Ketua Umum Yayasan AIR, Asep Juheri |
Yayasan
ini terbentuk pada tahun 2018. Namun kegiatannya telah dirintis sejak tahun
2000an.
Yayasan
ini dibangun untuk menjadi tempat pembinaan dan pelatihan para mantan napi.
Pada saat ini Yayasan AIR berada di Jalan Caringin, tetapi kantor utamanya
berada di Jalan Terusan Jamika.
Anggota
Yayasan AIR Kota Bandung, yang tercatat saat ini berjumlah lebih kurang 500
orang.
Yayasan
AIR bukan hanya menjadi tempat pembinaan dan pelatihan saja, tetapi juga
menjadi wadah curhat dan sharing sesama mantan napi, untuk saling memotivasi
dan melanjutkan hidup yang lebih baik.
Karena
orang yang baru saja bebas dari lapas biasanya rentan, bingung mencari
pekerjaan, dan bingung akan berbuat apa agar tidak melakukan hal yang sama
kembali.
Memiliki
tagline “Dari Residivis Bisa Berkarya, Produktif, dan Kreatif” tagline tersebut
selalu disampaikan kepada kawan mantan napi, bahwa residivis pun bisa
bermanfaat bagi masyarakat.
Yayasan
AIR bukan hanya membantu para mantan napi saja, tetapi juga membantu
masyarakat.
Yayasan
juga memiliki beberapa divisi, seperti Divisi Olahraga, Kebudayaan, PKBN, LPKS,
dan beberapa divisi lainnya. Yayasan AIR saat ini terbuka bukan hanya untuk
para mantan napi saja tetapi untuk semua masyarakat.
Ketua
Umum Yayasan AIR, Asep Juheri atau lebih dikenal dengan Heri Coet menyebutkan,
yayasan yang dipimpinnya telah menginspirasi banyak orang.
Sehingga
yayasannya direkomendasikan oleh UNODC (United Nations Office on Drugs and
Crime) PBB untuk mewakili Indonesia menghadiri acara di Thailand Institute of
Justice pada 24 Agustus 2022 kemarin.
Pada
acara tersebut, Asep mengikuti konferensi tingkat ASEAN dan menjelaskan
mengenai latarbelakang dan kegiatan Yayasan AIR.
Tak
hanya itu, September ini Yayasan AIR juga akan bekerja sama dengan Baznas Kota
Bandung untuk melakukan pelatihan bagi 30 mantan napi.
Pelatihan
yang dilakukan seperti pelatihan mengemudi, pelatihan komputer, pelatihan
service AC.
"Dengan
adanya pelatihan ini, dapat menjadi salah satu bentuk pengakuan dari sekitar
untuk mantan napi, hal tersebut juga membantu membangkitkan kepercayaan diri
dan memotivasi," tuturnya.
Ketua
umum Yayasan juga mengucapkan terimakasih kepada DLH dan Wali Kota Bandung,
yang telah menyalurkan mantan napi untuk bekerja di TPS (Tempat Pembuangan
Sampah). Serta berharap semoga dinas terkait bisa menyalurkan narapidana
lainnya untuk bisa bekerja.
“Jangan
pernah memberikan stigma negatif kepada mantan residivis, karena mereka juga
ingin berubah menjadi lebih baik,” harap Heri Coet. (Siti/Salma/red).