Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Wahyu Mijaya (foto:ist). |
Di Jepang ada filosofi
mottainai yaitu respect terhadap permasalan dan pengelolaan sampah dengan pola 4 R yaitu reuse, reduce, recycle,
dan respect. Hal ini mengandung makna menghargai dan tidak pernah
menyia-nyiakan/berlebihan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada.
“Kita harus memberikan respect kepada sumber
daya yang ada di lingkungan kita. Juga menghargai yang memproduksi sumber daya
yang ada sehingga kita mampu mengelolanya dengan baik dan tidak mubazir. Konsep
ini harus dikembangkan,” kata Wahyu
Mijaya belum lama ini.
Kadisdik mencontohkan, hal tersebut
bisa diterapkan dalam produksi sampah rumah tangga, seperti konsumsi makanan.
Tak jarang selalu ada makanan yang dibeli, tapi pada akhirnya tak habis
termakan. “Padahal, kalau kita bisa merencanakan dengan baik, harusnya itu
tidak menjadi (sampah) karena kita bisa meminimalkan belanja untuk kebutuhan
masing-masing,” ungkapnya.
Selain itu, Kadisdik mengapresiasi
beberapa sekolah yang sudah memproduksi mesin pengolah sampah. Seperti, SMKN 8
Bandung, SMKN 1 Subang, dan beberapa sekolah lainnya. “Saya harap, lingkungan
Bapak/Ibu (di sekolah) bisa memanfaatkannya,” katanya.
Sedangkan Sekretaris Disdik Jabar,
Yesa Sarwedi menuturkan, kegiatan ini sebagai sarana pertemuan antara Komunitas
Sapulidi dengan multiunsur/pentahelix. Khususnya, unsur badan atau pelaku usaha
melalui bantuan corporate social responsibilities (CSR) yang diberikan dalam
mendukung pelaksanaan edukasi lingkungan sehat kepada masyarakat melalui satuan
pendidikan.
“Sedangkan outcome yang diharapkan,
yaitu terwujudnya lingkungan pendidikan serta masyarakat yang peduli
lingkungan,” ucapnya. (dbs/sein).