Ketua DPD PDIP Jabar Ono Surono dan Sekretaris Ketut Sustiawan saat meninjau salah satu stand yang sedang mamasak |
Kegiatan yang diinisiasi PDI
Perjuangan Jawa Barat ini merupakan antisipasi terjadinya krisis pangan global.
Lomba masak berbahan pangan (sumber
karbohidrat dan protein/lauk pauk) dan makanan untuk bayi dibawah dua tahun
untuk Generasi Emas Indonesia ini juga menghadirkan 8 ribu porsi makanan
tradisional khas Jawa Barat dan dapat dinikmati warga secara gratis.
“Jadi kita membuat lomba masak
berbasis pangan non beras dan gandum, kenapa? Karena saat ini ada ancaman
krisis pangan dunia. Sehingga kita harus memersiapkan diri untuk membuat olahan
makanan yang berbasis non beras,” ujar Ketua DPD PDI Perjuangan Ono Surono
kepada awak media.
Meski beras merupakan makanan pokok,
diutarakan Ono, namun ada beberapa kandungan di dalamnya yang kurang baik untuk
tubuh, salah satunya gula.
Dia memaparkan, dari acara hari ini
diketahui banyak sumber daya alam yang bisa dijadikan olahan makanan, seperti
singkong maupun jagung.
Dikatakan,Lomba ini merupakan
langkah konkrit hasil eksplorasi tanaman pangan lokal Jawa Barat yang akan
memperkaya khasanah kuliner berbasis kearifan lokal. Seperti diketahui, beras
merupakan sumber gula yang dapat menimbulkan sejumlah penyakit. Dan ternyata
alam telah menyediakan sumber karbohidrat selain beras seperti sagu, singkong,
ubi, talas, dan lainnya. Terlebih PDI Perjuangan juga memiliki kebijakan
diversifikasi pangan berbasis pangan lokal, guna mengurangi ketergantungan pada
beras dan gandum.
“Ini harus menjadi subtitusi agar
masyarakat tidak bergantung kepada beras,” papar Ono Surono anggota Komisi IV
DPR RI ini.
Tak hanya itu, pihaknya pun
menggelar lomba masak untuk makanan bayi dibawah dua tahun. Hal ini merupakan
langkah PDI Perjuangan dalam mencegah terjadinya stunting di Tanah Air.
Stunting merupakan masalah kurang
gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup
lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan
anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
“Ini merupakan tugas dari partai
politik untuk mengedukasi masyarakat jika ada bahan-bahan makanan untuk
mencegah stunting yang mudah didapat dan berbasis lokal seperti kelor. Dengan
inovasi ini bisa membuka mata masyarakat untuk membuat makanan yang sehat
dengan bahan-bahan berbasis lokal,” pungkasnya.
Ditempat yang sama, Sekretaris DPD
PDI Perjuangan Jawa Barat Ketut Sustiawan mengapresiasi antusiasme masyarat dan
juga kader partai yang memadati kegiatan Gebyar dan Lomba Inovasi Menu Berbasis
Pangan Lokal tingkat Provinsi ini.
"Tentu kita bersyukur acara ini
mendapat sambutan meriah dari masyarakat dan juga kader partai se-Jawa Barat
termasuk anggota fraksi PDI Perjuangan DPR RI, DPRD Provinsi dan juga
kota/kabupaten," tutur Ketut.
Ketut berharap dengan kegiatan ini
masyarakat mendapat edukasi dan sosialisi serta dapat memaksimalkan makanan
lokal non beras yang murah, mudah didapat dan bergizi tinggi.
Tak hanya itu, kata Ketut, lomba ini
juga diharapkan dapat mengatasi stunting atau gizi buruk pada anak-anak.
"Makanan yang ditampilkan pada
lomba ini adalah makanan non beras dan juga makanan untuk bayi dua tahun
(baduta). Sekaligus untuk mengatasi kemungkinan krisis pangan dunia,"
tuturnya.
Sementara Ketua Panitia Lomba
Inovasi Menu Berbasis Pangan Lokal, Hj Ijah Hartini yang juga anggota DPRD
Jabar dari FraksiPDI Perjuangan mengatakan
menu-menu dalam resep yang dilombakan harus menggunakan bahan baku yang mudah
didapat di sekitar rumah.
Selain itu, 520 peserta dari 27 kota
kabupaten di Jawa Barat yang berkompetisi dalam lomba tersebut tidak diperbolehkan menggunakan bahan olahan
pabrik, MSG dan juga pewarna berbahaya.
"Kriteria penilaian juri
diantaranya makanan harus memiliki gizi seimbang, cita rasa enak, inovatif dan
penampilan menarik menjadi nilai tambah.," bebernya.
Ijah menyampaikan rasa bangganya
atas antusiasme masyarakat Jawa Barat atas lomba ini.
Karena, kata dia, menu lokal yang
dilombakan itu adalah makanan sehari-hari yang sudah tak asing lagi di lidah
masyarakat tapi sudah sulit ditemukan.
"Saya sangat mengapresiasi
peserta mampu menampilkan menu yang beragam tak hanya rasanya enak tapi juga
penyajiannya juga menarik. Selain itu para juri yang terlibat juga sangat
berkompeten. Ide lomba ini juga sangat orisinil. Saya melihat masyarakat itu berharap
dan menanti-nanti ada yang menginisiasi membuat lomba seperti ini.
Ijah mengatakan lomba ini bertujuan
untuk menggali kembali resep tradisional turun temurun yang menjadi kebanggaan
masyarakat.
Ia berharap lomba ini dapat
menghasilkan menu-menu baru dan bisa disumbangkan pada Jawa Barat, menjadi menu
sehat murah dan higienis dan bisa dibuat di dapur-dapur masyarakat.
"Nantinya hasil resep-resep
terbaik pada lomba ini akan dituangkan ke dalam kumpulan resep masakan asli
daerah Jawa Barat, dengan modifikasi serta kreasi baru, mampu memiliki nilai
cita rasa, estetika, dan kandungan gizi dan nilai ekonomi yang tinggi. Jadi
bila Pak Presiden Jokowi atau Ibu Ketum Megawati Soekarnoputri menyerukan
ketahanan pangan, ini sudah sangat cocok," pungkasnya. (*/red).