DEPOK, Faktabandungraya.com,--- Proyek
pembangunan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah Regional (TPPASR)
Lulut Nambo di Kabupaten Bogor merupakan rencana strategis Pemprov Jabar dalam
pengelolaan sampah. Dan kini tengah dikebut pembangunan infrastruktur maupun
teknologi yang akan diterapkan.M.Hasbullah Rahmat, S.Pd, M.Hum, anggota Komisi IV DPRD Jabar dari
Fraksi PAN (foto:husein).
Keberadaan TPPASR Lulut Nambo
dengan luas sekitar 15 hektar tersebut, nantinya akan diperuntukan bagi
sampah-sampah dari wilayah Bogor Raya, Kota Tangerang Selatan dan Kota Depok.
Menurut anggota Komisi IV DPRD
Jabar, M.Hasbullah Rahmat, S.Pd, M.Hum, keberadaan Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Cipayung kini sudah overkapatas, karena setiap hari sampah yang
dihasilkan dari seluruh wilayah Kota Depok bias mencapai 1.300 ton per-hari. Dan
yang dibuang ke TPA Cipayung sebanyak 800 ton per hari.
Untuk itu, kenapa kita di DPRD Jabar
sangat mendorong agar TPPASR Lulut Nambo cepat beroperasi karena kondisi TPA
Cipayung memang sudah overkapasitas, ujarnya.
Pembangunan TPPASR Lulut Nambo
memang sempat tersendat, karena belum ada pemenang perusahaan pemenang untuk
mengolah limbah sampah di TPPASR Lulut Nambo. Namun, kini BUMD PT. Jasa Sarana
selaku konsorsium, dikabarkan telah menggandeng
perusahaan Jerman untuk mengolah limbah sampah di TPPASR Lulut Nambo menjadi
sumber energi berupa Refuse Derived Fuel (RDF) sebagai bahan bakar alternatif
batubara.
Adapun perusahaan Jerman yang
menjadi pemenangnya adalah Jerman Euwelle Environtmental Technology GmBH dengan
nilai investasi mencapai 133,3 juta dollar AS. Dengan telah ada pemenangnya,
maka kita di DPRD Jabar mendorong agar pembangunan infraruktur dan teknologi
yang akan diterapkan cepat selesai, kata Hasbullah saat dihubungi, Selasa
(22/6-2021).
Nanti pengolahan limbah sampah di
TPPASR Lulut Nambo menjadi
sumber energi berupa Refuse Derived Fuel (RDF) sebagai bahan bakar alternatif
batubara (briket) dan residunya kecil.
Anggota Komisi IV DPRD Jabar dari
Dapil 8, Kota Bekasi-Depok menambahkan, hal yang menarik hasil dari pengolahan
limbah sampah di Lulut Nambo ini sudah ada perusahaan semen di Bogor yang
tertarik menggunakannya untuk bahan bakar pembuatan semen. ’’PT Indocemen,
Cibinong itu sudah tertarik dan mau membelinya.
Lebih lanjut Politisi PAN Jabar
ini mengatakan, bahwa pencanangan TPPASR Lulut Nambo dicanangkan sejak Gubernur
Ahmad Heryawan pada 2017 dengan investasi mencapai USD46 juta. Namun,
pengerjaan proyek ini oleh konsorsium PT Jabar Bersih Lestari (JBL) sempat
terkatung-katung. Saham mayoritas di konsorsium ini dipegang PT Panghegar
Energy Indonesia (PEI).
Pada Desember 2018, Gubernur
Ridwan Kamil kembali melakukan peletakan batu pertama untuk proyek TPPASR Lulut
Nambo ini. Pada 2019 Pemprov Jabar menyomasi PT JBL karena dinilai cidera janji
gagal memenuhi masa waktu mulai beroperasi TPPAS Lulut Nambo atau comersial
operation date (COD). Hal ini ditunjukan melalui progress pelaksanaan fisik
yang masih rendah. Pemprov Jabar pun mengajukan PT Jasa Sarana selaku BUMD
Pemprov Jabar dan meminta PT PEI mengalihkan saham mayoritasnya kepada PT Jasa
Sarana, sesuai klausul yang mereka tandatangani.
PT Jasa Sarana diminta Pemprov
Jabar menggandeng mitra yang memiliki kekuatan dan modal untuk melanjutkan
TPPASR Lulut Nambo. Targetnya pada tahun 2021 pembangunan kontruksi dan tahun
2022 TPPASR Lulut Nambo sudah dapat dioperasikan berserta teknologi pengolahan
limbahnya, sebagai penghasil Briket. Tandasnya. (adikarya/husein).