Gerbang TPPASR Lulu Nambo di Kab Bogor (foto:ist). |
Adapun ke-empat tersebut terdiri
dari TPPAS Legok Nangka di Kab Bandung ,
TPPAS Lulu Nambo di Kab Bogor, dan di
wilayah Ciayumajakuning (di Cirebon) dan Bekasi Karawang Purwakarta Subang.
Menurut anggota Komisi IV DPRD
Jabar, H.M.Hasbullah Rahmad, SPd,
M.Hum, permasalahan dan pengelolaan
sampah yang terjadi di daerah, cukup krusial. Bila tidak dipikirkan dan
ditangani dengan benar, maka dikhawatirkan, persoalan sampah ini justru akan
merusak lingkungan di sekitarnya.
Untuk itu, DPRD Jabar mendukung dan mendorong Pemprov Jabar untuk membangunan TPPASR di empat
wilayah. Namun, kini baru dua TPPASR
yang sedang di bangun yaitu TPPASR Lulu Nambo di Kab Bogor dan TPPASR Legok
Nangka di Kab Bandung.
Kedua TPPASR tersebut, sudah lebih
dari 10 tahun dibangun, namun tidak kunjung selesai dan dioperasionalkan.
Lambatnya beroperasionalnya TPPASR
Lulu Nambo dan Legok Nangka tentunya sangat menghawatirkan karena dampak sampah
berpotensi menimbulkan bencana lingkungan hidup. Untuk itu, permasalahan sampah
menjadi salah satu sorotan dan rekomendasi Pansus I (LKPJ Gubernur) untuk
ditindaklanjuti dan direalisasikan, ujar Hasbullah mantan anggota Pansus LKPJ
Gubernur Jabar T.A. 2022, saat dimitai tanggapan terkait rekomendasi Pansus I
soal penanganan sampah, Sabtu (20/5/2023).
Politisi PAN Jabar ini juga
mengatakan, bahwa Proyek pembangunan TPPASR Lulut Nambo di Kabupaten Bogor
merupakan rencana strategis Pemprov Jabar dalam pengelolaan sampah.
Keberadaan TPPASR Lulut Nambo dengan
luas sekitar 15 hektar tersebut, nantinya akan diperuntukan bagi sampah-sampah
dari wilayah Bogor Raya, Kota Tangerang Selatan dan Kota Depok.
Saat ini sampah warga Bogor Raya dan
Depok di buang diTPA Cipayung dan kondisinya sudah overkapasitas. Bahkan setiap hari sampah wilayah Kota Depok
bisa mencapai 1.300 ton per-hari. Dan yang dibuang ke TPA Cipayung sebanyak 800
ton per hari.
Untuk itu, kenapa kita di DPRD Jabar
sangat mendorong agar TPPASR Lulut Nambo cepat beroperasi karena kondisi TPA
Cipayung memang sudah overkapasitas, ujarnya.
Lebih lanjut Hasbullah mengatakan,
berdasarkan informasi dari Dinas LHK Jabar, bahwa lambatnya beroperasional
TPPASR Lulu Nambo karena belum ada perusahaan
pemenang untuk mengolah limbah sampah di TPPASR Lulut Nambo.
Namun, kini BUMD PT. Jasa Sarana
selaku konsorsium, dikabarkan telah
menggandeng perusahaan Jerman untuk mengolah limbah sampah di TPPASR Lulut
Nambo menjadi sumber energi berupa Refuse Derived Fuel (RDF) sebagai bahan
bakar alternatif batubara.
Anggota Komisi IV DPRD Jabar dari Dapil 8, Kota Bekasi-Depok menambahkan, hasil dari pengolahan limbah sampah berupa RDF sebagai alternatif batubara ( Briket) dengan resdiunya kecil , maka perusahaan semen di Bogor yang tertarik menggunakannya untuk bahan bakar pembuatan semen. ’’PT Indocemen, Cibinong itu sudah tertarik dan mau membelinya.
“ Jadi permasalahan sampah ini memang
cukup krusial makanya kita di DPRD Jabar mendorong percepatan penyelesaikan dan
beroperasinalnya TPPASR Lulu Nambo dan TPPASR Legok Nangka, tandasnya.
(Adip/sein).