Oleh : Daddy Rohanady (Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari Fraksi Gerindra)
Drs.H. Daddy Rohanady, anggota DPRD Jabar dari Fraksi Gerindra |
Ada beberapa isu menarik yang
menyeruak ketika membahas BIJB Kertajati. Misalnya, aksesibilitas, fasilitas,
otoritas, peluang, dan sederet isu lainnya.
Bandara yang terletak di Kabupaten
Majalengka tersebut memang sungguh menarik. Betapa tidak, bandara tersebut akan
berdampak sangat luas bagi kabupaten/kota di sekitarnya, termasuk bagi Provinsi
Jawa Barat. BIJB Kertajati menjadi pintu masuk ke Provinsi Jawa Barat. Jadi,
keberadaannya sangatlah strategis.
Hingga kini luas lahan yang sudah
dibebaskan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat adalah 1.040 hektare. Jika
melihat perencanaan awalnya, masih tersisa 760 hektare lagi yang harus
dibebaskan.
Rencana awal BIJB Kertajati adalah
1.800 hektare. Di seputaran BIJB Kertajati juga disiapkan lahan seluas 3.200
hektare untuk Kawasan Aerocity Kertajati. Kawasan ini akan menjadi area
penunjang yang akan melengkapi bandara berkelas internasional.
Pemprov Jabar telah memberikan
dukungan aksesibilitas dengan memperbaiki dan memperlebar jalan arteri menuju
bandara di Kabupaten Majalengka tersebut. Namun, itu saja masih tidak cukup.
Aksesisbilitas masih harus diperkuat dengan jalan tol.
Eksisting memang sudah terbangun
pintu masuk dari Tol Cikampek-Palimanan (Cipali). Namun, itu saja pun masih
dirasa tidak cukup. Masih dibutuhkan akses dari arah selatan.
Akses dari arah selatan itulah yang
perannya dipegang Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu). Namun, kita semua
tahu bahwa hingga kini pembangunan Tol Cisumdawu masih berjalan cukup lambat.
Hingga kini baru Fase 1 Tahap I dan Fase 6 Tahap II yang berfungsi.
Pembukaan Fase 2, Fase 3, dan Fase 4
Tahap I diharapkan tidak sampai akhir tahun 2022. Tahap I pada awalnya sangat
diharapkan selesai lebih dahulu. Tahap I diharapkan memangkas kemacetan dan
masalah yang ada di sekitar Cadas Pangeran.
Sayangnya, pembangunan Fase 2 yang
sudah rampung sempat bermasalah karena longsor di dekat terowongan. Masalah
tersebut antara lain akibat derajat kemiringan di kiri dan kanan jalur yang
kurang landai. Semoga hal serupa tidak terjadi di kemudian hari.
Seandainya Kertajati diharapkan
menjadi sebuah bandara berkelas internasional
sebagaimana tersemat dalam namanya, semestinya bandara ini juga dilengkapi
sarana-prasarana lainnya. Misalnya, hotel, rumah sakit, hanggar yang memadai,
bahkan pusat perbelanjaan.
Peluang
Ada sebagian orang mengkhawatirkan
jumlah penumpang yang akan menggunakan jasa BIJB Kertajati. Hal itu sungguh
sangat tidak tepat. Mengapa? Jawa Barat menjanjikan banyak hal.
Dengan jumlah penduduk hampir 50
juta jiwa, Provinsi Jawa Barat sudah merupakan pangsa pasar yang sangat
potensial. Mayoritas penduduk Jabar adalah muslim. Dengan demikian, semangat
menunaikan Rukun Islam kelima, yakni pergi haji, sangatlah besar.
Pergi haji memang memang hanya
setahun sekali dan dibatasi pula dengan berbagai pertimbangan. Jangan lupa,
masih ada sederet peluang lain yang tidak kalah banyak jumlahnya.
Karena kesulitan berhaji dan salah
satunya karena antrean begitu lama, kaum muslimin kemudian cenderung memilih
alternatif "haji kecil" yang disebut umrah. Ibadah ini bisa dilakukan
relatif kapan saja. Dengan demikian, calon penumpang dengan kepentingan ini
sangatlah banyak dan gelombangnya tiada henti sepanjang tahun.
Lalu, ada pekerja migran Indonesia
(PMI) yang jumlahnya juga tidak sedikit. Bukan hanya PMI asal Jawa Barat yang
dapat menggunakan jasa BIJB Kertajati. Jamaah umrah maupun PMI dari wilayah
terdekat, semisal Brebes maupun Tegal bisa jadi "terbang" via
Kertajati.
Kemudian, mereka yang akan pergi
berdinas, entah dari lembaga pemerintah maupun swasta juga tidak sedikit. Jadi,
para pengusaha, wisatawan, pegawai negeri, anggota dewan, maupun masyarakat
awam juga dapat memilih BIJB Kertajati sebagai alternatif tempat keberangkatan
atau kepulangan perjalanannya.
Artinya, sangat banyak orang yang
akan menggunakan jasa BIJB Kertajati. Dengan demikian, tidak tepat rasanya jika
BIJB Kertajati dikatakan akan kekurangan penumpang.
BIJB Kertajati juga bisa berkembang
jika MRO pesawat TNI/Polri dipusatkan di sana. Belum lagi jika lantas dilakukan
relokasi PT Dirgantara Indonesi dan PT Pindad.
Semua itu menunjukkan berbagai
peluang yang akan mengembangkan BIJB Kertajati. Yang dibutuhkan sebenarnya
tinggal goodwill. Siap dan ikhlaskah para pengambil kebikjakan memberikan hal
itu?
Jika BIJB Kertajati sudah beroperasi
secara penuh, manfaatnya akan dirasakan oleh masyarakat kabupaten/kota di
wilayah yang biasa disebut Ciayumajakuning. Namun, secara keseluruhan BIJB
Kertajati juga menjadi salah satu pengungkit roda perekonomian Jawa Barat.
Ciayumajakuning pasti merupakan wilayah
yang bisa merasakan manfaatnya. Perkembangan yang cukup signifikan pasti
dialami oleh masyarakat Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, Kabupaten
Cirebon, Kota Cirebon, dan Kabupaten Kuningan.
Masalahnya, siapkah kabupaten/kota
di wilayah Ciayumajakuning menyambut beroperasinya secara penuh BIJB Kertajati?
Mereka harus bersiap diri untuk menangkap berbagai peluang yang ada sehingga
tidak hanya menjadi penonton atas segala hal.
Semoga BIJB Kertajati maupun Tol
Cisumdawu cepat beroperasi secara penuh sehingga masyarakat merasakan manfaat
kehadirannya. Dengan demikian, Ciayumajakuning pun kian berkembang.(*).