Wakil Ketua Pansus VIII DPRD Jabar Drs.H. Daddy Rohanady (foto:daro).
BANDUNG,
Faktabandungraya.com—Pembangunan infrastruktur transportasi pasti membutuhkan
lahan dan ada beberapa pembangunanyang akan tergusur, termasuk juga pembangunan
jalur Kereta Cepat Jakarta-bandung (KCJB) dan Transit Oriented Development
(TOD) nya.
Wakil
Ketua Pansus VI Drs.H. Daddy Rohanady dari Fraksi Partai Gerindra mengatakan, berkembang
dan majunya suatu daerah tentunya tidak terlepas pembangunan. Namun pasti ada konsekeunsinya, diantaranya, aka nada penggusuran
dan peralihan peruntukan lahan yang terkena oleh pembangunan tersebut. Hal ini
terjadi juga pada pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).
Jalur
KCJB akan membentang sepanjang 142,3 km dari Jakarta (Halim) sampai Tegalluar
(kota Bandung). Tentanya membutuh banyak lahan. Hal ini mau tidak mau akan
menggusur bangunan yang sudah ada dan akan mengorbankan Kawasan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (KP2B) di Jabar, kata Daddy Rohanady saat hibungi melalui telepon
selulernya, Selasa(25/01/2022).
Dikatakan,
walaupun pembangunan ada penggusuran bangunan dan lahan, Daddy minta kepada
pemerintah melalui Kementeian Perhubungan, agar pemberhatikan bangunan Haritage
dan mengorbankan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) di Jabar.
Ia
juga mengungkapkan, bahwa semula trase KCJB
disetting sejajar denganjalan Tol, namun, kalau itu yang dipilih, bisa
berbahaya. Tikungan di Karawang terlalu tajam. Padahal kecepatan KCJB bisa
mencapai 350 km/jam, tikungan bisa dipastikan akan membahayakan keselamatan
penumpang KCJB.
Selain
itu, pergeseran trase dan TOD Karawang ke bagian selatan pasti memberi manfaat lain.
Dengan pilihan itu, perkembangan Karawang selatan juga lebih terakselerasi. Ini
berarti TOD Karawang diharapkan juga sekaligus sebagai pendorong percepatan
pengembangan kawasan.
Lebih
lanjut, Wakil Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD Jabar ini mengtakan, KCJB
diharapkan menjadi kebanggaan masyarakat karena kontribusi KCJB juga tidak
sedikit. Hingga akhir Desember 2021 saja sudah Rp3 triliun lebih. Halim saja
bisa Rp1,5 triliun untuk pembebasan lahan.
Ia
menambahkan, bahwa KCJB dari DKI akan melintasi 8 kota/kabupaten di Jawa Barat.
Konsekuensinya, pasti akan menggunakan lahan. Namun, bangunan TOD akan sangat
memperhatikan heritage di sekitarnya. Selain itu, tentu sangat diharapkan agar
pembangunan trase double track sepanjang 142,3 km itu tidak lantas mengorbankan
Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) Jabar.
Sesungguhnya
ada dua tipe KCJB. Tipe pertama dari TOD Halim langsung ke TOD Padalarang
dengan Waktu tempuhnya 36 menit. Sedangkan tipe kedua akan berhenti di TOD
Karawang. Waktu tempuh KCJB ini menjadi 45 menit.
Setiap
hari KCJB beroperasi 68 perjalanan. Dengan kapasitas penumpang sekitar 600
orang, tarif satu trip per penumpang diperkirakan pada kisaran
Rp250.000-350.000.
Untuk
itu, kita berharap dan semoga terget beroperasionalnya KCJB pada Juni 2023 bisa
terwujud, tandasnya. (adikarya/husein).