Sekdakot Bandung Ema Sumarna dan Tim Dirjen Perkeretaapian Kemenhut mengecek lapangan untuk rencana pembangunan Flyover Ciroyom (foto:humas). |
Untuk mengetahui pembangunan
Flayover dilapangan , Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung, Ema Sumarna
bersama tim Direktorat Jenderal Perkerataapian (DJKA) Kementerian Perhubungan
Provinsi Jabar dan satuan kerja perangkat daerah terkait menyusuri sepanjang
bundaran Jalan Arjuna, Aruna dan Ciroyom, Selasa, (15/02/2022).
Toko-toko bengkel dan peralatan
kemiliteran berjajar di sepanjang jalan ini. Terdapat pula pasar sempit dan
beberapa pemukiman liar yang berdiri alakadarnya di sisi jalur kereta api.
Di wilayah inilah nantinya akan
dibangun flyover sepanjang 700 meter sebagai upaya mengatasi lonjakan kendaraan
yang terjadi saat KCJB beroperasi.
Namun, Ema menegaskan, pemerintah
dan masyarakat perlu berkomitmen bersama untuk mencari solusi terbaik atas
kendala-kendala yang akan terjadi di kemudian hari.
"Ada beberapa area yang harus
kita bebaskan lahannya. Tapi, seperti yang kita lihat ya di sana, banyak
masyarakat yang melakukan aktivitas usaha, ada juga rumah-rumah warga. Ini
harus kita pastikan dulu skema relokasinya seperti apa. Jangan sampai
masyarakat itu dirugikan," tegas Ema.
Maka dari itu, Ema mengarahkan, para
camat dan lurah perlu mendata jumlah warga yang terkena dampak dari pembangunan
flyover ini. Mulai dari jenis usaha hingga jumlah rumah legal yang terdampak.
"Proses negosiasi ini yang
harus dilakukan. Harus ada komitmen bersama karena ini berbicara tentang
manfaat dan kepentingan jangka panjang. Jangan sampai kita menyelesaikan
masalah dengan masalah," ujarnya.
Sedangkan Kepala Divisi Perencanaan
DJKA Kemenhub Provinsi Jabar, Ari Yudanto memaparkan, flyover Ciroyom akan
dibangun mulai dari 2022 dan ditargetkan selesai pada 2023.
"Skema jalur flyover ini akan
dibuat berputar arah dari Arjuna ke Ciroyom. Dari hasil perhitungan kami
bersama konsultan pembangunan, skema seperti ini akan lebih menghemat biaya
konstruksi dan tidak terlalu banyak wilayah yang terkena dampak," papar
Ari.
Meski terkesan mendadak, tapi
menurut Ari, pembangunan flyover ini perlu dilakukan untuk menunjang alur waktu
aktivasi KCJB.
"Sebab, KCJB akan diuji coba
pada November nanti. Sedangkan, untuk target penggunaan operasional publiknya
akan dilakukan pada Juni 2023. Maka, flyover ini memang perlu kita garap
sesegera mungkin," imbuhnya.
Menanggapi isu flyover yang akan
melintasi wilayahnya, Lurah Ciroyom, Moch. Agus F mengaku akan ikut mengawal
dan melakukan sosialisasi pada masyarakat terkait program ini.
"Kami akan mendukung program
pemerintah ini dan mensosialisasikan pada masyarakat, sehingga warga Ciroyom
bisa secara utuh memahami pembangunan ini," tutur Agus.
Sekdakot Bandung Ema Sumarna dan Tim Dirjen Perkeretaapian Kemenhut menyelusuri rel untuk rencana pembangunan Flyover Ciroyom (foto:humas). |
Ia mengungkapkan, jika lahan yang
nantinya akan menjadi garapan proyek flyover di sekitar Ciroyom ini 100 persen
milik PT. Kereta Api Indonesia (KAI) yang saat ini masih digunakan oleh
masyarakat.
"Tentunya kita perlu mengambil
langkah penanganan dampak sosial kemasyarakatan sesuai dengan Perpres 62 tahun
2018. Ini akan kami koordinasikan bersama masyarakat juga pihak KAI,"
ucapnya.
Salah satu warga Ciroyom Edi Sutedi
berharap, pembangunan flyover ini bisa menghadirkan solusi terbaik, tak hanya
untuk proyek KCJB tapi juga bagi masyarakat sekitar.
Sebab, di titik yang nantinya akan
dibangun flyover, kini menjadi sumber penghasilan bagi warga sekitar. Banyak
warung-warung dan bengkel yang menopang hidup masyarakat di sana.
"Saya mendukung adanya pembangunan
ini. Tapi, saya juga berhadap, jangan sampai masyarakat dirugikan. Meski memang
tanah ini milik pemerintah, tapi kami juga memohon bisa diberikan solusi
terbaik untuk masa depan hidup kami," ungkapnya. (din/red).