Kepala Dinkes Kota Bandung, Anhar Hadian |
Langkah pertama adalah dengan
menggiatkan kembali gerakan Jumantik atau Juru Pemantau Jentik. Idealnya, satu
rumah memiliki satu orang Jumantik yang bertugas memberantas sarang nyamuk.
"Sesuai perintah pimpinan dalam
hal ini Pj Wali Kota dan Plh Sekda, kami giatkan kembali Jumantik," ujar
Anhar usai Rapat Koordinasi Pemetaan Kasus DBD di Balai Kota, Selasa 26 Maret
2024.
Selanjutnya, Pemkot Bandung juga akan
melakukan Rapid Diagnosis Test (RDT) sebagai upaya deteksi dini penyebaran
penyakit demam berdarah. Hal ini juga simultan dengan proses abatisasi atau
pemberian serbuk abate pada tempat-tempat yang digenangi air termasuk bak
mandi, jambangan bunga dan sebagainya.
Tak hanya itu, upaya pemberantasan
sarang nyamuk atau calon jentik nyamuk juga melibatkan Dinas Lingkungan Hidup
(DLH) Kota Bandung. Dalam hal ini, DLH Kota Bandung akan berperan membersihkan
potensi tempat berkembang biaknya nyamuk.
Upaya selanjutnya yang baru
diselenggarakan di Kecamatan Ujungberung ialah pengembangan Wolbachia. Seperti
diketahui, Kota Bandung menjadi salah satu kota yang menerapkan Wolbachia
sebagai upaya pencegahan penyebaran DBD.
Anhar mengungkapkan, hingga Jumat 22
Maret 2024, jumlah kasus DBD di Kota Bandung menyentuh angka 2.098 kasus. Oleh
karenanya, ia meminta semua pihak meningkatkan kewaspadaan.
"2.098 kasus kumulatif sepanjang
2024. Ini data hingga Jumat," katanya mengonfirmasi.
Sebagai penutup, Anhar mengingatkan
dua hal ini kepada masyarakat Kota Bandung:
Pertama, masyarakat Kota Bandung harus
memastikan tempat tinggal ataupun beraktivitasnya bebas dari jentik nyamuk.
Kedua, jika ada anggota keluarga di rumah yang mengalami demam, segera akses
fasilitas kesehatan terdekat.
"Jika ada anggota keluarga yang
mengalami demam, jangan tunggu sampai parah. Segera akses layanan kesehatan
masyarakat," pesannya.(ray/red).