Tumpukan sampah di TPS Pasar Sederhana Bandung |
BANDUNG, Faktabandungraya.com,-- Kota Bandung sebagai Ibukota provinsi Jawa Barat yang kini sudah berusia 212 tahun hingga saat ini tidak memiliki Tempat Pembungan Akhir (TPA) Sampah sendiri dan masih mengandalkanTPA Sarimukti.
Berdasarkan data dari Dinas
Perumahan dan Permukiman Jabar, bahwa produksi sampah di Kota Bandung mencapai 1.600 ton per hari. Sampah-sampah tersebut ditampung di TPS
(Tempat Pembungan Sementara) yang tersebar di seluruh kota Bandung.
Sampah semakin cepat menumpuk di TPS
mana kala armada sampah terjadi keterlambatan pengangkutan. Maklum, armada
sampah yang terbatas. Sehingga, persoalan sampah ini menjadi PR besar bagi Wali
kota Bandung Yana Mulyana yang kurang dari 1 tahun lagi masa jabatannya.
Tumpukan sampah di TPS tentunya
menjadi ancaman bagi kesehatan warga dan lingkungan bahkan bisa menjadi Bom
Waktu yang setiap saat dapat terjadi. Dan jangan sampai terjadi Bandung Lautan
Sampah Jiid II.
Kota Bandung pernah menjadi lautan
sampah, pada saat pasca tragedy meledaknya
TPA Sarimukti tahun 2005 silam. Sampah menumpuk di setiap TPS, bau menyengat
menghiasi udara Kota Bandung.
Pemerintah dan Warga Bandung
tentunya tidak ingin peristiwa Bandung Lautan Sampah terulang kembali, untuk
itu, dimasa pemerintahan Oded-Yana, Pemkot gencar menyosialisasikan penanganan
sampah menggunakan pola H2H (Hulu ke Hilir) untuk mengurangi metode open
dumping.
Program H2H itu bernama Kang Pisman,
kependekan dari Kurangi Pisahkan Manfaatkan. Dengan Kang Pisman diharapkan
sampah yang dibuang ke TPS semakin berkurang. Namun, nyatanya Kang Pisman belum
membuahkan hasil signifikan.
Pengelolaan sampah membutuhkan kerja
sama antara pemerintah dan warganya. Sejauh mana warga Bandung mengikuti
kampanye Kang Pisman, yakni memilah sampah sejak dari rumah, belum diketahui
tolok ukurnya. Yang jelas, sampah Kota Bandung yang dibuang ke TPS cenderung
meningkat.
Satuan Kerja Perangkat Dinas (SKPD)
yang bertanggungjawab dalam mengatasi sampah adalah Dinas Lingkingan Hidup dan
Kebersihan (DLHK) yang dahulu ditangani oleh Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan.
Namun, dipegang oleh DLHK
kelihatnnya program Kang Pisman masih jauh dari harapan, hal ini terbukti,
beberapa minggu belakangan ini sampah dibiarkan menumpuk di sejumlah TPS. Ini
tentunyanya sangat mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan. Apalagi kondisi saat ini yang tengah musim
penghujan.
“Yang jelas kami jadi gak nyaman
karena adanya aroma kurang sedap yang bersumber dari tumpukan sampah di TPS,”ungkap
Eni (50) salah seorang pedagang di Pasar Sederhana kepada wartawan, Jumat
(28/10/2022).
Hal serupa juga diungkapkan Pedagang
Pasar Pamoyanan Tina (62), sejak dua
bulan terakhir, sampah selalu menumpuk
di TPS Pasar Pamoyanan. Sampah baru diangkut dua minggu sekali, pada hal sebelumnya
seminggu dua kali sampah diangkut. Sehingga, kami sangat tidak nyaman dalam
berdagang sehari-shari.
Tuti (45) warga Jalan Warta,
Kelurahan Cibangkong, Kecamatan Batununggal. Tumpukan sampah yang berada tak
jauh daru tempat tinggalnya menebar bau busuk.
“Selain menimbulkan bau juga bisa
mengakibatkan timbulnya penyakit. Jadi tolong segera diangkut,”pintanya.
Salah seorang petugas di TPS
Sederhana membenarkan sampai dengan saat ini belum ada pengangkutan. Namun ia
pun tak menjelaskan alasan tentang keterlambatan armada pengangkut yang
biasanya rutin beroperasi.
“Memang dalam beberapa hari ini
belum ada pengangkutan. Alasanya kenapa, saya tidak tahu,” jelasnya.