Warga sedang bermain di kebun binatag Bandung |
BANDUNG, Faktabandungraya.com,-- Keberadaan
Kebun Binatang Bandung memiliki sejarah yang panjang. Dosen Pendidikan Sejarah
Sekolah Pascasarjana UPI dan Kepala Museum Pendidikan Nasional UPI, Leli
Yulifar kepada Humas Kota Bandung, Kamis (4/8/2022), mengungkapkan kisah
berdirinya Kebun Binatang Bandung.
Cerita dimulai pada tahun 1900, Bupati R.A.A. Martanegara mendirikan Kebun Binatang di Cimindi. Sementara itu, sejumlah pecinta satwa mendirikan Kebun binatang di Bukit Dago.
Sejarah mencatat, 1 April 1906
Bandung menjadi gemeente (kotapraja) yang dipimpin seorang walikota
(Burgermaster).
Kemudian, pada tahun 1920 Berdiri
Bandoeng Vooruit (Bandung Maju) yakni perkumpulan swasta yang menjadi partner
pemerintah dalam menata gemeente khusus di bidang pariwisata, yang terdiri dari
orang-orang Belanda.
Bandoeng Vooruit adalah partner
gementee dalam membangun, menata kota dan membenahi kota, khususnya untuk
bidang pariwisata.
Pada tanggal 1 Oktober 1926, Bandung
sebagai gemeente menjadi Kotapraja mandiri (Stadgemeente). Sehingga tidak ada
lagi dualisme (antara pemerintah pribumi dan Kolonial).
Kota Bandung sebagai kota mungil
yang awalnya hanya desa kecil didirikan untuk kepentingan penduduk Eropa,
dengan mengadopsi infrastruktur kota di Eropa.
Karena itu, Pemerintah Kotapraja
Bandung (gemeente) mendirikan perumahan dalam skala real estate, gedung
pemerintahan, motel/hotel, instansi pendidikan, tempat hiburan, serta
taman-taman kota.
Satu di antara taman yang didirikan
gemeente tersebut adalah Jubileum Park, yang membentang dari ujung paling utara
daerah Lebak Gede Barat sampai dengan Cikapundung Timur.
Jubileum Park, atau taman ulang
tahun adalah taman botanik yang berupa tanaman keras dan tanaman hias,
didirikan pada tahun 1923 dalam rangka memperingati 50 tahun Ratu Wilhelmina
memerintah.
Selanjutnya pada tahun 1933, atas
prakarsa Bandoeng Vooruit, kedua kebun binatang yang didirikan di Cimindi dan
Bukit Dago tersebut disatukan dengan pindah ke wilayah bagian selatan Taman
Botanik (Jubileumpark).
"Artinya Kebun binatang
tersebut berdiri pada sebagian tanah gemeente (Pemerintah Kota Bandung), yang
terletak di Huygensweg (Sekarang Jl. Tamansari)," ujar Leli.
Pendirian ini disahkan Gubernur
Jendral Hindia Belanda pada 12 april 1933 dengan nama Bandoengsche Zoologisch
Park pimpinan Hogland, Kepala bank Bank DENNIS yang sekarang BJB, yang secara
ekonomi sangat kuat untuk menjadi pen-support dana dalam mengelola taman hewan
tersebut.
Pendirian Bandoengsche Zoologisch
Park, tertulis pada Kandang Gajah yang dibangun pada tahun yang sama oleh
kontraktor Thio Tjoan Tek yang berkantor di Ost Eindeweg (Jl. Sunda).
Pendirian kebun binatang dan
taman-taman di Bandung, sama dengan tujuan didirikannya Jubileum park, yakni
merupakan bagian dari kelengkapan infrastruktur kota, di samping taman-taman
lain, seperti Insulinde Park (Taman Lalu lintas), Molukken Park (Taman Maluku),
Ijzerman Park (Taman Ganesa), dan Pieter Park (Taman Merdeka).
Ketika tahun 1942, Jepang mendarat
dan melakukan pendudukan, banyak orang Belanda (termasuk Hoogland) ditahan
pihak Jepang, dan berada di tempat penampungan (camp interniran).
Kebun Binatang diurus oleh
sekelompok kaum pribumi, satu di antaranya R. Ema Bratakoesoema, dalam kondisi
keterbatasan biaya tentunya.
Saat chaos, jangankan memikirkan
binatang, manusiapun dalam kondisi darurat pangan, sandang dan papan
Saat kemerdekaan dicapai bangsa ini
pada 17 Agustus 1945, kelompok interniran (termasuk Hogland) Kembali ke
negaranya (Belanda).
Rentang waktu 1945-1950. Satwa
penghuni Kebun Binatang semakin tidak terurus dan memprihatinkan. Karena
Indonesia saat itu dalam keadaan mempertahankan kemerdekaan dan menghadapi
Agresi Militer I dan II dari pihak Belanda.
Pada saat yang bersamaan, terjadi
ketidakstabilan politik dan ekonomi yang disebabkan jatuh bangunnya kabinet.
Maka, kondisi Kebun Binatang Bandung makin merana.Warga sedang bermain di kebun binatag Bandung
Pada tahun 1956, Hogland Kembali ke
Bandung, dan melihat bahwa Taman Hewan sudah tampak seperti hutan, dengan
tumbuhan liar, serta sedikit hewan yang bisa diselamatkan. Saat itu, terdapat
kesepakatan dengan R. Ema Bratakoesoema, yakni :
1. Pembubaran Taman Hewan
(Bandoengsche Zoologisch Park);
2. Melikuidasi sisa kekayaan Taman
Hewan;
3. Mendirikan Badan Hukum yang
dinamai Yayasan Margasatwa Tamansari (Bandoeng Zoolical Garden), dengan Hogland
sebagai Ketua Yayasan dan di dalamnya ada beberapa orang Belanda yang dulu
terlibat di Bandoengsche Zoologisch Park.
Pada akhir 1957, Hogland bersama
rekannya yang lain Kembali ke Belanda, Sehingga Yayasan tersebut dipimpin oleh
R. Ema Bratakoesoema sampai meninggal tahun 1984. Selanjutnya YTM dilanjutkan
kepengurusannya oleh para ahli warisnya.
Medio 1990. Kebun Binatang nyaris dipindahkan
ke Jatinangor, karena saat itu Pemkot Bandung akan menyerahkan wilayah tersebut
kepada ITB, yang akan digunakan sebagai perluasan kampus ITB.
Tetapi karena permasalahan dana,
rencana tersebut tertunda. Malahan, saat ini Kampus ITB yang sebagian kampusnya
berada di Jatinangor. (rob/red).