Anggota DPRD Jabar Hj.Nia Purnakania, SH, M.Kn dari FPDIP |
Sejak masa perjuangan hingga era kemerdekaan,
santri dan pesantren telah menjadi elemen penting dalam menjaga persatuan dan
memperkuat karakter bangsa.
Menurut Hj. Nia Purnakania, SH, M.Kn, anggota DPRD
Jawa Barat dari Fraksi PDI Perjuangan, kontribusi santri terhadap kemerdekaan
Indonesia tak dapat dipandang sebelah mata.
Salah satu momen bersejarah yang melibatkan kaum
santri adalah Serangan Umum 1 Muharam tahun 1945 di Jombang, Jawa Timur. Dalam
pertempuran itu, para santri turut mengangkat senjata melawan penjajah,
menunjukkan bahwa perjuangan mereka tak hanya berkutat di ranah spiritual
tetapi juga di medan fisik.
"Santri bukan hanya pendoa, tetapi juga
pejuang," ujar Nia saat dimintai tanggapan terkait peringatan Hari Santri 22 Oktober melalui telepon selulernya, Selasa
(22/10/2024).
"Mereka menunjukkan bahwa semangat jihad pada
masa itu adalah upaya mempertahankan tanah air, dan ini menjadi bagian dari
perjuangan kita merebut kemerdekaan."
Melestarikan Budaya dan Membangun Peradaban
Pada era kemerdekaan, pesantren tetap memainkan
peran sentral dalam membangun peradaban bangsa. Lembaga pendidikan berbasis
agama ini tidak hanya mengajarkan ilmu keagamaan, tetapi juga pengetahuan umum
dan nilai-nilai kebangsaan. Nilai persatuan, toleransi, dan cinta tanah air
tertanam kuat dalam sanubari para santri.
"Pesantren mempersiapkan generasi muda yang
bukan hanya berilmu, tapi juga memiliki karakter kuat dan cinta pada
negaranya," tambah Nia.
Srikandi PDIP yang kini duduk di Komisi III DPRD
Jabar menambahkan, Santri di berbagai
pesantren dibekali dengan nilai juang dan semangat kebangsaan yang tinggi. Tak
heran jika hingga saat ini, mereka kerap berada di garda terdepan dalam menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hal ini menunjukan bahwa Santri adalah contoh nyata
bagaimana pendidikan agama dapat berjalan seiring dengan modernitas dan
kemajuan bangsa."
Tantangan dan Harapan
Saat ini, para santri dihadapkan dengan tantangan
baru di tengah arus globalisasi dan modernisasi. Namun, menurut Nia, mereka harus
tetap menjaga nilai-nilai tradisi dan moral yang menjadi jati diri bangsa.
"Para santri harus terus memperkaya diri
dengan ilmu, menjaga budaya lokal, dan tetap memegang teguh ajaran agama.
Itulah yang akan menjadi modal utama dalam menghadapi tantangan masa
depan," ujarnya.
Hari Santri bukan sekadar momen refleksi sejarah,
tetapi juga panggilan untuk merawat persatuan dan kebhinekaan. Nilai-nilai yang
diwariskan para santri dan ulama menjadi fondasi penting dalam menjaga keutuhan
bangsa dan mewujudkan masyarakat berkeadilan dan beradab.
"Semangat juang para santri tidak boleh
pudar," tegas Nia. "Mari kita jaga dan lanjutkan perjuangan mereka
dalam bentuk kontribusi nyata untuk pembangunan bangsa dan negara."
Dengan peran yang tak lekang oleh zaman, Hari
Santri menjadi pengingat bahwa pesantren dan santri bukan sekadar bagian dari
masa lalu, tetapi pilar penting dalam membangun masa depan Indonesia.
(AdiP/sein).