Ketua Komisi I DPRD Jabar Bedi Budiman dalam acara dialok Kebangsaan (foto:humas).
BANDUNG,
Faktabandungraya.com,-- Ketua Komisi I DPRD Provinsi Jawa Barat Bedi Budiman
mengapresi kegiatan Dialog Kebangsaan Dengan Forkompinda Provinsi Jawa Barat
Dalam Rangka Pencegahan Pahan Radikal Terorisme di Provinsi Jawa Barat yang digagas oleh Pemerintah Provinsi Jawa
Barat.
Kegiatan teresebut selain melibatkan unsur-unsur pemerintahan di tingkat provinsi juga melibatkan Pemerintah Pusat dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
"Bahwa
terorisme itu adalah bentuk akhir intoleransi , dari paparan yang sudah
disampaikan oleh BNPT kami dari DPRD menyambut baik dan mengapresiasi dan mendukung
program dari gubernur"ucap Bedi usai kegiatan yang dihelat di Gedung Sate
Kota Bandung, Rabu (12/1/2022).
Bedi
menambahkan, Provinsi Jawa Barat dengan multi etnisnya sangat nyentrik. Sebab
menurutnya, jika ada pihak-pihak yang melakukan manipulasi terhadap kondisi
tersebut maka akan menimbulkan kerugian bagi negara dan mengakibatkan tindak
intoleran di tengah masyarakat melalui ajaran-ajaran yang tidak benar.
"Di
Jawa Barat ini sesungguhnya adalah silih isih silih asah dan silih asuh , jadi
BNPT itu bergeraknya di wilayah pencegahannya harus lebih support lagi dan
melibatkan multi sektor seperti pendidikan pemerintahan desa sampai RT/RW"
"Lalu
lembaga keagamaan semua harus bekerjasama atas 1 tujuan , saya tadi memberikan
masukan terkadang politik praktis itu muncul terkadang ketika ada
momentumnya”katanya.
Bedi
menjelaskan, setidaknya ada 3 hal yang harus menjadi perhatian pemerintah saat
ini dalam upaya menyelamatkan generasi muda dari paparan radikalisme. Pertama
bahwa saat ini terdapat ideologi yang ingin memisahkan diri dari NKRI, kedua
yang paling utama di dalam pencegahan ketiga pencegahan dan penindakan.
“Dalam
pencegahan ini kita harus fokus pada bagaimana menyelamatkan generasi muda dari
paham radikalisme yang awalnya itu dari intoleransi dan fanatisme yang
ditanamkan baik itu suku maupun agama. Sehingga generasi muda harus dicegah
melalui Pendidikan dari para guru dan dari pendidik ,baik melalui sekolah
formal maupun informal”ujarnya.
Ia pun
mendorong, para generasi muda saat ini harus diberikan sebuah wadah atau ruang
karena mereka adalah generasi yang sedang tumbuh penalarannya, dan tengah
mencari sendiri sosok yang memiliki nilai atau velue.
“Pada saat
generasi ini sedang mencari (sosok) tetapi apabila kemudian salah tempat
jadilah seperti itu dan banyak faktornya. Apa yang bisa dilakukan pemerintah
adalah memberikan wadah ekspresi yang positif baik itu melalui pendidikan ,
seni , olahraga dan prestasi dan ini harus sering dilakukan perhatian ke
generasi muda hal-hal seperti itu jadi jangan biarkan larut tanpa wadah yang
jelas”paparnya.
“Saya juga
pernah muda jadi kalau ada festival band, kompetisi olahraga ini merupakan
sangat positif bagi generasi muda untuk mengukir prestasinya itu yang harus
segera prefentif karena anak muda tidak hanya mencari dari media pendidikan
melainkan dari internet”tambahnya.
Imunitas
menurut Bedi harus datang dari diri sendiri karena para generasi muda bisa
mencari sendiri hal seperti itu. Jka dia memiliki penanaman wawasan kebangsaan
yang didapatkan dari guru di sekolah dan terutama dari orangtunya maka sang
anak otomatis akan memiliki imunitas
ketika mereka mengakses informasi-informasi yang terdapat di internet atau
dalam hal ini media sosial.
Sering
dikaitkannya persoalan ekonomi yang menyebabkan seseoarng terjerumus pada paham
radikalisme Bedi menilai hal tersebut tidak sepenuhnya dapat dibernarkan.
Karena menurutnya tak jarang sesorang yang terjerumus pada paham radikalisme
berasal dari kalangan mapan dan terdidik.
“Mereka
yang terpapar paham radikalisme bisa saja dari kalangan mapan dan kalangan
terdidik secara keserjanaan bisa jadi begitu, bisa juga masuk ke institusi
pemerintahan yang notabennya menjaga kesinambungan dari NKRI”paparnya.
“Karena
aparatur negara itu disumpah untuk setia kepada Pancasila, dan ketika mendengar
kasus garut saya prihatin dan ini menjadi kesadaran bersama bahwa ideologi itu
tidak pernah mati dan harus melibatkan banyak pihak dari pemerintah , aparatur
dari masyarakat , ulama dan lain lain”ucapnya menambahkan.
Lebih
lanjut Bedi menyampaikan, bahwa Jawa Barat memiliki sejarah sepak terjang terkait kelompok Negara Islam Indonesia
(NII), yang sampai saat ini masih
menjadi isu romantisme yang masih saja bisa hidup yaitu mengenai dambaan mendirikan idealisme.
Sementara itu menurutnya bahwa masyarakat sudah mengetahui bahwa konsep
tersebut sudah tidak cocok dengan kesepakatan yang telah dibuat oleh para
pendahulu-pendahulu bangsa yaitu untuk hidup bersama dalam kebhinekaan.
“Seharusnya mungkin bangsa lain yang porak poranda persatuannya seperti beberapa negara di timur tengah mereka justru seharusnya mengapresiasi di Indonesia karena bisa hidup rukun walaupun suku bangsanya banyak agamanya banyak tetapi bisa hidup rukun”pungkas Bedi. (hms/sein).