ilustari: ibu menyusui anaknya |
BANDUNG, Faktabandungraya.com,-- Salah satu peran istri yang tak bisa digantikan para suami adalah menyusui Air Susu Ibu (ASI). Meski begitu, ternyata suami juga punya peran besar dalam proses 'mengASIhi' sang buah hati dengan menjadi Ayah ASI.
Subkoordinator
Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, dr. Dewi
Primasari menjelaskan, meski tak bisa memberikan ASI, bukan berarti ayah tak
bisa melakukan bonding (ikatan emosional) dengan anak.
"Kami
juga sedang mendorong untuk figur ayah ASI ini muncul karena bagaimanapun
faktor kestabilan emosi ibu itu didukung oleh suami," ujar Dewi kepada
Humas Kota Bandung, Senin, (1/8/2022).
Ia
menyampaikan, suami harus terus mendukung dan memastikan nyaman sehingga ibu
senang. Dengam demikian kebutuhan ibu terpenuhi. Baik itu kebutuhan nutrisi dan
kebutuhan emosi harus terpenuhi, sehingga ibu tetap bahagia dan bisa
memproduksi ASI.
"Untuk
merangsang produksi ASI, bisa dilakukan pijat oksitosin. Nah, peran ayah sangat
dibutuhkan di sini karena bagian yang dipijit itu area punggung ibu. Ada
titik-titik tertentu yang harus dibantu ayah untuk memijit," ungkapnya.
Selain itu,
tugas-tugas kecil dalam rumah tangga juga bisa ayah ambil alih sebagian. Dengan
begitu, para ibu bisa fokus menyusui bayinya.
"Hal
sepele seperti habis makan cuci piring, atau bantu bersih-bersih sedikit, hal
kecil seperti itu akan sangat mendukung ibu supaya tetap nyaman dan bisa
memberikan ASI sampai selesai," ujarnya.
Proses
mengASIhi ini memang bukan hanya penting dalam tumbuh kembang anak, tapi juga
berpengaruh terhadap kesembuhan dan kesehatan ibu pascamelahirkan. Apalagi
beberapa tempo lalu, muncul berita ibu yang tega membunuh anaknya sendiri
karena post-partum depression.
Untuk
mencegah terjadinya post-partum depression, Dewi mengatakan, menyusui anak bisa
menjadi salah satu solusinya. Sebab, banyak manfaat yang bisa dirasakan oleh
ibu saat menyusui sang anak secara ekslusif.
"Pertama,
menyusui saat di awal ibu melahirkan itu bisa merangsang terjadinya kontraksi
rahim, sehingga rahim ibu itu lebih cepat mengecil. Jika rahimnya mengecil,
maka risiko terjadinya perdarahan yang bisa menyebabkan kesakitan bahkan
kematian jadi berkurang. Ibu juga jadi lebih cepat pulih," paparnya.
Kemudian,
proses menyusui juga membantu ibu menjaga kestabilan berat badan. Ibu yang
menyusui memang harus makan lebih banyak, tapi kebutuhan kalori ibu menyusui
juga akan dialihkan dalam bentuk produksi ASI. Sehingga berat badannya lebih
cepat terjaga dengan catatan pola makannya harus benar.
"Perhatikan
prinsip 'isi piringku' yakni berapa persen karbohidrat, protein, dan sayur. ASI
sangat dipengaruhi oleh apa yang ibu makan. Untuk ibu menyusui, kami sarankan
untuk perbanyak makan protein baik hewani maupun nabati," imbaunya.
Prinsip
'isi piringku' yang perlu diperhatikan para ibu menyusui berupa 1/3 pertama
diisi oleh unsur karbohidrat. Lalu, 1/3 kedua diisi sayur mayur, dan 1/3 ketiga
dibagi dua dengan berisi protein dan buah.
Porsinya
pun perlu disesuaikan. Untuk ibu hamil, biasanya dalam sehari membutuhkan 3
porsi makanan besar dan 2 porsi selingan dengan kebutuhan kalori yang lebih
banyak, sekitar 500 kalori dibandingkan ibu yang tidak menyusui.
"Selingannya
nanti upayakan snack yang bergizi dan bisa memproduksi ASI, seperti
kacang-kacangan, sayur, dan buah," katanya.
Selain
membantu ibu menjaga kestabilan berat badan, manfaat dari menyusui juga
berpengaruh terhadap psikis ibu. Dengan menyusui bisa mengeluarkan hormon
endorfin (hormon kebahagiaan), sehingga emosi ibu jadi lebih stabil.
"Secara
emosional juga bisa meningkatkan bonding dengan anak. Bonding ini diperlukan di
masa yang akan datang untuk membangun hubungan dengan anak agar ibu bisa mendampingi
anak seterusnya," tutur Dewi.
Ia juga
menyampaikan agar para ibu tak perlu risau jika saat baru melahirkan, jumlah
ASI yang keluar masih sedikit. Sebab, banyak ibu yang merasa khawatir karena
ASInya belum juga keluar pascamelahirkan.
Padahal,
ternyata bayi yang baru lahir memang belum membutuhkan banyak ASI. Bahkan,
sekitar 10-20 ml di awal-awal kelahiran juga sebenarnya sudah bisa memenuhi
kebutuhan bayi. Nantinya, ketika bayi sudah rutin menyusu, produksi ASI ibu
akan semakin bertambah pula.
"Jadi
memang luar biasa Allah menciptakan sedemikian rupa produksi ASI itu selalu
disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Semakin banyak bayi mengonsumsi ASI, maka
produksinya pun akan semakin meningkat. Yakinlah jika kebutuhan ASI dari ibu
itu cukup untuk bayi," imbuhnya.
ASI
ekslusif sebaiknya diberikan kepada bayi sampai berusia 6 bulan. Pada masa-masa
awal ASI ekslusif, biasanya diberikan 2-3 jam sekali atau setiap anak haus atau
lapar.
Setelah
masa 6-24 bulan, ASI tetap diberikan, tapi juga disertai makanan pendamping asi
(MPASI) yang disesuaikan dengan kebutuhan di setiap usianya.
"Setelah
2 tahun, mulai disapih pelan-pelan dan anak dikenalkan dengan makanan yang
sesuai dengan makanan keluarga untuk memenuhi gizi anak," ujarnya.
Banyak
kandungan dalam ASI mulai dari zat gizi makro maupun zat gizi mikro yang sangat
bermanfaat untuk tumbuh kembang bayi.
Seperti zat
gizi makro yang terdiri dari karbohidrat dan protein terkandung di dalam ASI.
Semua zat ini bisa dengan sangat baik dan mudah dicerna oleh usus bayi.
"Seluruh
protein yang terkandung dalam ASI diserap secara sempurna oleh usus bayi.
Protein ini merupakan zat pembangun agar tumbuh kembang anak semakin lebih
baik. Berbeda dengan susu formula (sufor), tidak semua proteinnya bisa diserap oleh
usus bayi," paparnya.
Pun dengan
lemak, omega 3, DHA, vitamin, mineral, dan zat antibodi semua terdapat dalam
ASI. Sehingga nutrisinya sangat lengkap untuk bayi.
Berbicara
mengenai sufor, Dewi mengatakan, dalam salah satu pasal di Peraturan Wali (Perwal)
Kota Bandung Nomor 95 tahun 2021 tentang Pemberian ASI, jika dalam kondisi
kesehatan ibu yang menyebabkan tidak bisa memberikan ASI, bayi boleh diberikan
susu pengganti berdasarkan rekomendasi dokter.
"Kita
tidak juga mengharamkan sufor, tapi tetap utama memang baiknya ASI ekslusif.
Namun, kalau memang kondisinya tidak memungkinkan, kita bisa berikan susu
pengganti," akunya.
"Tapi
bukan berarti anak yang diberikan sufor ini jadi tidak sehat atau jadi
berpenyakit ke depannya. Anak masih tetap bisa mengejar pertumbuhannya tentu
dengan pemantauan yang lebih," lanjutnya.
Memberikan
ASI ekslusif memang membutuhkan manajemen laktasi yang baik. Apalagi jika sang
ibu merupakan wanita pekerja, perlu menyiapkan stok ASI untuk buah hatinya.
ASI perah
atau pumping sendiri bisa bertahan beberapa jam bahkan berbulan-bulan
tergantung suhu penyimpanannya. Dalam suhu ruang, ASI bisa bertahan selama 6
jam.
"Kalau
lebih dari 6 jam bukan berarti ASInya rusak, tapi dikhawatirkan kandungan gizi
dalam ASInya berkurang. Selama ASI belum berubah rasa dan warna, masih bisa
diberikan kepada bayi," jelas Dewi.
Untuk suhu
kulkas bagian bawah non freezer, ASI pumping bisa bertahan sampai 3 hari. Lalu,
pada freezer kulkas satu pintu ASI bisa bertahan 2 minggu - 1 bulan.
Sedangkan
di kulkas freezer tersendiri atau dua pintu, ASI bisa bertahan 3-6 bulan,
tergantung bagaimana kestabilan suhu dari kulkas.
"Untuk
cara mencairkan ASI juga harus pelan-pelan. kalau dari freezer, turunkan dulu
ke kulkas bawah. Kalau sudah mencair, dikeluarkan ke suhu ruangan sampai
suhunya sama. Setelah itu baru bisa dihangatkan dengan direndam bersama
wadahnya," ucapnya.
Lalu,
bagaimana dengan stok ASI yang sudah kadaluarsa? Beberapa akun media sosial
sempat membahas tren memandikan bayi dengan ASI kadaluarsa.
Menurut
Dewi, sampai saat ini belum ada penelitian yang menyebutkan manfaat ASI yang
dijadikan sebagai bahan mandi untuk bayi.
"Saya
belum pernah baca jurnal mengenai ini. Tapi kalau memang mau digunakan untuk
mandi bayi, harus dibilas dengan bersih. ASI itu manis, mengandung gula. Kalau
tidak dibersihkan, khawatir malah jadi lengket di badan anak," katanya.
(din/red).