Wali kota Bandung Yana Mulyana saat mengecek harga minyak Goreng di Pasar Kosambi (foto:humas). |
BANDUNG, Faktabandungraya.com,-- Meski belum seluruh pedagang di Kota Bandung menjual minyak goreng curah sesuai harga eceran tertinggi (HET) Rp15.500 per kilogram atau Rp14.500 per liter, tapi harga minyak goreng curah sudah mulai menurun dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Pada Februari silam, harga minyak goreng curah sampai menyentuh lebih dari Rp20.000 per kilogram.
Untuk melihat kondisi
harga minyak goreng curah saat ini, Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengunjungi
Pasar Kosambi bersama Dandim 0618/BS, Letkol Inf Donny Ismuali Bainuri. Dari
hasil pemantauan, penjualan minyak goreng curah di Pasar Kosambi berkisar
Rp15.500-Rp16.000 per liter.
"Dari rekan-rekan
Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung, pada hasil
pantauan sebelumnya ditemukan adanya permasalahan distribusi. Sehingga pengecer
kesulitan mendapatkan minyak dengan harga yang sesuai," ujar Yana.
Permasalahan tersebut
akan terus ditindaklanjuti Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung untuk memastikan
agar distribusi minyak goreng curah berjalan sesuai dengan mekanisme yang
seharusnya.
Menanggapi hal ini,
Kepala Bidang Distribusi Perdagangan dan Pengawasan Kementrologian Disdagin
Kota Bandung, Meiwan Kartiwa menjelaskan, salah satu faktor masih tingginya
harga minyak goreng curah di Kota Bandung karena rantai distribusi yang
panjang.
"Kebanyakan yang
jual di atas HET itu karena mereka mendapatkan minyak bukan dari distributor
atau subdistributor yang terdaftar pada aplikasi sistem informasi minyak goreng
curah (Simirah). Sehingga harga jualnya pun tinggi," ungkap Meiwan.
Simirah merupakan
aplikasi yang disediakan Kementerian Perindustrian bagi para produsen,
distributor (D1), subdistributor (D2) dan pengecer minyak goreng curah. Melalui
aplikasi ini, bisa terlihat berapa harga jual dari produsen ke D1, D1 ke D2,
sampai ke pengecer.
"Hal yang terjadi
di lapangan itu tidak semua pengecer beli dari D2, mungkin ada kendala
tersendiri. Jadi, si pengecer ini yang harusnya jual Rp15.500 per kilogram,
tapi karena beli ke sesama pengecer, jadi lebih mahal sebab mereka juga harus
dapat untung," jelasnya.
Untuk menekan HET,
Meiwan mengatakan, Disdagin Kota Bandung terus berkoordinasi dengan para
distributor. Selain itu, Disdagin juga berkolaborasi dengan Polres, Satgas
Pangan, dan Kodim untuk melakukan monitoring agar rantai distribusi terus berjalan
lancar sesuai mekanismenya.
"Kita juga terus
mengimbau kepada para pedagang untuk menjual minyak goreng curah di bawah HET.
Sekarang yang penting stabil dulu harganya. Kita berusaha agar mendekati HET
dulu," ujarnya.
Sampai saat ini, dari
hasil pemantauan Disdagin Kota Bandung, harga tertinggi minyak goreng curah
yang ditemukan berkisar Rp17.000-Rp18.000 per kilogram. (din/red).