Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

BPDAS Unda Anyar Bali Tetapkan Desa Batur Selatan Jadi Prrcontohan Kampung Ramah Air Hujan

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:45 WIB Last Updated 2024-10-07T07:45:25Z
Klik

Ketua KWT Ayu Merta Lestari, Kadek Arpini saat penerima manfaat Instalasi Pemanenan Air Hujan (IPAH) dari BPDAS Unda Anyar Bali



BALI, Faktabandungraya.com,--- Kelompok Wanita Tani Ayu Merta Lestari Desa Batur Selatan : “IPAH, melestarikan budaya konservasi tanah dan air di Bali”Hujan yang turun dari langit sejatinya adalah berkah dari Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber kehidupan bagi seluruh mahluk di muka bumi, baik untuk tanaman, satwa, dantentunya untuk kebutuhan manusia.


 Air memegang peranan yang sangat penting bagi manusiadan menjadi salah satu kebutuhan dasar, baik untuk minum, memasak, mencuci, dll. Bahkan,berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 19-6728.1-2002 tentang PenyusunanNeraca Sumber Daya,kebutuhan air masyarakat pedesaan dan perkotaan d iIndonesia sebesar 100-250liter/ hari/orang.

Untuk pemenuhan kebutuhan dasar tersebut, belum semua daerah dapat terpenuhi kuantitas - kualitas dan kontinyuitasnya, diantaranya, Masyarakat di Desa Batur Selatan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli -Bali.

Air menjadi sesuatu yang sangat berharga, dan memiliki nilai, bahkan masyarakat harus merogoh kocek +Rp.350 ribu untuk satu tangki air 5.000 liter pada saat musim kemarau.

“Sangat bermanfaat, hanya kami gunakan untuk keperluan memasak dan dapat mencukupi sampai dengan 1 bulan.” ujar  Kadek Arpini Ketua KWT Ayu Merta Lestari saat ditanya manfaat Instalasi Pemanenan Air Hujan (IPAH) bantuan dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Unda Anyar, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

BPDAS Unda Anyar Bali, menetapkan Desa Batur  Selatan menjadi salah satu percontohan Kampung Ramah Air Hujan (KRAH) di Provinsi Bali. Masyarakatnya telah memiliki nilai luhur yang turun temurun untuk mengkonservasi sumber daya air, bahkan di desa tersebut sebagian besar rumah telah memiliki cubing (kolam air penampungan) yang digunakan untuk menampung air guna keperluan sehari-hari.

Secara bertahap, BPDAS Unda Anyar membangun sebanyak 10 Unit pada tahun 2023 dan tahun 2024 ini sebanyak 12 unit. Itupun masih kurang dan perlu untuk 8 keluarga lagi di banjar ini.. ”ujar Kadek Arpiuni,  saat ditanya jumlah bantuan yang sudah diberikan, dan sangat berharap dapat memperoleh tambahan IPAH lagi.

Instalasi Pemanenan Air Hujan




”Uang yang kami terima dan kelola, kami belikan toren air yang lebih besar kapasitasnya. Kami senang, KWT dapat mengelola langsung uang tersebut, petugas BPDAS hanya membimbing  teknis  rencana dan pembangunannya secara berkala”.  Ujarnya.


Kelompok wanita tani (KWT) merasa mendapat kepercayaan lebih dan dihargai kemampuannya, manakala kegiatan ini dilaksanakan secara swakelola oleh Masyarakat desa.

Sistem pengelolaan air hujan berkelanjutan bukanlah semata-mata sistem yang bertujuan untuk mengatasi masalah limpasan air dan menghindari kontaminan yang tidak diinginkan. Melainkan menjadi suatu sistem untuk meningkatkan potensi dan kegunaan dari sumber daya air pada daerah tertentu dalam rangka adaptasi perubahan iklim dan respon terhadap kebutuhan air masyarakat.

Selain itu juga dapat melestarikan budaya Bali yang telah turun temurun” ujar Didik PEH Penyelia dari BPDAS Unda Anyar.

“Sebaiknya, air hujan pertama s.d ketiga jangan langsung di konsumsi, tapi digunakan untuk keperluan lain seperti untuk menyiram tanaman..” tambah Didik lagi, seraya berharap kegiatan ini dapat berlanjut dan bermanfaat untuk mendukung 3 pilar Pembangunan KLHK yaitu pilar lingkungan, sosial dan ekonomi di Provinsi Bali, serta dalam rangka perlindungan Danau Prioritas Nasional di Bali yaitu Danau Batur . (*/red).

×
Berita Terbaru Update