Musyawarah Warga Kavling Cembul Asri Rancamanyar mencari solusi pencegahan banjir, Minggu (8/12/2024) malam.
BALEENDAH, faktabandungraya.com,- Tak ingin kembali menjadi korban banjir luapan sungai Citarum, warga Kavling Cembul Asri yang berlokasi di RW 08 dan RW 07, Rancamanyar, Baleendah, Kabupaten Bandung menggelar musyawarah atau rembuk warga mencari solusi penanganan banjir.
Musyawarah atau rembuk warga dihadiri oleh ratusan kepala keluarga yang tinggal di Kavling Cembul Asri Rancamanyar. Musyawarah juga dihadiri Kepala Dusun (Kadus) sebagai perwakilan Desa, serta pengurus wilayah dari tiga RW, yakni RW 08, 07 dan 06 Desa Rancamanyar.
Melalui musyawarah ini, warga Kavling Cembul Asri meminta perhatian pemerintah, khususnya pihak desa dan dinas terkait untuk melakukan antisipasi agar bencana banjir tidak kembali melanda kawasan pemukiman yang dihuni lebih dari 300 keluarga.
Bukan tanpa alasan, warga menyadari potensi banjir memang terjadi di sejumlah daerah ketika musim penghujan saat ini. Namun, banjir di wilayah pemukiman Cembul Asri sudah dua kali dalam satu tahun ini. Pertama di bulan Januari dan kedua di bulan November.
Hal itu disampaikan Jamalyudin, warga Blok F Kavling Cembul Asri usai mengikuti musyawarah warga pada Minggu (8/12/2024). Padahal, kata Jamal (biasa disapa), dirinya yang tinggal sejak empat tahun lalu baru tahun 2024 ini terjadi banjir.
"Banjir di bulan Januari tingginya selutut orang dewasa. Untuk banjir yang kemaren (akhir November) genangannya lebih tinggi. Bertambah hampir 10 Senti (centimeter), se-paha orang dewasa," terang Jamal.
Hal yang sama disampaikan Aris Budiman, pengurus Mushola Nur Akbar Kavling Cembul Asri. Dengan kejadian banjir dua kali dalam kurun waktu satu tahun ini, akhirnya warga sepakat menyampaikan aspirasi kepada pemerintah agar memberikan solusi terkait penanganan banjir.
Menurut yang disampaikan oleh mayoritas warga yang hadir dalam musyawarah, banjir yang disebabkan luapan sungai Citarum akibat kurang berfungsinya pintu air yang menghubungkan saluran air warga dengan sungai Citarum.
"Kami warga berpendapat dan meyakini kalau penyebab banjir akibat pintu air tidak berfungsi dengan baik. Untuk itu kami, warga mendorong pemerintah untuk memperbaiki pintu air tersebut," kata Aris Budiman.
Sebenarnya, kata Aris, sebagian warga berinisiatif untuk memperbaiki pintu air tersebut secara swadaya. Namun karena lokasi pintu air dan objek tersebut milik pemerintah, itu tidak bisa kami lakukan.
Untuk itu, lanjut Aris, kami berkonsultasi kepada pengurus wilayah, Ketua RW 08. Setelah berkomunikasi, pak RW menganjurkan agar kami warga Kavling melakukan musyawarah yang nantinya hasil musyawarah akan disampaikan ke pihak desa.
Cepat Tanggap Pengurus Wilayah
Dengan digelarnya musyawarah warga yang meminta perhatian pemerintah atas penanganan banjir di kawasan pemukiman Kavling Cembul Asri Rancamanyar, Ketua RW 08 Dadang Jaya berjanji akan menyampaikan hasil rembuk warga ke pihak desa Rancamanyar.
Kepada warga, Dadang Jaya juga menyampaikan keprihatinannya atas apa yang menimpa warga di wilayahnya. Dirinya berharap melalui langkah ini, pihak pemerintah desa atau dinas terkait memberikan atensi dan perhatian terhadap penanganan banjir di Kavling Cembul Asri.
Selama dua kali warganya mengalami banjir, Ketua RW 08 juga telah mengajukan dan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk pemberian bantuan. Namun, bantuan yang lebih penting adalah bagaimana penanganan pencegahan agar banjir tidak kembali terjadi, ujar Dadang Jaya.
"Untuk itu dirinya juga akan mendukung langkah warga. Baik secara aspirasi maupun kegiatan lingkungan lainnya, seperti kerja bakti pembersihan saluran air," katanya.
"Kegiatan kerja bakti pembersihan saluran air akan kami dukung. Jadwalkan sambil menunggu solusi dari pemerintah," imbuhnya.
Sementara, Ketua RW 06 Dadang Sukandi, menambahkan memang saat debit air sungai Citarum tinggi di saat hujan deras, memang pintu air tidak bisa maksimal lagi untuk mencegah luapan sungai. Bukan cuma meluap dari atas pintu air, tapi pintu air di bagian bawah juga sudah tidak maksimal. Bocor dan merembas, karena sudah termakan usia.