JAKARTA,
Faktabandungraya.com,--- Peringatan puncak Hari Pers Nasional 2021, pada Selasa
9 Februari 2021, besok, PWI Pusat menyelenggarakan Konvensi Nasional Media
Massa yang dihadiri oleh ratusan peserta dari unsur wartawan, pemerintah hingga
praktisi media.PWI Pusat Gelar Konvensi Nasional Media massa di Hall Putri Duyung, Ancol, Jakarta Utara,
(foto;istimewa).
Pada konvensi ini terdapat
dua kali sesi diskusi yang berlangsung dengan tema berbeda. Pada sesi pertama,
bertajuk "Membangun Ekosistem Pers Nasional Yang Berkelanjutan"
dengan ketua Dewan Pers Mohammad Nuh dan Gubernur DKI Anies Baswedan,
memberikan sambutan.
Sementara narasumber ialah
Menkominfo Johny G Plate, pengusaha media Hary Tanoesoedibjo, Anggota Dewan
Pers Agus Sudibyo, Media Siber Anthony Wonsono, dan Komisi Persaingan &
Konsumen Australia (ACCC) Merrin Hambley.
Dalam sambutannya, Ketua
Dewan Pers Mohammad Nuh menyebut ada tiga pelajaran yang dapat diambil media
ketika menghadapi pandemi Covid-19. Pertama, yakni perubahan.
Dampak pandemi covid-19, tidak
hanya masyarakat dunia, media pun turut terdampak. Oleh karena itu mau tidak
mau kita harus berubah," kata Nuh di lokasi HPN, Hall Putri Duyung, Ancol,
Jakarta Utara, Senin (8/2/2021).
Nuh menambahkan, pelajaran
kedua yakni tentang kebersamaan dalam membangun optimisme. "Media kita
alhamdulillah insan pers terus menggelorakan optimisme dan empati publik itu.
Karena jawaban saat kita menghadapi persoalan besar adalah opimisme dan empati
publik," katanya.
Terakhir, Nuh mengingatkan
pentingnya bagi insan pers bagaimana cara mengolah data menjadi informasi.
"Pelajaran ketiga, jangan sekali-kali media abai terhadap data, tidak
mampu mengelola data menjadi informasi. Kalau itu yang terjadi justru tidak
mencerdaskan kehidupan bangsa malah bodohin," katanya.
Tema Konvensi “"Membangun
Ekosistem Pers Nasional Yang Berkelanjutan" sangat tepat, dimana pelajari
evolusi bisnis awalnya monopoli, berkembang ke kompetisi. Selamat HPN 2021
selamat menjalani konvensi, dunia pers tetap jaya. Demokrasi berkualitas
Indonesia tetap jaya," kata Nuh.
Sementara itu, Gubernur DKI
Jakarta Anies Baswedan selaku tuan rumah HPN 2021, mengaku Jakarta merasa
terhormat saat ditunjuk menjadi tuan rumah Konvensi Media Nasional dan Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2021,
menyusul pandemi yang masih terjadi.
"Jakarta merasa
terhormat, bahwa HPN 2021 diselenggarakan di Jakarta. Kita semua menyadari
persis, bahwa suasana tahun 2021 ini. Ini event sangat berbeda dengan suasana
sebelumnya, karena kita sedang menghadapi pandemi," jelas Anies.
Beberapa waktu lalu pengurus
PWI Pusat, datang ke Saya, dan menyampaikan HPN 2021 Jakarta menjadi tuan
rumah. Saya (waktu itu) menyampaikan
Jakarta siap, dan kita akan
memfasilitasi seluruh rencana, tentu dengan keterbatasan mobilitas. Kita
tut wuri handayani, karena ini adalah perayaannya dunia pers," ujar Anies.
Media Berjuang Melawan Covid-19
PWI Pusat Gelar Konvensi Nasional Media massa di Hall Putri Duyung, Ancol, Jakarta Utara, (foto;istimewa). |
"Untuk skala kecil
adalah menerapkan 3M, dan bagi Pemerintah 5M. Tugas pers nasional adalah,
bagaimana ikut menyampaikan pesan-pesan prokes dan menegakkan aturan itu secara
maksimal," tambah Anies.
Sementara itu Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Johnny G Plate yang memberi Keynote Speech menjelaskan, pemerintah menghadapi gelombang infodemik yang berbahaya saat pandemi covid-18. Pers juga diharapkan membantu pemerintah untuk terus menjadi sumber informasi masyarakat yang terpercaya.
"Kita harus terus
waspada menghadapi infodemik yang mengisi ruang-ruang berita melalui post
truth, hoaks, misinformasi, dan fake news yang membingungkan masyarakat,"
jelasnya.
Menkominfo juga mengatakan, saat
ini pers didorong dapat bertransformasi dan terus beradaptasi dengan pesatnya
perkembangan teknologi dan dampak dari Covid-19.
Kemajuan teknologi dan
digitalisasi membuat cakupan pers dan media massa semakin luas, mengingat
masyarakat yang semakin tergantung pada teknologi digitalisasi. Bahkan hasil
survei Nielsen tahun 2020 di mana pembaca media online ada sebanyak 6 juta
orang, sedangkan pembaca media cetak hanya 4,5 juta orang saja.
“Saya tentu berharap bahwa
pada konvensi hari ini, rekan-rekan pers dan seluruh insan media dapat
memperkuat komitmen bersama sekaligus memperluas peran media dalam membangun
media massa yang aktual, faktual dan harus akuntabel. Ini penting untuk
dilakukan, mengingat media adalah akselerator perubahan sekaligus pilar utama
demokrasi,” harap Johnny G Plate yang hadir secara virtual.
Ia juga menjelaskan
sepanjang 2020 Kemenkominfo sudah melakukan takedown atau memutus 2.859 konten
digital yang melanggar kekayaan intelektual.
"Sepanjang 2021 satu
bulan lebih kami sudah memutus akses 360 konten yang melanggar kekayaan
intelektual salah satunya hak cipta," katanya.
Sementara itu, di hadapan
Menkominfo Agus Sudibyo meminta negara perlu mengintervensi platform digital
agar tak memonopoli berlebihan.
Agus yang menjabat Ketua
Komisi Hubungan Antar Lembaga dan Internasional Dewan Pers, menekankan
intervensi negara diperlukan melalui publisher right, agar tidak terjadi
monopoli yang berlebihan dari platform digital.
Publisher right kata Agus
merupakan suatu regulasi yang mengatur hak publisher terkait dengan konten
jurnalistik yang diagregasi atau didistribusikan melalui platform digital, baik
mesin pencari maupun media sosial.
Pasalnya saat ini dalam
landscape industri media secara global terjadi triopoli, di mana 56% belanja
iklan global hanya dikuasai oleh tiga perusahan besar yaitu Google, Facebook,
dan Amazon. Sedangkan 44% sisanya diperebutkan oleh puluhan ribu media, radio,
televisi, dan e-Commerce di berbagai negara.
"Ini pemusatan surplus
ekonomi yang belum pernah terjadi dalam sejarah, dalam industri media maupun
industri yang lain, di mana triopoli Google, Facebook dan Amazon begitu luar
biasa kekuatan ekonominya. Sehingga Google dan Facebook oleh Komite Hukum Senat
Amerika Serikat dianggap sebagai perusahaan yang tidak lazim lagi. Mereka
begitu kaya, mampu melakukan surveillance dan mengubah arah politik berbagai
negara,” kata Agus
Agar mampu menghadapi Google
dan Facebook, menurut Agus media massa tidak mampu bergerak sendiri, harus
dihadapi secara kolektif serta mendapat bantuan pemerintah.
"Karenanya, di Amerika
Serikat ada undang-undang yang memungkinkan publisher atau pengelola media
menghadapi Google dan Facebook secara kolektif. Bila seluruh media di Amerika
serikat bersatu dalam suatu union menghadapi Google dan Facebook, tetap mereka
lebih kecil. Sehingga intervensi negara dibutuhkan, bukan untuk melawan
Facebook dan Google, tetapi membuat mereka tidak melakukan monopoli pemusatan
ekonomi yang berlebihan. Dalam konteks inilah muncul regulasi tentang publisher
right,” terang Agus.
Agus menambakkan ada banyak
media yang tutup disebabkan pengelolanya tidak bertransformasi terhadap
perubahan ekologi media baru.
Tetapi tidak sedikit juga
yang berguguran karena ekosistem media yang tidak memungkinkan terjadinya
persaingan sehat dan adil.
“Kalau media mati karena
kesalahan sendiri, ya tidak ada yang bisa kita lakukan. Tetapi kalau media mati
karena ekosistemnya yang tidak mendukung, sangat monopolistik, itu harus ada
intervensi dari negara. Bukan melawan platform, tapi untuk membuat platform
membumi, dalam arti menjadi kekuatan yang bisa dikendalikan,” tegas Agus.
Pada sesi pertama seminar
acara di moderatori oleh Christiana Chelsia Chan,Ahli Hukum Dewan Pers yang
juga Dosen Hukum Mendia UNIKA Atmajaya Jakarta.
Pada sesi kedua semibar akan
berlangsung diskusi bertajuk "Pers Nasional Bangkit dari Krisis Ekonomi Akibat
Pandemi Covid-19" dengan dihadiri Yasonna Laoly (keynote speaker), Menteri
Keuangan Sri Mulyani, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua Forum Pemred
Kemal E Gani, Dirut PT Telkom Ririek Adriansyah dan Redaktur harian senior
Kompas Ninuk M Pambudy.(*/red).