Ketua Pelaksana AK-PWI Yusuf Susilo Hartono saat sosialisasi via zoom (19/8/2022), tentang Anugerah Kebudayaan PWI Pusat pada HPN 2023 di Medan. |
Dengan tegas Ketua Pelaksana AK-PWI Yusuf Susilo Hartono menjawab,
kebaruan itu ada pada tema yang diajukan kepada para bupati/ wali kota yang
ikut acara ini, yaitu inovasi. Lengkapnya
adalah “Inovasi pangan,
sandang dan papan berbasis informasi dan kebudayaan (kearifan
lokal)".
Tema inovasi
tersebut diurai dalam sub tema inovasi. “Inovasi Pangan Berbasis Kearifan Lokal dan
Informasi Global Menuju Swasembada”,
kedua, “Inovasi Sandang yang Berkepribadian Berbasis KearifanLokal dan
Informasi Global”, dan ketiga “Inovasi Papan Berbasis Kearifan Lokal,
Keselarasan dengan Alam dan Informasi Global”.
“Bupati / wali kota
cukup memilih salah satu saja yang menonjol di daerahnya," papar Yusuf yang
membidani dan melaksanakan acara ini sejak pertama era Ketua Umum PWI H.
Margiono (alm) pada HPN 2016 di Lombok, berlanjut era Ketua Umum Atal S.Depari,
pada HPN 2020 di Banjarmasin, HPN 2021 di Ancol, Jakarta, HPN 2022 di Kendari,
dan HPN 2023 mendatang di Medan, Sumatera Utara.
Reka baru
Dalam sosialisi via daring, Jumat, 19/8/2024, Yusuf menekankan makna “inovasi”. Bahwa, yang dimaksud dengan inovasi adalah reka baru, yang dapat diartikan sebagai proses dan/atau hasil pengembangan, pemanfaatan/ mobilisasi pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk, proses, dan/atau sistem yang baru, yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan,” ujarnya.
Ia mengingatkan, bahwa produk pangan lokal Indonesia sangat melimpah. Sayangnya kita terfokus pada beras sehingga bergantung pada impor. Pada hal kalau kita mau menyadari bahwa setiap daerah memiliki kearifan lokal dalam keragaman pangan, dan mau melakukan inovasi dengan teknologi dan informasi, maka beragam produk pangan lokal tersebut, sangat potensial mewujudkan kemandirian pangan suatu daerah, yang pada gilirannya kemandirian negara.
"Dengan sendirinya akan mempercepat tercapainya ketahanan dan swasembada pangan nasional," tandasnya.
Berkaitan dengan subtema sandang, ia menjelaskan, bukan sekadar pakaian sebagai penutup tubuh, akan tetapi lebih jauh daripada pakaian sebagai identitas diri, kedaerahan dan kebangsaan. Kita tahu, pemerintah terus berkomitmen mewujudkan kedaulatan sandang melalui Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (GBBI).
Sebagian peserta zoominar
sosialisasi AK-PWI,via daring, |
Dalam mewujudkan
sandang sebagai ekspresi nilai, identitas, dan gaya hidup, banyak daerah
mengembangkan desain motif. Juga menanam (kembali) berbagai pohon untuk pewarnaan alami. Sekaligus
menghijaukan lingkungan. Juga melakukan berbagai inovasi terkait industri
sandang: mulai dari produksi, marketing, pemasaran, hingga penjualan, secara
luring maupun daring.
Sedangkan subtema
papan, menekankan pada basis kearifan lokal, keselarasan dengan alam dan
informasi global. Hal ini agar, pada zaman yang terus berubah, per(rumah)an,
per(kantor)an, per(hotel)an, per(sekolah)an, tempat ibadah, pasar dan
lain-lain, tidak semata fungsional dan ‘ngetren’, melainkan tetap menjadi jiwa (ruh)
bagi penghuni, daerah, hingga bangsa.
Inovasi arsitektur
modern yang ‘menusantara’ dan kebijakan yang mengutamakan identitas dan
keselarasan dengan lingkungan alam, merupakan sebuah jalan keluarnya,” tandas
Yusuf.
Pendaftaran hingga
November
Menjawab
pertanyaan peserta sosialisasi, Yusuf menjelaskan syarat pendaftaran. Pertama,
bupati dan/atau walikota yang masih aktif, tidak sedang berurusan dengan KPK,
dan masa kerjanya belum habis pada saat AKP-PWI 2023 berlangsung hingga 9
Februari 2023. Kedua, mendaftarkan diri dengan terlebih dahulu mengisi formulir
pendaftaran yang ada pada scan barcode atau https://s.id/AnugerahKebudyaanPWI2023.
Ketiga, mengirim
proposal sesuai subtema pilihan, sepanjang 25 halaman, diperkuat secara visual dengan
video berdurasi 7-10 menit. Via email: akpwipusat2023@gmail.com. Keempat,
proposal dan video, dibuat atas nama bupati/wali kota yang diperkuat
dengan pernyataan tertulis, bertandatangan, dan cap basah. Kelima, pendaftaran
dibuka tanggal 1 Agustus hingga 1 November 2022.
Tim Juri yang terdiri
dari akademisi, wartawan senior, budayawan, hingga praktisi seni budaya akan
memilih 10 terbaik proposal dan video. Lalu ke-10 bupati/wali kota terkait akan diundang ke
Jakarta (PWI Pusat) untuk presentasi dan tanya jawab dengan Tim Juri ,
pada 7 - 8 Desember 2022. Para
bupati/wali kota itu wajib berpakaian adat, dan diiringi pengurus PWI setempat.
(*/red).