Produk makanan kemasan karya UMKM yang difasilitasi Disdagin Kota Bandung untuk Swalayan |
Delapan toko swalayan tersebut yaitu
Yogya, Yomart, Superindo, Alfamart, Indomaret, Lotte Grosir, Transmart, dan
Borma
Kepala Disdagin Kota Bandung, Elly
Wasliah menyampaikan, penawaran ini akan dibagi menjadi tiga tahap.
Masing-masing tahap diberi waktu 1 jam untuk presentasi ke delapan toko
swalayan.
“Tahap pertama untuk 18 UMKM. Mereka
diberi waktu 1 jam per tahap untuk melakukan pitching atau penawaran,” ujar
Elly.
Ia berhadap, melalui program ini para
pengusaha ritel bisa mempromosikan produk kuliner pelaku UMKM Kota Bandung.
Elly juga mengaku jika beberapa
produk yang hadir saat ini sudah masuk di Yogya.
“Namun, saya ingin menambah produk
pelaku UMKM Kota Bandung di masing-masing ritel. Mungkin yang tadinya cuma 10,
bisa ditambah jadi 20,” ucapnya.
Sebanyak 50 produk UMKM ini merupakan hasil kurasi Disdagin Kota Bandung. Beberapa poin yang jadi penilaian antara lain, dari packagingnya, legalisasi, punya nomor induk berusaha (NIB), sertifikasi halal, PIRT, dan punya uji mutu.
“Semua produk yang datang hari ini
merupakan jenis kuliner. Untuk fashion dan craft kita arahkan ke mall.
Sampai saat ini sudah lebih dari 100
UMKM yang terfasilitasi di toko-toko swalayan.
Elly mengatakan, Disdagin harus
terus hadir untuk membantu para pelaku UMKM meningkatkan perekonomian.
“Bagi para UMKM yang belum masuk ke
toko ritel atau swalayan, secara bertahap akan kami tawarkan kembali program
ini,” tuturnya.
Salah satu peserta yang hadir dalam
program ini adalah Patria. Ia membawa tas ransel besar berisi produk makanan
ringan yang ia produksi sendiri dengan merek “Tempe Krezi”.
“Ini makanan ringan berupa keripik
tempe. Sudah dari 2018 saya menjalankan usaha ini. Sudah dua tahun ini produk
saya masuk ke beberapa swalayan juga, seperti Transmart Carrefour dan Yogya. Di
Jakarta juga ada beberapa,” aku Patria.
Ia menjelaskan, biasanya dia menjual
tiga dus ke tiap toko. Satu dus terdiri 30 pcs. Dalam sebulan, Patria mengaku
minimal satu dus produknya bisa laku terjual.Kepala Disdagin Kota Bandung, Elly Wasliah ( Foto:humas).
Sebelum bisa lolos ke toko ritel,
Patria telah mencoba sampai lima kali menawarkan ke toko-toko yang ada. Namun,
ia kerap mengalami penolakan.
“Paling cepat satu bulan kita
kembali untuk penawaran lagi. Tapi, rata-ratanya 2-3 bulan kemudian kita balik
lagi. Minimal kita kasih sampel dulu supaya mereka ingat dengan kita,”
tuturnya.
Ia mengaku, jika produk miliknya
memiliki poin unik dibandingkan yang lain, terutama pada varian rasa. “Tempe
Krezi” ini memiliki varian rasa spicy, cheese, original, dan yang terbaru
korean spicy.
“Produksinya di Sariwangi. Semenjak
covid-19, omzetnya jadi turun. Sekarang per bulan dapat Rp50 juta. Sebelum
covid, kami biasanya dapat Rp100 juta per bulan,” jelasnya.
Sementara itu, Humas Yogya Group,
Achmad Nuzurul Karnain menuturkan, sejak berdiri tahun 1982, Yogya telah
bekerja sama dengan lebih dari 100 UMKM di Kota Bandung.
Menurutnya, kualitas dari produk
para UMKM semakin hari kian meningkat. Dari hasil penawaran tahap pertama saja,
ia mengaku sudah ‘klik’ dengan beberapa produk yang ditawarkan.
“Tadi ada produk buah kering yang
bagus, rasanya juga enak dan kemasan bagus. Tapi, memang dari segi harga cukup
tinggi ya. Jika nanti akan kerja sama dengan kita, akan kita letakkan pada
playstore premium, salah satunya di Yogya Junction,” kata Achmad.
Ia mengaku sangat mendukung dan akan
membantu para UMKM di Kota Bandung untuk bisa mempromosikan produk usahanya
lebih luas.
Namun, ia menekankan, jika langkah
ini bukan tahap akhir yang dicapai oleh para pelaku UMKM. Justru inilah titik
awal perjuangan mereka.
“Terkadang, para UMKM itu
berpikirnya kalau sudah lolos di ritel itu sudah tenang. Padahal, ke depannya
mereka akan bersaing dengan produk-produk nasional. Mereka juga harus
mempersiapkan jumlah kebutuhan yang kami perlukan,” imbuhnya. (din)**