BANDUNG, Faktabandungraya.com,---
Sejak dahulu, provinsi Jawa Barat merupakan lumbung padi nasional, namun
beberapa tahun belakangan ini tingkat produksi padinya terus menurun, salah
satunya disebabkan banyak Daerah Irigasi (D.I) yang tidak dikelola dengan baik.
Hal ini terbukti kondisi bendung/ jaringan irigasi dan pintu airnya sudah pada
rusak.Rombngan Komisi IV DPRD JAbar saat minjau DI di Kabupaten Bandung ( foto:dok.ist)
Menurut anggoa Komisi IV DPRD
Jabar, H.Memo Hermawan, bagaimana produksi pertanian/ padi dapat ditingkatkan,
wong kondisi bendungan dan pintu airnya banyak yang rusak.
“Jadi ini sungguh ironis untuk
pengelolaan sumber daya air di Jawa Barat. Betapa tidak, Jabar merupakan
lumbung padi nasional. Sayangnya, daerah irigasinya tidak terkelola dengan baik”,
kata Kang Memo Hermawan saat dihubungi melelui telepon selulernya, Sabtu (10/ 7-2021).
Dikatakan, Dinas Sumber Daya Air Provinsi
Jawa Barat memiliki 6 UPTD PSDA Wilayah Sungai, dari ke UPTD PSDA yang ada,
berdasarkan hasil pemantau Komisi IV DPRD Jabar, kondisi bendung dan pintu
airnya, tingkat kerusakannya mulai dari berat, sedang dan ringan.
BEberapa waktu lalu, rombongan
Komisi IV DPRD Jabar meninjau DI Cisamaya-bendung Cidogdog di Desa Cisaat
Kecamatan Dukuhpuntang Kabupaten Cirebon. Dan juga meninjau DI Leuwijawa di
Desa Cimara Kecamatan Mandirancan Kabupaten Kuningan. Kedua DI tersebut
termasuk UPTD PSDA Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung.
Kedua DI tersebut mayoritas
mengairi persawahan di Kabupaten Cirebon karena airnya mengairi sawah-sawah di
wiliyah hilirnya. Sayangnya, kondisi bendung dan pintu airnya tidak ideal.
Palang pintu bendung terbuat dari gedebong pisang. Selain itu, ulir pintu
airnya banyak yang sudah hilang. Dengan demikian pintu air tersebut tidak bisa
lagi menjadi pintu air pengatur dalam pendistribusian air.
Bahkan, bendung tak lagi bisa
digunakan untuk menjadi pengatur tinggi muka air yang juga merupakan pengaturan
stok/cadangan air. Selain itu, kondisi daerah irigasinya juga menjadi tidak
optimal karena jaringan irigasi (konjar) yang ada sudah banyak
"terkoyak" di sana-sini, ujar kang Memo.
Dengan banyak kondisi bendung dan
pintu air yang rusak, rasanya misi Gubernur Jabar menjadikan Jabar Juara di
Bidang Ketahanan Pangan, sangat sulit tercapai. Hal ini sungguh ironis dan
memperihatinkan.
Lantas apa mungkin Jabar sebagai lumbung
padi nasional dapat dipertahankan ?. Kalau toh bertahan, kemungkinan besar
hasil panen akan terus menurun, ujar politisi senior PDIP Jabar ini.
Kang Memo menambahkan, kalau
dilihat dari besaran APDB Jabar yang mencapai Rp.44 triliun dan tetap ingin
mempertahankan posisi sebagai lumbung padi nasional, tentunya, pemerintah
provinsi melalui Dinas SDA beserta jajarannya (6 UPTD PSDA-red) harus melakukan
perbaikan terhadap bendungan dan DI serta JI (Jaringan Irigasi) yang berada di
bawah kewenganan UPTD PSDA Wilayah.Rombongan Komisi IV Saat meninjau kondisi Daerah Irigasi (foto:dok.ist).
Kondisi itu memang benar-benar
menyedihkan. Padahal, masyarakat sangat membutuhkan berfungsinya secara optimal
setiap bendung yang ada. Para petani kita pasti mendambakan seluruh daerah
irigasi dan jaringan irigasi (DI dan JI) yang ada terairi dengan baik. Untuk
itu, semua konjar harus dalam kondisi baik agar air mengalir sampai jauh.
Pintu-pintu air yang ada diharapkan berfungsi untuk mengatur distribusi air.
Lebih lanjut Kang Memo yang juga
Ketua Fraksi PDIP DPRD Jabar ini mengatakan, peran para petugas lapangan di
setiap sub-unit pelayanan (SUP) amat membantu semua itu. Kondisi itu akan
menaikkan intensitas tanam yang secara otomatis akan menaikan nilai tukar
petani (NTP). Akhirnya, jika itu yang terjadi, kesejahteraan petani akan
meningkat.
Alagi saat ini Jawa Barat sudah
memiliki Peraturan Daerah (perda) Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Kemandirian Pangan
Daerah. Jangan sampai penegakan perda tersebut hanya ditunjang dengan gedebong
pisang.
Jabar adalah provinsi yang
menjadi juara nasional di bidang operasi dan pemeliharaan (OP) irigasi. Masa
sih di provinsi yang menjadi lumbung padi nasional palang pintu airnya masih
ada yang terbuat dari gedebong pisang dan tanpa ulir pengatur?, tandasnya.
(adikarya/husein).