Salah satu kawasan wisata kota Bandung (foto:humas). |
BANDUNG, Faktabandungraya.com,-- Pemerintah Kota Bandung terus berupaya meningkatkan angka kebahagian warganya termasuk juga memanjakan para wisatawan dengan menyiapkan berbagai fasilitas diruang public terbuka.
Adapun fasiltas yang disediakan
diantaranya, sepeda motor untuk keliling Kota Bandung, trotoar bagi pejalan
kaki, adajuga fasilitas estetik, seperti tanaman hijau, kursi dan meja, serta
alat-alat olahraga.
Namun, sayangnya fasilitas publik
ini kerap kali ditemukan dalam keadaan kurang layak. Beberapa ada yang dicoret
oleh oknum tidak bertanggung jawab, bahkan ada yang sampai hilang.
Untuk mengantisipasi hal ini kembali
terjadi, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung telah mengambil beberapa langkah.
Salah satunya dengan memviralkan tindakan non-etis dengan #JanganDitiru di
media sosial.
Perlu diketahui, jumlah kursi yang
terpasang di beberapa ruas jalan di Kota Bandung berjumlah 292 buah. Di
antaranya berada di Jalan Asia Afrika, Turangga, Braga, Dago, Banceuy, Naripan,
dan Sudirman.
Dengan jenis konstruksi, Batu,
Semen, Material Komposite ataupun Besi
Subkoordinator Perencanaan Drainase
dan Trotoar Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Bandung, Melky
Koswara menyebutkan, pemilihan bahan untuk kursi sebenarnya dilakukan guna
mengurangi kerusakan pada fasilitas publik.
"Fasilitas kursi yang kita
sediakan itu ada jenis klasik, bahannya beberapa sudah kami ganti dari kayu ke
komposit, seperti di Braga dan Asia Afrika. Kalau secara bentuk mirip, tapi
dari bahan jauh lebih kuat terhadap cuaca," jelas Melky kepada Humas Kota
Bandung, Selasa, 31 Mei 2022.
Selain itu, bahan lain yang
digunakan berupa besi seperti set kursi yang berada di Jalan Dago. Atau bahan
batu seperti di Jalan Riau.
Meski pemilihan bahan telah
dilakukan untuk mengurangi kerusakan akibat cuaca, tapi Melky mengatakan, jika
beberapa kerusakan juga terjadi karena tangan jahil dari oknum yang tidak
bertanggung jawab. Misalnya saja di Jalan Dago, ada beberapa kursi besi yang
hilang.
"Penyebab kerusakan itu pertama
dari cuaca. Kedua, tidak memungkiri juga dari aksi vandalisme. Bukan hanya
rusakan lagi, tapi malah ada yang hilang seperti di Dago," ungkapnya.
"Ada baut yang longgar dan kursi
reyot itu sudah kita ganti. Kebanyakan hanya rusak tampilan seperti lapisan
catnya sudah terkelupas. Mungkin sektar 10 persennya yang rusak dan sudah harus
ada penggantian," lanjut Melky.
Pun dengan material batu. Melky
menuturkan, pada mulanya mereka menilai jika material batu akan lebih awet dan
tidak mudah untuk diambil.
Namun, ternyata kursi publik dari
batu ini pun menjadi incaran para pemain skateboard untuk dijadikan jalur
rintangan saat bermain. Padahal, material ini dipilih agar bisa awet tahan lama
digunakan oleh masyarakat yang ingin menikmati suasana di ruang terbuka.
"Kursi-kursi batu juga banyak
digeser. Mungkin jadi daya tarik tersendiri untuk para pemain skateboard,"
ucapnya.
Selain itu, menurut Melky, cara lain
untuk menyiasati agar fasilitas publik tetap terjaga adalah dengan membuat
mural bertema. Sehingga, tidak ada ruang kosong yang tersedia untuk para pelaku
vandalisme mencoret-coret fasilitas publik.
"Kita juga sempat di Jalan
Sudirman ada program bikin mural di kursi bersama Pak John Martono. Jadi,
daripada dicoret-coret tidak jelas sama orang, mending kita duluan yang
coret-coret dengan mural yang bagus," ujarnya
Untuk pemeliharaannya sendiri,
DSDABM bekerja sama dengan Unit Pengelola Teknis (UPT) yang tersebar di enam
wilayah se-Kota Bandung. Masing-masing UPT melakukan perbaikan fasilitas publik
yang ada di wilayahnya.
"Paling banyak sekarang di
Cibeunying karena cenderung lebih kota dan banyak fasilitas kursinya. Tiap hari
mereka mengecek, tapi memang di lapangan ada kucing-kucingan. Kita mengawasi
sampai pukul 16.00 WIB. Setelah itu kadang kala terjadi hal yang tidak
diinginkan," kata Melky.
Sebab, tidak semua fasilitas kursi
yang ada di trotoar Kota Bandung berada di bawah kelola DSDABM. Beberapa titik
utama fasilitas publik yang dikelola DSDABM ada di pusat kota, seperti Jalan
Braga, Sudirman, Dago, dan Asia Afrika.
Sisanya ada yang berasal dari hibah
pihak ketiga, lalu diberikan pada kewilayahan atau dinas lainnya.
Maka dari itu, perlu adanya
pengawasan bersama baik dari masyarakat, pejabat kewilayahan, sampai pada
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait.
Rencananya, Pemkot Bandung menambah
lagi fasilitas ruang terbuka di Jalan Wastukencana dan penataan di taman-taman
Jalan Riau.
"Untuk anggaran pengadaan
fasilitas publik itu Rp300 juta. Tapi, ini juga tidak setiap tahun, biasanya di
tahun ketiga itu baru ada pengadaan," tuturnya.
Melky berharap, dengan adanya
fasilitas publik yang baru dan penataan taman, bisa digunakan dengan baik dan
bijak oleh masyarakat Kota Bandung.
"Kita inginnya Bandung itu
nyaman buat semua. Apalagi kalau masa covid seperti ini inginnya kan kita bisa
tetap main ke luar ya. Kalau di ruang tertutup terus rasanya ada ketakutan
tersendiri. Nah, fasilitas ruang terbuka ini jadi sarana interaksi untuk
keluarga juga, maka harus terus kita jaga bersama," imbaunya. (din/red).