Lontong Kari Pasteur "Ibu Sri" ( foto:husein) |
Bahkan sejak keluarnya Peraturan
Walikota (Perwal) Bandung, 14 tahun 2020 tentang pelaksanaan PSBB dalam
penanganan corona virus disease 2019
(covid-19), yang mengatur pembatasan aktivitas luar rumah yang dilakukan oleh
setiap orang yang berdomisili dan/atau berkegiatan di Daerah Kota. Hal ini mau
tidak bagi pelaku usaha Kuliner mengalami dampak yang sangat luar biasa.
Selama pemberlakuan PSBB, setiap
orang wajib: melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) atau Adaptasi
Kebiasaan Baru (AKB) dengan menerapkan protokol kesehatan 3M : Memakai masker, menjaga jarak dan mencuci
tangan pakai sabun/ hand sanitizer.
Tujuan dikeluarkannya Perwal No
14 tahun 2020, untuk mengantisipasi penyebaran pandemi covid-19, sehingga perlu dilakukan pembatasan aktifitas
/gerak masyarakat bahkan sekolahpun memberlakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ)
melalui daring. Sehingga seluruh sekolah di Kota Bandung mulai dari TK-PAUD
sampai Perguruan Tinggi tutup sementara, sampai dinyatakan aman oleh
pemerintah.
Dampak diliburkannya sekolah, bagi
Bu Sri Rahayu (56) yang sehari-hari berjualan warung nasi dengan nama “ Warnas
Bu Sri Pasteur” dilingkungan Sekolah dan Perguruan Tinggi di Jalan Kembar Empat
Pasteur-Bandung, sangat luar biasa.
Menurut Bu Sri, sebelum
merebaknya covid-19, setiap hari bisa menghabiskan 10 kg beras atau sekitar 100
bungkus/piring, karena diwilayah Kembar Empat-Pasteur selain ada sekolah dan
Perguruan tinggi juga banyak kos-kosan dan perkantoran swasta. Sehingga, setiap hari mereka makan diwarung.
Kondisi Warung Lontong KAri Pasteur "Ibu Sri" |
Melihat konsumen/ pembeli tidak
ada peningkatan, maka pada bulan April hingga Juli bu Sri terpaksa menutup
warung nasinya.
“Ya, daripada terus merugi,
terpaksa warung nasi saya tutup saja”, ujar bu Sri
Seiring dengan perkembangan
kondisi covid-19, dan pemerintah telah memperbolehkan kembali konsumen makan
ditempat dan beberapa perkentoran sudah mulai buka kembali, kini masyarakat
yang bergerak di sektor kuliner/ rumah makan mulai buka kembali. Walaupun omset
yang diraih masih jauh dari sebelum merebaknya covid-19. Namun, bagi bu Sri,
belum mau membuka kembali warung nasinya.
“Saya belum mau membuka kembali
warung nasi, karena modal sudah termakan untuk kebutuhan sehari-hari, jadi
sekarang saya berjualan Lontong Kari Pasteur dengan nama tetap “ibu Sri”. Dan
juga tidak membutuhkan modal terlalu
besar”, ujar ibu yang memiliki 4 orang anak ini.
Saat ditanya, sejak kapan jualan Lontong
Kari ?... Menurutnya, ia membuka warung Lontong Kari Pasteur pada awal Agustus,
sedangkan jenis lontong kari yang dijual ada Lontong kari sapi ( biasa dan
Komplit) dan lontong kari ayam (biasa dan komplit), ujarnya.
Untuk lontong kari sapi biasa
harganya Rp.10.000 per porsi/piring, lontong kari sapi komplit harganya Rp.12.500,-
, sedangkan untuk lontong kari ayam biasa harganya Rp.10.000,- dan lontong kari
ayam komplit harganya Rp.12.500,-. Harga yang jual tersebut, memang tidak
mahal, karena disesuaikan dengan lingkungan masyarakat, harga anak kos, tapi
rasa tidak kalah dengan harga cafe.
Bu Sri menambahkan, selain
menjual secara manual yaitu konsemen yang datang, ia juga menjual secara online
bekerjasama dengan gofood dan grabfood. Bagi masyarakat yang ingin memesan
Lontong Kari Pasteur secara online dapat menghubungi bu Sri melalui
HP.082116894520.
Apakah bu Sri, membuka warung
lontong kari setiap hari ?... Ya, setiap hari dari jam 06.00 sampai 14.00
WIB. Namun, hari Jum’at tutup, karena
sejak September hingga Sekarang, saya mendapatkan kepercayaan dari seseorang
untuk menyediakan nasi bungkus sebanyak 50 bungkus. Katanya sich, untuk
dibagikan ke pesantren dan kaum dhuafa oleh yang bersangkutan, ujar bu Sri.
“Alhamdullah, ditengah pandemi
covid-19, masih diberikan kepercayaan dan rezky oleh Allah, bahkan jumat
kemarin, minta ditambah menjadi 60 bungkus, 50 bungkus diambil sama yang
bersangkutan dan 10 lagi untuk dibagikan ke warga disini, ujarnya penuh syukur.
Agro Meat Shop jln. Ciliwung Bandung (foto:husein) |
“Terus terang, kami yang bergerak
di usaha kuliner sangat merasakan dampak dari covid-19, bahkan dapat dikatakan,
pelaku kuliner paling kena duluan tertembak covid-19,” ujar Erwin.
Bayangkan, jam operasional
dibatasi, pengunjung tidak boleh makan ditempat. Padahal yang namanya kuliner steak enaknya dimakan saat masih
panas/hanget-hanget. Disamping itu, banyaknya konsumen makan malam/dinner itu
sekitar jam 19 hingga 21.
Dengan pemberlakukan PSBB dan
kini PSBM, ternyata masih banyak restoran dan cafe yang masih tutup. Namun, alhamdulllah, kami selaku
majemen Agro Meat Shop “ Eat More Meat” tidak begitu saja menyerah dan terus
berikhtiar dengan cara berjualan online melalui kerjasama dengan Go food dan Grab food, atau market place.
Namun, yang tidak bisa dihindari
yaitu pengurangan, dengan cara sebagian dirumahkan tapi tetap diberikan
penghasilan. Namun, bagi yang sudah
dapat pekerjaan lain ya, sudah kita lepas. Sedangkan terkait omset, ya drop
langsung.
Alhamdullah sekarang sudah
diijinkan lagi buka dan dapat makan ditempat dengan catatan mematuhi penerapan
protokol kesehatan. Di cafe kita ini,
sangat ketat memberlakukan protokol kesehatan (3M). Kan konsemen akan datang
kalau perlakuan protokol kesehatan bagus. Untuk itu, dalam market place,
melalui media sosial kita kuatkan bahwa Agro Meat Shop “ Eat More Meat”sangat
ketat dalam menerapkan protokol
kesehatan. Baik itu, melalui vidio
konten maupun.
Bahkan ada konsumen yang
bertanya, bagaimana penerapan prokesnya... kita jawab, bahwa setiap konsumen
yang datang kita ceck suhu tubuh, harus cuci tangan dan menjaga jarak baik saat
datang maupun saat duduk untuk makan. Bahkan posisi jumlah meja dan kursi kita
batasi hanya 50% pada waktu normal, semua itu kita ikuti prosedur anjuran
pemerintah.
Erwin (Manejer Agro Meat Shop ) memberikan penjelasan ke karyawannya. (foto:husein) |
Harapan kita, covid-19 cepat
berlalu, tapi selama masih ada covid-19, kita komitment tetap menerapkan prokes
secara ketat, tandasnya. (husein).