Shebrioni (Monik) Atlet Angkat Berat NPCI Kota Bandung peraih Medali Emas dan pecahkan rekor di ajang ASEAN Para Games |
"Tertarik di dunia angkat besi
itu karena awalnya ikut suami fitness. Setelah lama-lama, kok jadi suka dengan
kegiatan seperti ini. Terus makin penasaran dan jadi ikut program yang lebih
serius di atletik angkat berat," cerita Monik kepada Humas Kota Bandung
seusai acara di Balai Kota Bandung, Senin, 29 Agustus 2022.
Rasa cintanya terhadap angkat berat
dibuktikan dengan perjuangan yang tak pernah berhenti. Di saat yang lain
memilih istirahat dan berlibur, Monik tetap berlatih setiap hari.
"Saya selalu latihan walaupun
minimal seminggu cuma tiga kali. Pokoknya dalam seminggu, saya harus latihan,
tidak boleh libur," ujar perempuan kelahiran Bandung, 18 Februari 1992
ini.
Perjuangan tak pernah mengkhianati
hasil, Monik pun menyabet medali emas di Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas)
2021. Bahkan ia sempat memecahkan rekor saat di ASEAN Para Games 2017 di
Malaysia.
"Waktu itu paling berat
angkatannya 95 kg. Lalu saya pecahkan dengan mengangkat 103 kg,"
ungkapnya.
Sedangkan pada ASEAN Para Games 2022
kemarin di Solo, ia berhasil memperoleh dua medali emas dan memecahkan rekor
atlet Thailand.
"Atlet dari Thailand itu angkat
beban 101 kg, saya bisa pecahkan dengan 109 kg," akunya.
Meski memang karena saking kerasnya
berlatih, ia pun kerap beberapa kali mengalami cedera.
"Waktu angkat 109 kg, bahu
kanan saya cedera. Tapi, alhamdulillah cepat ditangani oleh pelatih,"
katanya yang kini tinggal di kawasan Pajajaran.
Ia memaparkan, selain melakukan
latihan penunjang, seperti angkat beban-beban kecil dan push up selama 2-3 jam
di GOR Pajajaran, seorang atlet juga harus memperhatikan makanan yang
dikonsumsinya.
"Selain latihan, perlu juga
perhatikan makanan yang dikonsumsi. Jangan minum es, apalagi dengan kondisi di
Kota Bandung yang dingin. Sering bikin tulang kita linu. Harus rajin minum
susu, suplemen kalsium, baru kita latihan," paparnya.
Selama berkecimpung di dunia atletik
angkat berat, Monik tak pernah merasakan kesulitan. Rasa mindernya pun sudah
terkikis habis sekarang. Baginya, sangat penting untuk mengikuti kata hati dan
jangan dengarkan kata negatif dari orang lain.
"Jangan dengarkan yang bilang.
Kalian tidak bisa begini dan begitu. Kalau menurut kalian bisa berkembang di
situ, latihan saja terus," tuturnya.
"Saya dulu seperti itu, lihat
kondisi tangan yang begini mana bisa angkat berat. Tapi saya percaya dan yakin,
terus berlatih juga. Intinya ikut saja kata hati sendiri," imbuhnya.
Sampai saat ini, Monik belum
tertarik dengan cabang olahraga lain. Baginya, masih banyak yang harus ia
diulik dalam cabang angkat berat.
Meski begitu, ia juga berharap agar
anaknya yang kini duduk di bangku kelas 7 SMP bisa mengikuti jejaknya menjadi
atlet.
"Tapi ya anak-anak kan masih
susah diarahkan ya. Cuma memang berharap anak juga bisa jadi atlet di cabang
olahraga yang dia suka," ungkapnya. (din/red).