BANDUNG, – Di tengah situasi ekonomi nasional yang secara umum menurun akibat
Covid-19, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor keuangan
terbilang masih terjaga meski cukup tertekan di masa Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Hal tersebut di antaranya terlihat dari
IHSG yang masih stabil, jumlah penghimpunan dana di pasar modal yang masih
tinggi, juga jumlah investor yang meningkat.Direktur Utama bank bjb Yuddy Renaldi dlam acara talksow virtual Economic Update
"Selain itu penyaluran
kredit perbankan juga masih tercatat cukup tinggi. Risiko kredit masih terjaga
di bawah threshold, kredit restruktusisasi Covid-19 juga menurun,"
ungkap Deputi Komisioner Stabilitas Sistem Keuangan OJK Agus Edy Siregar dalam talkhsow
virtual Economic Update bertajuk Kebangkitan Ekonomi Indonesia yang
disiarkan CNBC Indonesia, Selasa 13 Juli 2021, kemarin.
Meski demikian, Agus
menyatakan bahwa dunia perbankan tetap memilki tantangan tersendiri untuk terus
dapat survive dan bahkan bertumbuh positif selama pandemi Covid-19
berlangsung. Besarnya tantangan tersebut bergantung dari keberhasilan upaya
pemulihan kesehatan yang dilakukan pemerintah hingga upaya adaptasi perbankan
di tengah situasi yang masih serba tidak pasti.
Menyiasati hal tersebut,
bank bjb memiliki sejumlah strategi
untuk mempertahankan bisnisnya tetap tumbuh. Salah satunya adalah dengan fokus
melakukan digitalisasi bisnis melalui layanan digital banking.
Direktur Utama bank bjb Yuddy Renaldi mengatakan,
peluncuran berbagai platform digital bank bjb telah dimulai sejak awal 2020 yang tak lama setelahnya
'disambut' oleh pandemi Covid-19. Oleh karenanya, bank bjb terus mengoptimalkan berbagai layanan digital tersebut dimana
pertumbuhan Number of Account (NoA) nya meningkat eksponensial.
Yuddy memaparkan,
setidaknya ada tiga layanan digital bank bjb
yang mengalami pertumbuhan di masa pandemi. Aplikasi mobile banking bank
bjb, yakni bjb Digi, berhasil tumbuh signifikan pada periode Desember 2020 -
Juni 2021. Dalam kurun waktu tersebut, pertumbuhan bjb Digi tercatat mencapai 121,20%.
Selain itu, pertumbuhan
NoA merchant QRIS bank bjb (bjb
DigiCash) juga tercatat melesat tinggi. Pada Desember 2020, jumlah merchant
QRIS bank bjb tercatat sebanyak 7.458 NoA. Hingga pertengahan 2021,
jumlah tersebut telah meningkat 20 kali lipatnya.
"Sekarang sudah
mencapai 154.368 NoA. Kami menargetkan penambahan hingga 1 juta NoA untuk QRIS.
Ini sekaligus juga membantu meningkatkan fee-based income bank bjb dari transaksi e-channel"
ungkapnya. Pertumbuhan angka pengguna juga tercatat pada layanan bjb LAKU (Layanan Akses Kredit UMKM),
yang memungkinkan pelaku UMKM mengakses kredit secara online.
Yuddy mengatakan,
digitalisasi layanan bank bjb ini
juga telah dijamin kemanannya melalui alokasi capex yang mencapai Rp850 miliar
untuk pengembangan IT dan security. Salah satunya adalah dengan
menerapkan anti-fraud management system.
"Sehingga keamanan
dan kenyamanan nasabah dalam melakukan transaksi digital bersama bank bjb dapat terjamin," ungkapnya.
Direktur Utama bank bjb Yuddy Renaldi dlam acara talksow virtual Economic Update |
Yuddy mengatakan, salah
satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam melakukan pembiayaan di masa
pandemi adalah dengan memerhatikan pertumbuhan demand dari pembiayaannya
itu sendiri. Di Jawa Barat dan Banten, dia mengatakan, demand sektor
konsumer masih tinggi.
"Pertumbuhan kredit
bank bjb secara year on year ada di segmentasi komersial dan korporasi
sebesar 20,33%, UMKM 18,05%, dan consumer segment yang menjadi backbone
utama sebesar 4,18%," ungkapnya.
"Ceruk demand
pertumbuhan ekonomi di Jabar masih cukup tinggi. Tetap masih ada demand
yang tumbuh, sehingga pembiayaan pun dilakukan dengan selektif,"
lanjutnya. Selain itu, Yuddy mengatakan, sektor lainnya yang masih tumbuh cukup
tinggi dan baik hingga Juni 2021 di antaranya adalah transportasi, pergudangan,
komunikasi, hingga pangan.
Selain itu, Yuddy
mengatakan, bank bjb juga memiliki
komitmen tinggi dalam berpartisipasi memulihkan ekonomi nasional di masa
pandemi Covid-19 dan setelahnya. Hal ini terbukti dari penyaluran dana
Penempatan Uang Negara (PUN) yang sudah berhasil dilakukan selama dua periode.
"Dana PUN yang
tersimpan sebesar Rp2,5 Triliun dimulai pada Agustus 2020 sudah di-leverage
hingga menjadi Rp5,3 Triliun. Di Februari 2021 kami kembali dipercaya dengan
besaran dana yang sama. Hingga pertengahan 2021 in sudah di-leverage
menjadi 4,3 Triliun," ungkap Yuddy. (*).