa hari di sekitar Kota Bandung (hulu Citepus) tidak membuat aliran sungai Citepus meluap dan menggenangi pemukiman rumah warga. Menurut warga, hal ini berkat terselesaikannnya pengerukan sedimentasi di sungai Citepus sepanjang sekitar 2 Kilometer di wilayah Dayeuhkolot oleh Satgas Citarum Sektor 21 Subsektor 6.
Salahsatu warga RT 02 RW 11, Kelurahan Pasawahan, Sunarya (58) mengakui bahwa biasanya saat musim hujan tiba, luapan air sungai Citepus membanjiri rumahnya setinggi 60 sampai 100 sentimeter. "Disini sudah biasa menjadi langganan banjir setiap tahun musim hujan, 60 sentimeter sampai 1 meter ketinggian air," ujarnya saat ditemui di rumahnya, Senin (4/11/19).
Dikatakan Sunarya, dirinya tinggal sejak tahun 1992 bahwa banjir musiman terjadi sejak tahun 2002 lalu. Menurutnya, selain karena faktor sedimentasi sejak 30 tahun lalu belum dilakukan normalisasi melalui pengerukan sedimentasi. Peralihan fungsi lahan dari areal pesawahan menjadi perumahan di sekitar wilayah Kota Bandung, baik itu di Mekarwangi, Karasak, Ciguriang.
"Dulu kan masih banyak areal pesawahan di wilayah karasak, mekarwangi, dan ciguriang, yamg menampung air saat musim hujan di wilayah sungai citepus ini," ungkapnya.
Tapi, semenjak dilakukan pengerukan sedimentasi oleh satgas citarum, "hujan beberapa hari terakhir tidak membuat sungai citepus meluap dan membanjiri rumah warga," sambungnya.
Sementara, Dansubsektor 21-6 Citepus Peltu Edy Purwanto mengatakan bahwa selama 3 bulan ini satgas citarum sudah melaksanakan pengerukan sedimentasi sebanyak kurang lebih 3.000 meter kubik dari aliran sungai Citepus.
"Normalisasi melalui pengerukan sungai citepus sudah terselesaikan sepuluh hari yang lalu, dengan rasa syukur masyarakat juga menggelar kegiatan mancing bersama di sungai dengan menebar 4 kuintal ikan lele dan 1 kuintal ikan patin, sebagai bentuk ucapan terimakasih warga masyarakat kepada satgas citarum," tuturnya.
Menanggapi banjir rutin tahunan yang biasa menimpa warga di sekitar bantaran sungai Citepus, menurut Peltu Edy bersama jajarannya bahwa dari hujan lebat yang terjadi di wilayah Kota Bandung dan wilayah Dayeuhkolot, "arus air kiriman dari Kota bandung sampai hari ini alhamdulillah tidak sampai naik ke pemukiman masyarakat," terangnya.
"Genangan (tinggi air) juga tidak terlalu lama menggenang di aliran sungai citepus, jadi arus air langsung ke hilir sungai yang bermuara ke sungai citarum," imbuhnya.
Namun, dirinya mengungkapkan masih ada titik perhatian satgas, yaitu normalisasi ini belum selesai seratus persen, karena masih tersisa 500 meter wilayah hilir yang kebetulan masuk dalam wilayah tugas Sektor 7 Satgas Citarum Harum. "Kami belum bisa menyelesaikan karena lintas sektoral, selanjutnya mungkin kami akan melaporkan kepada Dansektor bagaimana untuk kegiatan selanjutnya," pungkasnya (cuy)
Salahsatu warga RT 02 RW 11, Kelurahan Pasawahan, Sunarya (58) mengakui bahwa biasanya saat musim hujan tiba, luapan air sungai Citepus membanjiri rumahnya setinggi 60 sampai 100 sentimeter. "Disini sudah biasa menjadi langganan banjir setiap tahun musim hujan, 60 sentimeter sampai 1 meter ketinggian air," ujarnya saat ditemui di rumahnya, Senin (4/11/19).
Dikatakan Sunarya, dirinya tinggal sejak tahun 1992 bahwa banjir musiman terjadi sejak tahun 2002 lalu. Menurutnya, selain karena faktor sedimentasi sejak 30 tahun lalu belum dilakukan normalisasi melalui pengerukan sedimentasi. Peralihan fungsi lahan dari areal pesawahan menjadi perumahan di sekitar wilayah Kota Bandung, baik itu di Mekarwangi, Karasak, Ciguriang.
"Dulu kan masih banyak areal pesawahan di wilayah karasak, mekarwangi, dan ciguriang, yamg menampung air saat musim hujan di wilayah sungai citepus ini," ungkapnya.
Tapi, semenjak dilakukan pengerukan sedimentasi oleh satgas citarum, "hujan beberapa hari terakhir tidak membuat sungai citepus meluap dan membanjiri rumah warga," sambungnya.
Sementara, Dansubsektor 21-6 Citepus Peltu Edy Purwanto mengatakan bahwa selama 3 bulan ini satgas citarum sudah melaksanakan pengerukan sedimentasi sebanyak kurang lebih 3.000 meter kubik dari aliran sungai Citepus.
"Normalisasi melalui pengerukan sungai citepus sudah terselesaikan sepuluh hari yang lalu, dengan rasa syukur masyarakat juga menggelar kegiatan mancing bersama di sungai dengan menebar 4 kuintal ikan lele dan 1 kuintal ikan patin, sebagai bentuk ucapan terimakasih warga masyarakat kepada satgas citarum," tuturnya.
Menanggapi banjir rutin tahunan yang biasa menimpa warga di sekitar bantaran sungai Citepus, menurut Peltu Edy bersama jajarannya bahwa dari hujan lebat yang terjadi di wilayah Kota Bandung dan wilayah Dayeuhkolot, "arus air kiriman dari Kota bandung sampai hari ini alhamdulillah tidak sampai naik ke pemukiman masyarakat," terangnya.
"Genangan (tinggi air) juga tidak terlalu lama menggenang di aliran sungai citepus, jadi arus air langsung ke hilir sungai yang bermuara ke sungai citarum," imbuhnya.
Namun, dirinya mengungkapkan masih ada titik perhatian satgas, yaitu normalisasi ini belum selesai seratus persen, karena masih tersisa 500 meter wilayah hilir yang kebetulan masuk dalam wilayah tugas Sektor 7 Satgas Citarum Harum. "Kami belum bisa menyelesaikan karena lintas sektoral, selanjutnya mungkin kami akan melaporkan kepada Dansektor bagaimana untuk kegiatan selanjutnya," pungkasnya (cuy)