BANDUNG,
Faktabandungraya.com,---Sejak merebaknya pandemi covid-19 pada Maret 2020 lalu
hingga kini belum juga ada tanda-tanda akan hilang, bahkan dalam dua pekan ini,
angka masyarakat yang terpapar covid-19 semakin meningkat. Drs.H. Daddy Rohanady,anggota DPRD Jabar dari Fraksi Gerindra ( foto:ist)
Dengan
meningkatnya kasus masyarakat yang tertapar covid-19, tentunya membuat tenaga kesehatan (Nakes) sebagai
garda terdepan dalam membantu menyembuhkan dan menyelamatkan nyawa para pasien
covid-19, tentunya semakin kelelahan. Bahkan tidak sedikit meregang nyawa
karena terpapar covid-19 juga. Untuk itu, para nakes harus diselamatkan, dan
jangan sampai mereka mengundurkan diri dan tidak berkenan lagi untuk menangani
pasien covid-19.
Kondisi dan
situasi saat ini sudah bahaya, bahkan diberitakan tidak sedikit tenaga
kesehatan yang sudah mengundurkan diri. Mereka
(Nakes-red) kelelahan karena melayani pasien sejak hampir satu setengah tahun
lalu. Di sisi lain, gelombang pasien yang masuk sudah mengantre. Padahal, ruang
perawatan yang ada sudah kewalahan.
Hal ini
dikatakan Anggota DPRD Jabar Daddy Rohanady kepada wartawan melalui telepon
selulernya, Jum’at (16 /7-2021).
Dikatakan,
sebenarnya pemerintah telah berupaya menekan penyebaran covid-19 dengan
memberlakukan PPKM Darurat sejak tanggal 3 hingga 20 Juli 2021, mendatang. Dan juga, telah mengantisipasi untuk memenuhi
ketersediaan oksigen , obat-obatan juga mulai dipasok, menambah APD untuk
Nakes, termasuk juga menambah ruang perawatan dan bahkan mendirikan tenda
darurat/ container.
Selain
itu, pemerintah pusat dan hingga pemerintahan kewilayahan telah menyiapkan
tempat isolasi mandiri bagi masyarakat yang terpapar covid-19 dengan gejala
ringan dan sedang, dibawah pengawasan nakes wilayah ( Puskesmas-red).
Langkah antisipasi
dan upaya menekan angka penyebaran pandemic covid-19 terus dilakukan oleh
pememrintah dan Satgas penanganan covid-19.
Namun, dalam urusan nakes tak
bisa diabaikan. Katakanlah semua tersedia, semisal obat, oksigen, APD, ruang
rawat. Kalau nakesnya tidak ada atau sangat tidak mencukupi, apa jadinya?"
tanya Daddy retoris.
Memang
sempat ada kesepakatan bersama di tingkat pusat untuk menenggulangi
ketersediaan nakes. Namun, hingga kini hal itu belum dieksekusi. Padahal,
situasi sudah begitu mendesak.
Betapa tidak, setelah setahun lebih bergelut, pasti para nakes mulai kelelahan. Manusiawi sekali. Selain itu, mereka juga ada yang terpapar sehingga ada yang harus isolasi mandiri atau dirawat. Bahkan, tidak sedikit yang kemudian meninggal dunia.
Beban
berat pekerjaan seperti itu pasti memberi tekanan yang tidak ringan kepada
nakes secara pribadi maupun keluarganya. Jangan sampai mereka masih harus
memikirkan urusan yang tidak perlu mereka pikirkan, ujar anggota Komisi IV DPRD
Jabar yang pernah mendapat Award BK DPRD Jabar tahun 2020 ini. Drs.H. Daddy Rohanady , saat menerima penghargaan BK Award 2020 DPRD Jabar (foto;husein)
Ujung-ujungnya,
tidak aneh kalau lantas banyak pasien yang dinilai lambat tertangani. Bahkan,
instalasi gawat darurat (IGD) beberapa rumah sakit terlihat membludak.
Akhirnya, pasien lebih memilih isolasi mandiri. Pihak rumah sakit bukan menolak
pasien, tetapi hanya karena jumlah pasien yang membludak.
Daddy
menyatakan ini sudah situasi darurat. Namun, para nakes harus diselamatkan.
Jangan sampai mereka justru lantas mengundurkan diri.
"Ini butuh langkah luar biasa, termasuk kebijakannya, karena keadaannya pun luar biasa. Selain itu, evaluasi PPKM Darurat harus dilakukan, karena grafik pasien terpapar tidak melandai," ujarnya.
"Saya juga menghimbau dan mengajak kepada masyarakat untuk bersama-sama mematuhi dan disiplin dalam penerapan Protokol Kesehatan 5 M demi kesehatan diri, keluarga dan lingkungan ", pungkas anggota DPRD dari daerah pemilihan Cirebon-Indramayu tersebut. (daro/sein).