Seniman tradisi Sunda asal Kota Bandung (Alm) Gugum Gumbira |
Penghargaan diberikan Presiden RI
Joko Widodo dalam rangka memperingati HUT ke-77 Republik Indonesia. Nama Gugum
bersanding dengan ratusan tokoh lebih.
Gugum Gumbira Tirasonjaya, lahir di
Bandung, 4 April 1945. Ia dikenal sebagai maestro Tari Jaipong dan Sanggar Seni
Jugala yang didirikannya.
Sanggar seni ini dikhususkan untuk
membuat tari-tarian jaipongan. Karyanya antara lain Tari Daun Pulus, Tari Serat
Salira dan Tari Kameutmeut.
Dilansir dari berbagai sumber, ia
mulai menekuni dunia seni sejak usianya 20 tahun. Pada fase itu, Gugum menikahi
Euis Komariah, tepatnya pada 1968. Euis adalah seorang penyanyi Cianjuran kala
itu.
Ketertarikan Gugum dengan dunia seni
bermula ketika ia bekerja di Pemerintah era rezim Soekarno. Melansir dari buku
“Apa Siapa Orang Sunda”, Gugum pernah bekerja sebagai penagih pajak di Dinas
Pendapatan Daerah Kota Bandung. Berawal dari pekerja honorer, Gugum kemudian
diangkat menjadi Pegawai Negeri atau kini dikenal dengan sebutan ASN.
Presiden Soekarno yang terkenal tak
suka seni barat, secara tidak langsung memengaruhi Gugum untuk melirik genre
seni lokal. Dari sanalah ia mempelajari Tari Jaipong.
Beberapa tahun kemudian, Gugum
menjelma jadi penari yang berkelana dari kancah lokal sampai internasional.
Tercatat tahun 1979, ia pernah membawa Jaipongan ke negeri Hong Kong.
Setelah itu, dengan cepat tari
Jaipong menjadi sangat populer dan banyak dimainkan dalam acara-acara
pernikahan, khususnya di Jawa Barat. Ini membuat nama Gugum makin dikenal
sebagai maestro Jaipong.
Selain aktif di kesenian, Gugum juga
pernah menjadi Manajer Persib pada 2001 hingga 2003.
Dekade 2000-an hingga 2010-an, Gugum
masih aktif berkesenian, walau pamor Jugala terus berdinamika pasang surut.
Hingga akhir 2018, kabarnya ia masih aktif melatih dan berkesenian di tengah
keterbatasan fisiknya yang mulai menderita sakit.
Gugum Gumbira meninggal dunia di RS
Santosa Bandung pada 4 Januari 2020 akibat sakit yang dideritanya.
Meski demikian, namanya dikenang
sebagai Maetro Jaipong. Ia pun dianugerahi Tanda Jasa Kehormatan pada HUT ke-77
Republik Indonesia.
Selain Gugum, ada pula beberapa
penerima Penganugerahan Tanda Kehormatan RI sebagaimana Keputusan Presiden RI
Nomor 64, 65, 66 TK Tahun 2022 tentang Penganugerahan Tanda Kehormatan Bintang
Mahaputera Pratama, Bintang Jasa, dan Bintang Budaya Parama Dharma, yang
dibacakan Sekretaris Militer Presiden Marsma TNI Mohamad Tonny Harjono, antara
lain:
1 Almarhum Ajip Rosidi, sastrawan,
dianugerahi Bintang Mahaputera Pratama
2. Ida Bagus Purwalaksana S.I.P.,
M.M., Letnan Jenderal TNI Purnawirawan, Irjen Kementerian Pertahanan, periode
2019—2022 dinaugerahi Bintang Jasa Utama.
3. Alhmarhum Profesor Mundardjito,
arkeolog, dianugerahi Bintang Budaya Parama Dharma
4. Almarhumah Dokter Carolina
Sihombing, dokter spesialis pada RSUD Depok
5. Almarhum Hadi Sunjaya, Kepala
Puskesmas Sukatani Dinas Kesehatan, Kabupaten Bekasi.
Kedua penerima tersebut mewakili 98
penerima lainnya masing-masing dianugerahi Bintang Jasa Pratama
6. Almarhum Gugum Gumbira, seniman
tradisi Sunda.
7. Almarhumah Dewi Wikantini, Bidan
Penyelia pada, Puskesmas Bakti Jaya Depok.
Kedua penerima tersebut mewakili 22
penerima lainnya yang masing-masing dianugerahi Bintang Jasa Nararya. (ray/red).