Sekdakot Bandung Ema Sumarna |
Sekitar akhir tahun 1808/awal tahun
1809, Bupati beserta sejumlah rakyatnya pindah dari Krapyak mendekati lahan
bakal ibukota baru.
Mula-mula Bupati tinggal di
Cikalintu (daerah Cipaganti), kemudian pindah ke Balubur Hilir, selanjutnya
pindah lagi ke Kampung Bogor (Kebon Kawung, pada lahan Gedung Pakuan sekarang).
"Bupati memimpin sejumlah
rakyatnya, termasuk penduduk Kampung Balubur Hilir, membuka hutan pada lahan
bakal ibukota (daerah Cikapundung hilir)," ungkapnya di Ruang Rapat
Paripurna DPRD Kota bandung, Minggu 25 September 2022.
Tidak diketahui secara pasti, berapa
lama Kota Bandung dibangun. Akan tetapi, kota itu dibangun bukan atas prakarsa
Daendels, melainkan atas prakarsa Bupati Bandung, bahkan pembangunan kota itu
dipimpin langsung oleh Bupati.
Dengan kata lain Bupati R.A.
Wiranatakusumah II adalah pendiri (The Founding Father) Kota Bandung.
"Kota Bandung tidak berdiri
bersamaan dengan pembentukan Kabupaten Bandung. Kota itu dibangun dengan
tenggang waktu sangat jauh setelah Kabupaten Bandung berdiri," katanya.
Kabupaten Bandung dibentuk pada
sekitar pertengahan abad ke-17 Masehi, dengan Bupati pertama Tumenggung
Wirangunangun.
Ia memerintah Kabupaten Bandung
beribukota di Krapyak (sekarang Dayeuhkolot), kira-kira 11 kilometer ke arah
selatan dari pusat Kota Bandung sekarang. Ketika Kabupaten Bandung dipimpin
oleh Bupati ke-6, yakni R.A. Wiranatakusumah II (1794-1829) yang dijiluki
"Dalem Kaum", kekuasaan di Nusantara beralih dari Kompeni kepada
Pemerintah Hindia Belanda, dengan Gubernur Jenderal pertama Herman Willem
Daendels (1808-1811).
Untuk kelancaran menjalankan
tugasnya di Pulau Jawa, Ema mengatakan Daendels membangun Jalan Raya Pos
(Groote Poshweg) dari Anyer di ujung Jawa Barat ke Panarukan di ujung Jawa
Timur (± 1000 kilometer).
Pembangunan jalan raya itu dilakukan
oleh rakyat pribumi di bawah pimpinan bupati daerah masing-masing.
Di daerah Bandung, ia menambahkan
khususnya dan daerah Priangan umumnya, Jalan Raya Pos mulai dibangun
pertengahan tahun 1808, dengan memperbaiki dan memperlebar jalan yang telah
ada.
Di daerah Bandung sekarang, jalan
raya itu adalah Jalan Jendral Sudirman – Jalan Asia Afrika - Jalan A. Yani,
berlanjut ke Sumedang dan seterusnya. Untuk kelancaran pembangunan jalan raya,
dan agar pejabat pemerintah kolonial mudah mendatangi kantor bupati.
Daendels melalui Surat Tanggal 25
Mei 1810 meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang untuk memindahkan
ibukota kabupaten, masing-masing ke daerah Cikapundung dan Andawadak
(Tanjungsari) mendekati Jalan Raya Pos.
Rupanya Daendels tidak mengetahui,
bahwa jauh sebelum surat itu keluar, Bupati Bandung sudah merencanakan untuk
memindahkan ibukota Kabupaten Bandung, bahkan telah menemukan tempat yang cukup
baik dan strategis bagi pusat pemerintahan.
Ia mengatakan, tempat yang dipilih
adalah lahan kosong berupa hutan, terletak di tepi barat Sungai Cikapundung,
tepi selatan Jalan Raya Pos yang sedang dibangun (pusat Kota Bandung sekarang).
Alasan pemindahan ibukota itu antara
lain, Krapyak tidak strategis sebagai pusat pemerintahan, karena terletak di
sisi selatan daerah Bandung dan sering dilanda banjir bila musim hujan.
"Sekitar akhir tahun 1808/awal
tahun 1809, Bupati beserta sejumlah rakyatnya pindah dari Krapyak mendekati
lahan bakal ibukota baru. Mula-mula Bupati tinggal di Cikalintu (daerah
Cipaganti), kemudian pindah ke Balubur Hilir, selanjutnya pindah lagi ke
Kampung Bogor (Kebon Kawung, pada lahan Gedung Pakuan sekarang),"
bebernya.
Ema menerangkan bahwa Bupati
memimpin sejumlah rakyatnya, termasuk penduduk Kampung Balubur Hilir, membuka
hutan pada lahan bakal ibukota (daerah Cikapundung hilir). Tidak diketahui
secara pasti, berapa lama Kota Bandung dibangun.
Akan tetapi, Kota itu dibangun bukan
atas prakarsa Daendels, melainkan atas prakarsa Bupati Bandung, bahkan
pembangunan kota itu dipimpin langsung oleh Bupati. Dengan kata lain Bupati
R.A. Wiranatakusumah II adalah pendiri (The Founding Father) Kota Bandung.
"Kota Bandung diresmikan
sebagai ibukota baru Kabupaten Bandung dengan besluit (surat kelulusan) Tanggal
25 September 1810. Hal ini berarti, selama belum ditemukan sumber lain yang
menunjukan fakta lebih akurat mengenai berdirinya Kota Bandung, maka tanggal 25
September 1810 dapat dipertanggungjawabkan validitasnya sebagai "Hari Jadi
Kota Bandung," kata Ema. (ray/red).