BANDUNG, faktabandungraya.com,- Forum Politisi Muda Indonesia (FPMI) sukses menggelar Youth Voice Festival yang digelar di Kota Bandung, Kamis (21/12/2023). Dengan mengusung Tema "Muda Bersuara, Muda Melawan".
Sejumlah rangkaian kegiatan tersaji di dalam gelaran Youth Voice Festival yang diselenggarakan di Ibis Ballroom, Trans Studio Bandung. Antara lain, Talkshow, Orasi Kebangsaan, Komitmen dan Deklarasi Pemilu Bersih & Damai serta menampilkan pertunjukan seni budaya.
Melalui gelaran Youth Voice Festival, FPMI menggaungkan Pemilu yang bersih dan damai tanpa money politic (politik uang), HOAX Campaign (kampanye hoax), Black Campaign (kampanye hitam) dan politik identitas pad penyelenggaraan Pemilu 2024.
Yang menarik, dalam gelaran Youth Voice Festival dihadiri oleh berbagai politisi multi partai, pendukung dan relawan tiga Paslon Capres di Pilpres 2024 mendatang. Serta menghadirkan jubir muda dari tiga Paslon capres di dalam sesi Talkshow.
Keterlibatan dan kehadiran sejumlah kader multi partai politik dan pendukung maupun relawan Paslon capres, membuktikan bahwa tensi dalam perbedaan pilihan politik tidak terjadi di Youth Voice Festival. Karena mereka yang hadir merasa, pada dasarnya politik harus menyenangkan, politik harus menumbuhkan hal dan pemikiran yang positif, dan yang paling penting menjaga persatuan dan kesatuan.
Sejak terbentuk pada tahun 2022, FPMI telah menyelenggarakan kegiatan serupa untuk menyampaikan dan mengedukasi kepada kaum muda agar melek politik. Sehingga bisa mengenal politik gagasan menghindari politik perpecahan, tidak hanya menjadi objek politik semata, namun bisa memberikan sumbangsih nyata dalam menciptakan politik bersih di Indonesia.
Ketua Presidium Forum Politisi Muda Indonesia (FPMI), Yoel Yosaphat menerangkan, Forum ini sebagai wadah bagi politisi muda dari berbagai partai politik. Meskipun berasal dari partai politik yang berbeda, namun kami memiliki kesamaan latar belakang dan kesamaan perjuangan visi misi dalam berpolitik.
Setidaknya, ada tiga poin yang saat ini diperjuangkan FPMI terhadap politik di Indonesia. Pertama mendorong afirmation action kuota 30 persen bagi kaum muda dalam kontestasi Pemilu.
Kedua, mendorong pembatasan mas jabatan bagi nggota legislatif di semua tingkatan (DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten kota). Yang ketiga, mendorong negara untuk hadir memberikan pendidikan atau edukasi politik bagi anak muda Indonesia.
Sebagian besar kader muda partai politik yang tergabung dalam Forum Politisi Muda Indonesia (FPMI) menyebut dirinya sebagai darah baru bukan darah biru. Untuk itu, kehadiran FPMI dapat menguatkan sikap kader muda dalam menyuarakan idealisme di dalam internal parpol masing-masing.
"Kita tau terkadang apa yang kita inginkan tidak selalu sejalan dengan partai. Karena itu melalui FPMI bisa bersuara. Bersuara tentang bagaimana politik ideal itu seperti apa, meskipun memang dunia ini tidak ideal," ungkap Yosaphat, kader PSI yang duduk sebagai anggota DPRD Kota Bandung.
Terkait keterwakilan anak muda di pucuk pimpinan negara, dirinya mengaku sudah sejak setahun lalu mendorong afirmasi anak muda.
"Bersyukur nya ada, dengan berbagai kontroversi, ada anak muda di sana. Kita bis pro dan kontra di dalamnya, tapi kita tahu bahwa ada anak muda di sana," ungkapnya.
"Saya pribadi, saya bisa mengikuti apa kata partai. Dari bang Rudi (PKB) juga punya perbedaan pandangan tentang hal ini. Mbak Nina (FPMI) dari PDIP juga punya pandangan tentang ini," imbuhnya.
Soal ini, kata Yoel, kita punya perbedaan pandangan. Itulah demokrasi, kita bisa tahu ternyata politik memang seperti ini.
"Kita bukan orang-orang yang hebat-hebat semua. Kita (di sini) belajar untuk bisa menjadi seseorang," ucapnya.
"Dari darah baru masuk ke dalam politik kita bantu sama-sama. Idealisme ada? Kita sama-sama meskipun dari partai berbeda. Apapun partainya, ketika kamu masuk ke dalam partai tersebut, bikin partai tersebut jadi lebih baik," pungkasnya.
Sementara, Sekjen FPMI Muhammad Ziad Ananta, optimis dengan apa yang telah diperjuangkan selama ini oleh FPMI dalam beragam kegiatan setahun terakhir, pada tahun 2029 kuota 30 persen anak muda untuk mengikuti kontestasi Pemilu legislatif.
Tempat yang sama, Wakil Ketua Presidium FPMI, Indri berharap setelah diselenggarakannya Youth Voice Festival bisa membuat anak muda melihat bahwa ternyata politik itu tidak mesti kaku.
"Walaupun materi yang disampaikan memang cukup berat tentang menentang money politik, kampanye hitam dan hoax, tapi bisa kita suarakan dari cara yang seperti ini," ucapnya.
Selain deklarasi dan Talkshow, ada pertunjukan seni budaya yang disuguhkan. Ini sebagai bukti bahwa kita tidak boleh lagi terpolarisasi seperti pemilu yang lalu.
"Pertunjukan seni dan budaya bis menjadi inspirasi bahwa kekayaan budaya yang kita miliki harus kita syukuri dan menjadi kebanggaan kita. Tak ada polarisasi setelah ini," harapnya.
Selain itu, kehadiran anak muda di dalam dunia politik harus memberikan nilai positif bagi demokrasi.
"Kita juga melihat bagaimana partai politik itu masih menempati posisi terendah di dalam tingkat kepercayaan publik. Tidak pernah naik," ujar Indri.
Sebagai anak muda, lanjut Indri, kita berusaha untuk bagaimana mengadakan diskusi politik, masuk ke dunia politik, dan melakukan perubahan-perubahan dengan idealisme anak muda yang tinggi pungkasnya. (Cuy)