akademisi Citarum Institute-Unpas, Eki Baihaki sedang memperika paparan penanganan sungai citarum |
Salah
satu akademisi Citarum Institute-Unpas, Eki Baihaki menyampaikan, realitas
Sungai Citarum hingga saat ini masih dirundung beragam problema. Usaha untuk
merawat, mengelola, dan melestarikan sungai Citarum belum sebanding dengan
besarnya nafsu untuk mengeksploitasinya.
"Belum
terwujud program yang terstruktur, terkordinasi, dan terintegrasi pada
masing-masing 19 kementerian/lembaga, pemerintah provinsi, dan 13 kabupaten/kota.
Termasuk kolaborasi keberperanan dengan unsur pentahelix lainnya yaitu
akademisi, komunitas, unsur dunia usaha dan media," ungkap Eki dalam
Workshop Komitmen Keberperanan Unsur Pentahelix untuk Keberlanjutan Citarum
Harum, di Hotel Savoy Homann, Rabu 13 Desember 2023.
Menurutnya,
keberadaan TNI masih perlu dipertahankan dalam program Citarum karena belum ada
lembaga yang siap menggantikan fungsi TNI pada saat ini. Konservasi Sungai
Citarum mulai efektif setelah TNI ikut terlibat ke dalam struktur program
Citarum.
"Jadikan
semua komponen yang terlibat sebagai mitra kreatif dan kontruktif, bukan
asesories bagi turut tercapainya hasil optimal. Ini sejalan dengan lokal
pepatah Sunda, Sareundeuk saigel sabobot sapihanean sabata sarimbagan,"
ucapnya.
Ia
menambahkan, salah satu aspek yang perlu diubah dalam menangani Citarum Harum
adalah aspek kultural. Sebab ini merupakan langkah jangka panjang untuk
mengubah mindset masyarakat mengenai sungai.
akademisi Citarum Institute-Unpas, Eki Baihaki sedang memperika paparan penanganan sungai citarum |
Sementara
itu, Panglima Komando Daerah Militer III/Siliwangi, Mayor Jenderal TNI Erwin
Djatniko menyebutkan, untuk menyelesaikan permasalahan Citarum, telah dibentuk
Satgas Citarum Harum yang terbagi ke dalam 23 sektor.
"Sebanyak
850 orang TNI dan 750 masyarakat yang tergabung dalam Gober berperan aktif
untuk terus menjaga kebersihan Citarum," jelas Erwin.
Ia
memaparkan, beberapa inovasi yang dilaksanakan Sektor TNI untuk Citarum Harum,
di antaranya Sektor 4 melakukan inovasi pengolahan sampah dan briket sebagai
pengganti bahan batu bara.
"Lalu,
inovasi Sektor 6 Citarum Harum menghadirkan TPS terpadu, budidaya maggot, bak
pembuatan kompos, dan kolam indikator pencemaran air," lanjutnya.
Di
Sektor 7, mereka menghadirkan Motah (mesin pengolah runtah) dengan sistem
pembakaran tata kelola penanganan sampah terpadu tuntas di tempat setelah
dipilah.
"Pentahelix
itu mitra, bukan bersaing atau jadi bermusuhan. Jika ikatan dalam pentahelix
semakin kuat, target 2025 Citarum Harum level baku mutu air TK2 tidaklah
mustahil. Hal-hal yang menjadi temuan di lapangan sebaiknya dikoordinasikan kepada
Satgas Citarum Harum, bukan diviralkan," terangnya.
Hal
lain mengenai peran pentahelix juga disampaikan Sekretaris Eksekutif Apindo
(Asosiasi Pengusaha Indonesia) Jabar, Darius Krisdanu Purwana. Ia mengatakan,
pihaknya selalu menekankan kepada para anggota Apindo, jika ingin berbisnis di
Jawa Barat daerah apapun itu, maka jagalah lingkungan yang ada di sana.
"Sebab
dengan lingkungan yang bagus, maka investasi juga akan bagus. Kalau
perusahaannya tercemar lingkungan, kadang nilai saham juga turun," jelas
Darius.
Meski,
ia mengakui ada beberapa rekan pengusaha yang kesulitan mendapatkan izin IPAL.
Pun untuk diperpanjang juga sulit.
"Apalagi
klien yang datang dari luar itu sangat memperhatikan masalah lingkungan.
Terutama jika perusahaan tersebut tidak punya IPAL dan ISO, maka mereka tidak
mau jadi buyer," akunya.
Meski
telah mengedukasi semua para pengusaha di Apindo, ia mengakui masih banyak
pengusaha di Jawa Barat yang tidak terafiliasi dalam Apindo. Sehingga, tidak
semuanya bisa ia tangani.
Jika
ternyata di lapangan ditemukan anggota Apindo yang melakukan pelanggaran
terkait lingkungan, maka ia berkomitmen untuk memberi sanksi dan teguran keras.
"Namun,
jika bukan termasuk anggota Apindo, ini juga menjadi kesulitan tersendiri untuk
kami menanganinya karena bukan lingkup kami. Kecuali jika ternyata perusahaan
tersebut berafiliasi dengan asosiasi lain," tuturnya. (din/red).