BANDUNG, Faktabandungraya.com,---
Seluruh sektor perekonomian terdampak cukup parah, termasuk juga sektor pertanian
sejak merebaknya pandemi covid-19, beberapa bulan ini. Namun, walaupun
terdampak, ternyata sektor pertanian masih bisa bertahan dan dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat akan pangan.Ir.H.Herry Darmawan, anggota Komisi II DPRD Jabar ( foto;istimewah)
Untuk itu, menurut Anggota Komisi
II DPRD Jawa Barat Ir.H.Herry Darmawan, dalam penanganan covid-19 dan pemulihan
ekonomi daerah (PED), sudah seharusnya
pemerintah provinsi Jawa Barat memberikan perhatian khusus untuk sektor
pertanian.
Hal ini kenapa ?.. karena selama
pandemi covid-19, ternyata para petani tetap mampu bekerja di ladang/ sawah dan
menghasilkan kebutuhan akan pangan bagi masyarakat, khusus warga Jabar. Namun, kendalanya, dalam meningkatkan
produksi pertanian, para petani seringkali kesusahan akan kelangkaan pupuk anorganik,
terutama saat masuk musim tanam. Pupuk anorganik kerap kali sulit didapat,
terutama pupuk subsidi dari pemerintah.
Kelangkaan pupuk anorganik
seharusnya tidak perlu terjadi kalau saja pemerintah daerah (Pemprov Jabar)
memberikan pelatihan bagi para kelompok tani untuk berkarya menciptakan/
membuat dan memproduksi pupuk organik,
kata Herry Darmawan, saat ditemui di gedung DPRD Jabar, Senin (26/10/2020).
Dikatakan, pelatihan bagi para
kelompok tani untuk membuat pupuk organik merupakan tanggungjawab
pemerintah. Nanti pada saatnya, petani
yang sudah mendapatkan pelatihan ini dapat menjadi tranner bagi petani-petani
lain, sehingga ketika akanmemasuki musim taman, pupuk organik sudah tersedia,
dan dapat memenuhi sendiri kebutuhan
akan pupuknya.
Sektor pertanian itu, bukan semata hanya sawah (padi-red) tetapi juga ada palawija, sayur-mayur. Untuk itu, Komisi II DPRD Jabar mendorong Pemprov Jabar melalui OPD mitra Komisi II, seperti Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (Dinas TPH), dan Dinas Perkebunan dan Dinas Kehutanan untuk melatih para kelompok tani (poktan) membuat dan memproduksi pupuk organik.
Namun, kata Herry, sektor
perkonomian hingga saat ini mendapatkan
alokasi cukup kecil dalam setiap penyusunan anggaran APBD. Padahal semestinya, kalau memang pemerintah
daerah (Gubernur-red) benar-benar ingin mendongkrak perekonomian masyarakat
khususnya di sektor perekonomian, seharusnya menambah alokasi anggaran dalam
APBD, terutama dalam kondisi pandemi covid-19 sekarang ini, ujarnya.
Dalam setiap penyusunan anggaran,
bahkan kemarin saat pembahasan APBD Perubahan 2020 dan pembahasan RAPBD
2021, Komisi II sudah mendorong
penambahan anggaran untuk mitra OPD Komisi II. Namun, nyatanya anggaran untuk
sektor perekonomian tetap saja
mendapatkan alokasi yang minim. Sehingga, tidak salah juga, kalau
kalangan generasi milenial tidak tertarik untuk terjun di sektor pertanian.
“Saya tekankan disini, semestinya
dalam hal penangan pandemi covid-19, Pemerintah memfokuskan untuk bagaimana
memulihkan ekonomi masyarakat Jabar, salah satunya dengan memberikan
pelatihan-pelatihan bagi poktan dalam membuat dan memproduksi pupuk organik.
Sehingga untuk tahun 2021 kita dapat mempradiksikan pertumbuhan ekonomi Jabar”,
ujar Politisi PAN Jabar dari Dapil 13 Jabar : Kabupaten Kuningan, Kabupaten
Ciamis, Kota Banjar, Kabupaten Pangandaran ini.
Lebih lanjut, Ia mengatakan, sejak berjangkitnya virus
covid-19 di Indonesia dan khsususnya di Jabar, bahwa sektor perekonomian yang
sangat terdampak covid-19 itu adalah bidang manufaktur tetapi yang bertahan
justru bidang pertanian.
“Kan manufaktur itu tergantung
dengan pasar Global, sedangkan pertanian, itu mencerminkan masyarakat kita.
Maka sangat tepat kalau pertanian itu disebut sebagai soko guru bangsa (
ketahanan pangan-red). Namun, hanya
saja, isu pertanian ini selalu ditutup”, tegas politisi PAN Jabar ini.
Kalau saja sektor pertanian ini
di explor soal kemampuan petani Indonesia, pasti kita mampu bersaing dengan
negara-negara penghasil pertanian, hanya saja perlu merubah mindsets (pola
pikir) yaitu tidak lagi memikirkan kepantingan pribadi/ kelompok yang hanya
untuk menabung semata, tetapi dirubah menjadi usaha tani/ pertanian.
Herry menambahkan, sebenarnya
Komisi II telah mendorong kepada OPD mitra Komisi II untuk mempersiapkan
tahapan-tahapan kemandirian pertanian, dengan melakukan pendekatan ke kelompok
tani, memberikan pelatihan dan pembinaan kepada petani , sehingga SDM Pertanian
kuat. Dan juga mendukung sarana-prasarana pertanian (Teknolgi pertanian)
sehingga produksi pertanian meningkat dan ketahanan pangan terpenuhi dan
menjadi kuat.
Andaikan, produksi pertanian
dalam negeri atau daerah dapat memenuhi kebutuhan akan pangan, maka secara
tidak langsung kita mampu menekan angka impor pertanian masuk Indonesia, tandsnya.
(adikaraya/husein).